Pemindahan Ibu Kota Negara Mewujudkan Budaya Kerja Baru
Oleh : Rebecca Marian )*
Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara ke Pulau Kalimantan membawa harapan baru. Selain mampu menopang administrasi pemerintahan, pemindahan Ibu Kota Negara diharapkan mampu membentuk budaya kerja baru yang mampu meningkatkan profesionalitas pelayanan publik.
Pro dan kontra sudah menjadi sebuah keharusan dalam setiap kebijakan ataupun program-program kerja pemerintah. Karena dengan adanya masyarakat yang kontra juga akan menjadi pertimbangan pemerintah untuk dapat memfikirkan ulang terkait kebijakannnya. Keputusan Presiden Jokowi untuk memindahkan ibukota negara ke Kalimantan Timur menjadi sorotan publik. Jumat, 16 Agustus 2019 menjadi saksi terhadap keputusan besar presiden indonesia. Menurutnya ibukota harus dipindahkan karena Jakarta sudah tidak mampulagi untuk menjadi ibukota negara.
Beban perekonomian yang ada pada Pulau Jawa juga Jakarta sudah terlalu besar sehingga hal ini menyebabkan kesenjangan perekonomian kepada daerah luar jawa.
Alasan lain yang dilontarka Jokowi terkait pemindaha ibu kota yaitu jakarta sudah tidak aman lagi karena ancaman bencana alam yang begitu besar, letak jakarta yang berada pada daerah cincin api dan daerah pertemuan lempeng-lempeng dunia menyebabkan Jakarta tidak aman untuk dijadikan ibukota karena resiko besar terjadinya gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi.
Dalam keputusannya, Jokowi menetapkan lokasi ibu kota baru Indonesia di sebagian kawasan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan timur. Megapa pemerintah memilih lokasi tersebut sebagai ibu kota baru? Menurut presiden Jokowi lokasi yang paling ideal utuk dijadika ibukota adalah di sebagian kawasan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan timur.
Mengingat fasilitas yang ada di Kalimantan Timur sangat mendukung, terutama pada bandara dan jalan tol dan pelabuhan laut yang sudah ada. Selain itu lokasi Kalimantan Timur yang berada di tengah lintasan tol Samarinda-Balikpapan, sangat mendukung lokasi tersebut menjadi Ibukota. Selain itu Kalimantan Timur memiliki tiga stadion bertaraf internasional, yaitu Stadion Aji Imbut di Kutai Kertanegara, Stadion Batakan di Balikpapan, dan Stadion Palaran di Samarinda.
Konsep nusantara yang lebih menggambarkan Indonesia akan jauh leih baik, dimana setiap orang yang datang kesana dapat melihat keberagaman dari kebudayaan di Indonesia juga dapat melihat sejarah perjuangan terbentuknya negara yang merdeka. Akan sangat menarik jika hal tersebut dapat terealisasikan.
Meskipun banyak negara di dunia yang memiliki ibu kota yang dibangun secara khusus diantaranya Malaysia, Myanmar, Australia, dan Brasil, desainer dan arsitek perkotaan Maud Cassaignau, dari Monash Art Design and Architecture, meyakini bahwa Indonesia adalah negara pertama yang membangun sebuah kota dengan alasan lingkungan.
Konsep kota yang dibangun adalah kota moderen yang kompak dan ingklusif. Tata ruang yang berorientassi terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan infrastruktur yang terhubung dengan transportasi publik, juga koneksi tekologi komunikasi dan telekomunikasi.
Karena Kalimantan di dominasi oleh ruang terbuka hijau, maka konsep integrasi ruang hijau atau pepohonan dan biru atau perairan dapat dipilih sebgai peneyeimbang ekosistem di kawasan tersebut. Desain arsitekurnya pun akan sesuai dengan karakteristik budaya Indonesia dan dibangun dengan menyeimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan di dalamnya. Kota baru yang diharpakan menjadi kota yang cerdas dan berstandar internasional.
Dengan semua kelebihan serta fasilitas yang ada di ibu kota baru diharapkan dapat membangun kultur kerja sistem pemerintahan yang baru, lebih produktif untuk kemajuan bangsa. Bukan hanya itu, ibu kota baru harus menjadi etalase sistem teknologi yang terdepan sebagai bentuk jawaban atas kemajuan teknologi dan industri dunia kedepannya.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua, tinggal di Jakarta