Pemuda Berperan Penting Berantas Radikalisme
Oleh : Ridwan Alamsyah )*
Para pemuda harus ikut berperan dalam pemberantasan radikalisme. Pemuda bisa memperingatkan masyarakat dengan berbagai cara, agar mereka sadar akan bahaya radikalisme.
Pemuda adalah harapan bangsa karena di pundak merekalah berada tanggungjawab akan membangun negara, serta mereka juga jadi calon pemimpin negara. Menjadi pemuda berarti wajib untuk menghabiskan waktu dengan sesuatu yang positif. Misalnya dengan belajar, baik di bangku kuliah atau di perpustakaan, atau sibuk berorganisasi dan belajar untuk bersosialisasi. Jangan malah terjebak dalam pengaruh buruk seperti radikalisme.
Bupati Garut Rudy Gunawan menyatakan bahwa para pemuda seharusnya ikut andil dalam memberantas radikalisme yang akhir-akhir ini sedang booming. Dalam artian, sebagai pemuda seharusnya mereka memiliki simpati dan empati terhadap kasus-kasus radikalisme serta ikut menyelesaikannya. Jangan malah cuek dan merasa itu sesuatu yang kurang penting.
Untuk mengatasi radikalisme maka para pemuda bisa memiliki beberapa strategi. Pertama, untuk menyadarkan sesama anak muda tentang bahaya radikalisme, maka mereka bisa membuat film pendek tentang radikalisme dan siasatnya. Media film dipilih karena anak-anak muda cenderung menikmatinya, beda dengan seminar yang bagi mereka agak membosankan.
Para pemuda memiliki kreativitas dan juga semangat yang tinggi. Film tentang anti radikalisme itu bisa bercerita tentang wawancara dengan korban dari kelompok radikal dan teroris, atau tentang mereka yang sudah keluar dari jaringan terorisme. Dengan begitu maka makin banyak orang yang paham akan bahaya radikalisme, tak hanya anak muda tetapi juga orang dewasa.
Sedangkan cara yang kedua untuk memberantas radikalisme adalah pemuda bisa menggunakan lagi kreativitasnya dengan cara membuat konten-konten di sosial media yang mengingatkan tentang bahaya radikalisme. Sosial media dipilih karena di sana sudah dimasuki oleh kelompok radikal, sehingga mereka wajib diusir, tak hanya di dunia nyata tapi juga dunia maya. Dengan harapan tak akan ada anak muda yang terpengaruh.
Konten di sosial media bisa berisi tentang apa saja keburukan radikalisme, arti sebenarnya dari jihad dan khilafah serta mengapa tidak cocok diterapkan di Indonesia, kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh kelompok radikal dan teroris, dll. Diharap makin banyak yang melihat konten anti radikal sehingga mereka sadar akan bahayanya.
Cara ketiga adalah dengan memberantas radikalisme di kampus-kampus. Jangan sampai kelompok radikal masuk ke dalam universitas melalui unit kegiatan mahasiswa. Para petinggi kampus juga wajib teliti dan jangan asal menyetujui terbentuknya unit kegiatan baru, karena bisa jadi itu hanya kedok dari kelompok radikal. Mereka pasti tak mau kampusnya dicap radikal, bukan?
Para mahasiswa juga wajib melihat sekeliling dan tidak boleh abai. Jika ada teman yang terindikasi sudah masuk ke kelompok radikal, ketika dilihat dari ocehannya tentang khalifah dan mengutuk pemerintah, maka wajib diingatkan. Jangan sampai ia malah jadi penyebar radikalisme di perguruan tinggi.
Berbagai upaya bisa dilakukan oleh pemuda untuk mencegah tersebarnya radikalisme. Mereka wajib memberantas paham ini agar tidak menyebar di masyarakat, karena jika sudah terlanjur meluas akan sangat berbahaya. Banyak yang akhirnya berjalan di jalur dan salah dan kita tentu tidak mau ada kawan akrab yang jadi korban radikalisme serta berakhir hidupnya dengan menjadi bom pengantin, bukan?
Oleh karena itu pemberantasan radikalisme wajib dilakukan oleh para pemuda. Penyebabnya karena mereka memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi, sehingga bisa memakainya untuk mencegah penyebaran radikalisme. Para pemuda bisa peduli sekitar dan melapor jika ada kegiatan yang tercurigai sebagai radikal.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute