Pemulihan Bertahap Berbuah Hasil, Akses Listrik dan Transportasi Kembali Menggerakkan Ekonomi Lokal
Oleh: Juana Syahril)*
 
Pemulihan pascabencana banjir dan longsor di Aceh menunjukkan hasil nyata. Setelah melewati fase darurat yang penuh keterbatasan, perbaikan infrastruktur dasar seperti kelistrikan dan akses transportasi kini mulai mengembalikan denyut kehidupan masyarakat. Pemulihan yang dilakukan secara bertahap ini tidak hanya memulihkan layanan publik, tetapi juga menjadi penggerak utama kebangkitan ekonomi lokal di berbagai wilayah terdampak.
 
Pemerintah memastikan proses pemulihan dilakukan dengan pendekatan terukur dan berorientasi pada keselamatan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa pemulihan kelistrikan Aceh dilakukan secara bertahap pascabencana untuk menjamin keamanan masyarakat. Kerusakan infrastruktur distribusi yang masih terjadi di sejumlah wilayah menjadi pertimbangan utama dalam menentukan tahapan penyalaan listrik.
 
Secara sistem, kelistrikan Aceh telah kembali normal. Namun, pemerintah mencatat masih terdapat empat kabupaten yang menjalani pemadaman bergilir karena jaringan tegangan rendah belum sepenuhnya pulih. Kabupaten Aceh Tamiang, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tengah menjadi wilayah yang masih memerlukan penanganan lanjutan. Kendati demikian, ketersediaan energi secara umum berada dalam kondisi aman dan mencukupi.
 
Pemerintah menegaskan bahwa kendala yang terjadi tidak bersumber dari pembangkit listrik. Pasokan energi tersedia dan siap disalurkan. Tantangan utama berada pada kondisi fisik infrastruktur di lapangan, seperti tiang listrik, jaringan distribusi, serta akses jalan yang rusak akibat banjir dan longsor. Di beberapa lokasi, kondisi tanah yang belum stabil dan genangan air masih menjadi hambatan bagi percepatan pemulihan.
 
Pendekatan bertahap dipilih sebagai langkah mitigasi risiko. Pemerintah menahan penyalaan total di sejumlah titik dengan mempertimbangkan faktor keselamatan warga. Upaya ini dilakukan agar pemulihan tidak menimbulkan dampak lanjutan yang berpotensi membahayakan masyarakat, khususnya di wilayah yang akses jalannya belum sepenuhnya pulih.
 
Di tengah keterbatasan tersebut, perkembangan positif terus terlihat. Banda Aceh telah kembali menikmati pasokan listrik normal dengan daya mencapai 120 megawatt, setara dengan kondisi sebelum bencana. Pemulihan ini menjadi penanda penting kembalinya aktivitas ekonomi, perdagangan, serta pelayanan publik di pusat pemerintahan dan kawasan sekitarnya.
 
Pemadaman bergilir di empat kabupaten tersisa sebagian besar dipicu oleh kerusakan jalan, tiang, dan menara listrik. Sejumlah infrastruktur yang sempat diperbaiki bahkan kembali roboh akibat meningkatnya debit air. Meski demikian, upaya perbaikan terus dilakukan secara intensif dengan melibatkan berbagai pihak.
 
Pemerintah mengoordinasikan pemulihan dengan melibatkan PLN, Kementerian ESDM, TNI-Polri, serta masyarakat setempat. Sistem backbone kelistrikan Sumatera, termasuk wilayah Bireuen dan Arun, telah kembali terhubung. Dengan pulihnya jaringan utama tersebut, pemulihan kini difokuskan pada penyelesaian jaringan tegangan rendah agar pasokan listrik dapat menjangkau seluruh permukiman secara aman.
 
Pemulihan listrik Aceh juga menjadi bagian dari pengamanan sektor energi menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. Pemerintah menargetkan penyalaan penuh dapat dilakukan secara bertahap seiring rampungnya perbaikan infrastruktur. Upaya ini sekaligus memastikan stabilitas energi tetap terjaga pada periode meningkatnya aktivitas masyarakat.
 
Sebagian besar masyarakat Aceh kini kembali menikmati pasokan listrik setelah sempat mengalami pemadaman akibat banjir bandang dan longsor. Kembalinya listrik membawa dampak langsung bagi kehidupan sehari-hari, mulai dari beroperasinya kembali usaha kecil dan menengah, pasar tradisional, hingga layanan pendidikan dan kesehatan.
 
Pengamat energi sekaligus Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI), Sofyano Zakaria mengatakan bahwa pemulihan kelistrikan di Aceh mencerminkan keberhasilan pengambilan keputusan teknis dan manajerial sejak fase awal pascabencana. Menurutnya, langkah memulai pemulihan lebih dini meski kondisi lapangan belum sepenuhnya kondusif menjadi kunci agar dampak pemadaman tidak berlangsung berkepanjangan.
 
Dampak bencana yang meluas dari kawasan pesisir hingga dataran tinggi membuat gangguan tidak hanya terjadi pada jaringan distribusi di permukiman, tetapi juga pada infrastruktur utama antardaerah. Kondisi ini menuntut pemulihan dilakukan secara paralel di banyak titik strategis, bukan secara berurutan.
 
Sejak hari-hari awal pascabencana, proses pemulihan dilakukan di tengah akses jalan yang terputus, lumpur tebal, cuaca ekstrem, serta potensi banjir susulan. Distribusi material dan peralatan kelistrikan dilakukan melalui jalur alternatif, termasuk jalur udara, sementara petugas menjangkau wilayah terisolasi dengan dukungan transportasi khusus. Di beberapa titik transmisi utama, tower darurat dibangun untuk mengamankan sistem.
 
Seiring jaringan utama kembali tersambung, penyalaan listrik dilakukan secara bertahap melalui proses sinkronisasi dan penstabilan sistem. Tahapan ini diperlukan untuk memastikan pasokan listrik aman dan berkelanjutan, sehingga tidak memicu gangguan lanjutan.
 
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa pemulihan pascabencana dipimpin langsung oleh jajaran direksi untuk memastikan proses berjalan cepat dan terkoordinasi. Setelah sistem pulih, fokus diarahkan pada pengamanan instalasi pelanggan agar masyarakat dapat kembali beraktivitas tanpa risiko.
 
Pemulihan bertahap ini menegaskan bahwa perbaikan infrastruktur dasar menjadi kunci kebangkitan daerah pascabencana. Dengan akses listrik dan transportasi yang terus membaik, aktivitas ekonomi lokal kembali bergerak, membuka harapan baru bagi pemulihan Aceh yang lebih kuat dan berkelanjutan.
 
)* Penulis adalah Mahasiswa Bogor tinggal di Jakarta