Pencak Silat Bangkitkan Persatuan Bangsa
Oleh : Quratul Aini )*
Pencak silat merupakan suatu seni bela diri tradisional yang berkembang di Asia Tenggara pada awal mulanya. Pada edisi Asian Games 2018, pencak silat menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Sebelumnya, pencak silat tidak pernah sekalipun masuk dalam cabang olahraga yang di pertandingkan di Asian Games. Indonesia yang menjadi tuan rumah kali ini, mempunyai kewenangan untuk menambahkan tiga cabang olahraga, dan salah satu yang dipilih adalah pencak silat.
Kehadiran cabang olahraga pencak silat dalam Asian Games 2018 ini tentunya tak lepas dari perjuangan Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 2018, melalui perundingan ulang dengan Komite Olimpiade Asia, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan bahwa pencak silat menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games 2018. Beliau menyatakan bahwa Indonesia siap menjadi tuan rumah Asian Games 2018, dengan syarat bahwa pencak silat menjadi salah satu cabang olahraga yang diperlombakan, karena pencak silat adalah seni beladiri asli dari Indonesia.
Pencak silat adalah beladiri yang berasal dari Indonesia, apalagi dalam Asian Games 2018 Indonesia menjadi tuan rumah. Untuk itu, pencak silat menargetkan 4 medali emas dari 16 nomor yang akan diperlombakan nanti. Sejumlah 22 atlet berlatih dalam pelatnas Asian Games 2018 yang dilaksanakan di Solo melalui arahan dari 7 pelatih.
Berbagai latihan dan pemantapan dilakukan oleh tim pencak silat, mulai dari menggelar simulasi Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini, Jakarta pada 10 hingga 15 Februari 2018. Melalui simulasi ini tim pencak silat berhasil menjadi juara umum dengan perolehan 11 medali emas dari 16 nomor yang dipertandingkan. 11 medali emas tersebut diperoleh dari 7 emas dari 10 nomor tarung, dan 4 emas dari 6 nomor seni atau Tunggal Ganda Regu (TGR). Selain itu, tim pencak silat Indonesia juga mengasah kemampuannya dengan mengikuti kejuaraan Belgia Open.
Hingga pada akhirnya, melalui persiapan dan perjuangan dari para atlet dan pelatih, pencak silat Indonesia berhasil menjadi juara umum pada Asian Games 2018 dengan perolehan 14 medali emas dari 16 nomor yang diperebutkan. Ini tentunya merupakan sebuah prestasi besar bagi bangsa Indonesia sekaligus kebanggaan tersendiri karena sekarang Indonesia memiliki sumber baru untuk mendapatkan medali emas setelah cabang Badminton yang dulunya menjadi andalan.
Pada hari kedua (Rabu, 29 Agustus 2018) penyelenggaraan pencak silat ada momen yang langka ketika Hanifan Yudani Kusumah, pesilat Indonesia berangkulan dengan Presiden Indonesia Joko Widodo dan Ketua Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) dan Presiden Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa (Persiat) Prabowo Subianto yang sekaligus merupakan rival dalam persaingan pemilu Capres 2019. Momen berawal ketika pesilat putra Indonesia, Yudani Kusumah Hanifan, berhasil tampil menjadi juara pada kategori tarung putra kelas 55-60kg di final dengan mengalahkan pesilat Vietnam, Nguyen Thai Linh dan mempersebahkan medali emas ke-29 untuk Indonesia.
Yudani yang berhasil menjadi juara merayakan kegembiraannya dengan bersujud syukur di arena sambil berselimutkan dengan bendera merah putih sebelum akhirnya menerima pengalungan medali emas.
Sesudah itu, Yudani naik ke tribun VVIP dan bersalaman Prabowo Subianto yang merupakan Ketua Ikatan pencak Silat Indonesia (IPSI) dan Presiden Joko Widodo sekaligus mengucapkan terimakasih pada keduanya. Selanjutnya Ia memeluk keduanya bergantian, kemudian menarik keduanya dan memeluknya bersamaan, sehingga membuat ketiganya saling berpelukan.
Hanifan beralasan bahwa aksi tersebut untuk memberi tahu masyarakat Indonesia bahwa Prabowo dan Jokowi tidak memiliki masalah. Menurutnya, ketegangan politik antara keduanya hanyalah kerjaan dari orang-orang yang syirik atas kesuksesan mereka. Lanjut dia, silat itu memiliki arti silaturahmi, sehingga sudah sepantasnya warga Indonesia saling menjaga dan saling mendukung satu sama lainnya, bukan seperti yang terjadi saat ini yaitu saling menjatuhkan satu sama lain hanya karena perbedaan pandangan politik.
Kebersamaan antara Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Ketua PB IPSI Prabowo Subianto berlanjut hingga penyerahan medali emas kepada Wewey Wita. Wewey tampil dalam pertandingan terakhir pencak silat di Padepokan Pencak Silat yang menang telak atas pesilat Vietnam Thi Them Tran dengan skor 5-0 di nomor tarung 50kg -55 kg. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo didampingi oleh Ketua PB IPSI Prabowo Subianto mengalungkan medali emas kepada Wewey Wita.
Publik tentunya patut bersyukur karena pelaksanaan Asian Games 2018 di Indonesia berjalan dengan sukses dan tanpa ada kendala yang berarti. Untuk itu kita juga harus mendukung dan bersatu menghadapi kontroversi yang ada dalam cabang olahraga pencak silat. Pencak silat merupakan budaya asli dari Indonesia, sudah sepantasnya Indonesia menjadi juara umum dalam cabang ini. Selain itu, dalam pemilihan juri wasit, penyelenggaraan pencak silat sudah sesuai dari ketentuan dan dipilih langsung oleh Asian Federation (Federasi Asia). Momen Asian Games 2018 ini merupakan momen yang tepat untuk memperkuat rasa persatuan bangsa Indonesia. Seluruh warga Indonesia harus bersatu dan memperlihatkan pada masyarakat Asia bahwa tuan rumah Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik dan sukses dengan berbagai keragaman suku dan budayanya.
Momen ini tentunya merupakan sebuah titik balik yang baik bagi bangsa Indonesia, karena melihat situasi bangsa ini yang sedang panas akan kondisi politiknya. Pesan Hanifan tentunya kembali menyadarkan masyarakat bahwa yang terpenting adalah persatuan Bangsa Indonesia, siapapun pemimpinnya kelak, tentunya dia telah memiliki kredibilitas dan visi misinya untuk membangun Indonesia yang lebih maju. Sudah bukan jamannya kita saling mengejek dan menjatuhkan orang lain yang berbeda pendapat terhadap calon pemimpin nantinya. Tetapi yang harus kita lakukan adalah mendukung program Pemerintah, salah satunya adalah turut mensukseskan Asian Games 2018, tentang siapa pilihan kita itu urusan pribadi kita masing-masing.
)* Penulis Adalah Mahasiswi Universitas Mataram Lombok