Pencegahan Radikalisme Perlu Diajarkan Sejak Dini
Oleh : Abdul Karim )*
Pencegahan radikalisme dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai macam cara, termasuk pengajaran sejak dini dan langsung menyasar ke sekolah-sekolah. Anak-anak perlu diberi pengetahuan yang jelas tentang radikalisme, agar kelak tidak menjadi kader radikal.
Sebuah bangsa bisa hancur-lebur karena radikalisme dan sudah banyak contohnya, serta yang paling menderita adalah rakyat karena mereka harus terikat aturan yang ketat. Kelompok radikal harus diusir secepatnya agar tidak menghancurkan Indonesia, karena mereka bertindak gila dengan keinginannya menghapus pancasila dan UUD 1945.
Untuk mencegah radikalisme maka perlu diajarkan sejak dini, terutama kepada para pelajar. Hal ini dinyatakan oleh AKBP Yudho Huntoro, Wakil Ketua Satgas Humas V Operasi Mandago Raya 2022. Untuk implementasi maka diadakan sosialisasi tentang radikalisme dan terorisme di sebuah SMP di Poso, Sulawesi Tengah.
Pencegahan sejak dini memang penting karena para murid harus tahu apa sebenarnya arti radikalisme dan terorisme. Jika sudah tahu artinya maka mereka tidak akan mudah terbujuk oleh kelompok radikal. Pasalnya, radikalisme makin mengganas dan masuk ke media sosial. Sehingga rawan sekali bagi remaja yang suka nongkrong di medsos untuk terkena radikalisme.
Ketika para murid tahu ciri-ciri kelompok radikal maka mereka tidak akan mudah untuk direkrut. Kelompok radikal memang sengaja mencari kader-kader muda alias para remaja sebagai mangsa. Oleh karena itu mereka harus diproteksi sejak dini, caranya dengan sosialisasi.
KH Ma’ruf Amin, Wakil Presiden RI, menjelaskan bahwa pencegahan radikalisme bisa dilakukan sejak dini, bahkan di level PAUD. Pencegahan harus dilakukan dengan pendidikan di sekolah karena tentunya anak mendapatkan pelajaran di sana nyaris setiap hari. Dalam artian, makin cepat maka makin baik, karena anak-anak bisa dicegah untuk tercebur ke dalam arus radikalisme.
Pencegahan radikalisme wajib dilakukan sejak dini karena jangan sampai mereka jadi radikal sejak bocah. Masih ingatkah kasus ketika ada beberapa anak yang ternyata berperilaku radikal? Ternyata setelah ditelusuri, orang tuanya juga termasuk kelompok radikal. Mereka ditegur dengan keras karena membuat anak-anaknya jadi kacau begini.
Setelah ada kasus itu juga jadi teringat kasus lain, ketika anak-anak ketahuan merusak makam dan bersikap intoleran. Mereka keracunan radikalisme dari sekolah, yang sekarang sudah ditutup.
Alangkah sedihnya ketika anak-anak menjadi korban karena mereka bagaikan kertas yang polos tetapi malah dikotori oleh radikalisme, baik dari sekolah maupun orang tuanya. Jangan sampai ada korban berikutnya, oleh karena itu pencegahannya harus sejak dini.
Orang tua juga wajib teliti untuk memilih instansi pendidikan, jangan asal daftar karena gedungnya bagus. Akan tetapi harus masuk dan meneliti ke dalam-dalamnya, menelusuri siapa kepala sekolahnya, pemimpin yayasan, dll. Jangan sampai sudah daftar uang gedung ternyata anak-anak di sana malah diajari jadi radikal dan teroris.
Biasanya ciri-ciri sekolah radikal adalah tidak mau memajang foto presiden dan wakil presiden, serta garuda pancasila. Teliti juga sampai ke akun media sosial para guru dan pengurus yayasan, karena biasanya ada jejak digitalnya, apakah mereka ‘bersih’ atau tersangkut radikalisme.
Masyarakat juga wajib untuk terus membuka telinga dan memperhatikan lingkungan. Jangan sampai ada anak tetangga yang ternyata sudah berperilaku radikal. Perlu ditelusuri apakah ia terkena radikalisme dari sang orang tua, guru, atau yang lain, sehingga bisa dicegah agar pribadinya tidak rusak.
Pencegahan radikalisme memang harus dilakukan sejak dini. Anak-anak jangan sampai jadi korban kelompok radikal akibat kurangnya didikan dan pengawasan. Kita harus jaga mereka agar tetap lurus dan nasionalis.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini