Pemerintah Terus Berusaha Bebaskan Pilot Susi Air dan Berantas KST
Oleh : Rebecca Marian )*
Kelompok Separatis Teroris (KST) masih menyandera pilot Susi Air, hal tersebut tentu saja tidak membuat pemerintah tinggal diam dan terus berusaha untuk menghadapi para pemberontak.
Mahfud MD selaku Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) secara tegas mengatakan bahwa sikap pemerintah tidak akan diam dalam menghadapi ancaman KST. Dalam hal ini KST Papua yang menyandera Pilot Susi Air Philip Mark Mehtrens dan menembak prajurit TNI hingga gugur.
Dirinya menegaskan, TNI dan Polri terus mempersiapkan strategi untuk membebaskan pilot Susi Air yang disandera oleh kelompok kriminal bersenjatan di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Mahfud menjelaskan, sebenarnya terdapat dua kesulitan. Pertama, sandera dijadikan tameng hidup atau menjadi perlindungan diri KST. Ketika TNI-Polri bergerak, mereka (KST) mengancam akan membunuh sandera, sedangkan pihaknya sebagai warga yang beradab tentu harus bisa melindungi warga negara asing.
Selain menyandera pilot berkebangsaan Selandia Baru, kelompok kriminal tersebut juga menjadikan perempuan dan anak-anak sebagai tameng untuk melindungi diri mereka dari gerakan TNI dan Polri.
Mahfud meminta kepada semua pihak untuk bersabar karena saat ini pemerintah sedang menyusun langkah-langkah yang tetap menjamin keamanan dan keselamatan sandera serta masyarakat sipil setempat.
Philip Mark Merthens telah disandera KKB sejak 7 Februari 2023. Philip disandera KST setelah mendaratkan pesawatnya di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Selain melakukan penyanderaan terhadap Philip, KKB juga membaar pesawat jenis Pilatus Porter milik Maskapai Susi Air.
TNI juga memberikan peringatan kepada KST untuk segera menyerahkan sandera pilot Susi Air Capt Philips Mark Merthens. Mereka juga diminta untuk melepaskan senjata agar tidak terjadi baku tembak kembali.
Kapuspen Mabes TNI Laksda, Julius Widjojono menghimbau kepada masyarakat agar tidak ada yang terhasut dengan propaganda dari KST. Guna segera memisahkan diri dan mengungsi ke daerah yang aman.
Sebab, berdasarkan hasil operasi di Nduga yang ditingkatkan menjadi siaga tempur, Pihak KST telah berhasil terjepit oleh pihak TNI.
Operasi pencarian Pilot Susi Air tetap dilaksanakan dengan eskalasi siaga tempur. Pihaknya tidak lagi bisa percaya kepada KST, KST lah yang lebih dahulu menyerang dan mereka saat ini sudah dalam kondisi terjepit.
Julius menjelaskan, alasan pihak KST sudah mulai terjepit karena diduga sudah ada beberapa personel KST yang tewas saat baku tembak di Distrik Mugi, Nduga, Papua Pegunungan.
Alasan kedua pihak KST sudah mulai terjepit, karena proses evakuasi Pratu F yang diangkat dari jurang sedalam 140 meter. Sudah tidak ada lagi potensi serangan oleh KST. Tim penyelamat dapat mengevakuasi pada kedalaman tersebut pasti sudah mendapatkan serangan jika kondisi tidak aman.
Pratu F sendiri tewas saat dirinya tergabung dalam rombongan Satgas Yonif R 321/GT yang beranggotakan 36 personel. Namun, ketika berada di perjalanan menuju titik operasi. Secara mendadak 36 personel mendapatkan serangan dari segala penjuru oleh gerombolan KST yang membuat 5 prajurit menjadi korban.
Pratu F sempat lompat ke jurang (escape), untuk menghindari tembakan dari KST. Jenazah Pratu F ditemukan oleh Tim Gabungan ketika melakukan pencarian dan penelusuran pasca peristiwa penembaan oleh KST saat misi pencarian Pilot Susi Air. Selanjutnya, jenazah Pratu F langsung dievakuasi ke Timika, selanjutnya dibawa ke RSUD untuk pemulasaran Jenazah.
Sebelumnya, TNI juga telah mengerahkan pasukan organik dalam operasi pembebasan Pilot Susi Air, Philip Mark Merthens. Pengerahan Prajurit organik tersebut dilakukan karena pertimbangan luasnya wilayah dan kondisi geografis.
Kolonel Kav Herman Taryaman selaku Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih mengatakan, pengerahan prajurit organik tersebut dilakukan karena pertimbangan luasnya wilayah dan kondisi geografis. Herman mengungkapkan, jumlah prajurit TNI yang dikerahkan untuk membantu Polri dalam operasi tersebut jumlahnya normatif atau sesuai kebutuhan.
Adapun operasi pembebasan tersebut masih mengedepankan cara persuasif dengan melibatkan pemerintah dan tokoh masyarakat.
Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan bahwa tokoh masyarakat dan Pj Bupati Nduga meminta kepada aparat TNI-Polri untuk bersabar. Yudo juga mengatakan, TNI akan menghindari operasi militer dalam upaya pembebasan Pilot berkebangsaan Selandia Baru tersebut.
Sementara itu, Mantan Staf TNI AL (KSAL) dan Pankogabwilhan I itu juga memastikan tidak ada tenggat waktu dalam operasi pembebasan pilot berkebangsaan Selandia Baru tersebut.
Pihaknya akan melakukan upaya persuasif, sehingga tidak ada target harus berapa hari operasi tersebut akan selesai, karena targetnya adalah dilepaskannya sandera dengan selamat dan tidak ada masyarakat yang menjadi korban.
Memberantas KST diperlukan tindakan yang terukur, karena tugas aparat yang berjaga tidak hanya memberantas KST saja, tetapi juga memberikan rasa aman kepada seluruh masyarakat yang tinggal di Papua.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta