Penceramah Gunakan Ujaran Kebencian Layak Ditinggalkan
Oleh : Raavi Ramadhan )*
Ceramah Habib Rizieq memiliki ciri khas, yakni penuh kontroversi dan menggemparkan. Publik makin jengah karena ia selalu menggunakan kata-kata yang sangat tidak pantas diucapkan oleh seorang pemuka agama. Seharusnya sebagai penceramah memberi teladan kepada jamaahnya, namun malah memberi contoh yang buruk.
Masyarakat dibuat terperangah ketika ada sebuah video yang menayangkan ceramah Habib Rizieq. Ia berorasi dengan penuh emosi, sambil mengepalkan tangan dan mengucap kata yang sangat kasar. Seolah-olah sedang berhadapan langsung dengan orang yang dimaksud. Padahal ia sedang ceramah di sebuah acara keagamaan dan lupa untuk menjaga lisannya.
Ketenaran Habib Rizieq sampai juga di Jerman. Ada media cetak yang menayangkan berita dengan judul ‘Kembalinya Pengkhotbah Ujaran Kebencian’. Seorang netizen di Twitter mengunggah fotonya dan langsung viral. Banyak akun yang merespon dengan memberi like, retweet, dan komentar.
Sungguh sedih ketika ada orang Indonesia yang terkenal di luar negeri tapi karena kontroversinya, bukan karena prestasinya. Habib Rizieq mencoreng muka negeri ini dengan kelakuannya yang brutal di atas panggung ceramah. Padahal seharusnya ia bisa mengikuti jejak alm Habibie yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia internasional.
Habib Rizieq seharusnya melakukan evaluasi ketika namanya dikenali oleh media Jerman sebagai penceramah dengan ujaran kebencian. Tak seharusnya sebagai pemuka agama ia melontarkan kata-kata kasar, karena melanggar norma dan etika. Apalagi ketika ceramahnya didengarkan oleh anak kecil, telinga bocah akan dikotori oleh diksi yang amat jelek.
Seharusnya ia ingat hadis yang berbunyi ‘berkata baik atau diam’. Nabi sudah mencontohkan perbuatannya yang tak mau membuka mulut, karena lebih baik diam seribu bahasa daripada berucap yang jelek. Sebagai keturunan Nabi, seharusnya Habib Rizieq sadar dan memahami, serta melakukan hal yang sama. Namun ia malah melakukan hal yang sebaliknya dan seenaknya sendiri.
Putri Gus Dur Alissa Wahid menanggapi ceramah Habib Rizieq yang kontroversial. Ia tak setuju dengan isi di dalam pidato tersebut. Menurutnya, tak sepantasnya ceramah agama mengajak orang lain untuk melakukan tindak kekerasan. Ceramah tersebut sudah termasuk tindakan penghasutan dan masuk kategori berbahaya.
Ceramah Habib Rizieq sangat bahaya karena ia bisa memecah-belah perdamaian antar umat beragama. Ketika ada umat beragama lain, malah dianggap dengan sebelah mata oleh Habib Rizieq dan anggota ormasnya. Padahal Indonesia adalah negara multi-agama dan berprinsip bhinneka tunggal ika, namun Habib Rizieq tidak mau menerima perbedaan tersebut.
Jika berkaca dari zaman Nabi, peristiwa seperti ini tidak pernah terjadi. Karena Nabi sangat santun dalam berdakwah. Tak pernah ada ceramahnya yang menggunakan kata-kata kasar, namun mengajak dengan penuh perdamaian. Sehingga membuat semua orang jadi bersimpati.
Jika ceramah Habib Rizieq penuh kontroversi, maka statusnya sebagai keturunan Nabi mulai dipertanyakan. Apakah benar ia merupakan buyut kesekian dari Nabi? Jika iya, mengapa tak mau mengikuti langkah Nabi untuk ceramah dengan lemah-lembut? Bukankah ia adalah teladan yang baik?
Jika Habib Rizieq terus berceramah dengan kontroversial dan penuh ujaran kebencian, ia beralasan bahwa ini sudah gaya pribadinya. Padahal seharusnya ia bisa memperhalus dakwah karena terbukti lebih efektif. Selain itu, ceramah dengan kata-kata kasar juga bisa membuatnya masuk ke bui, jika ada yang tersinggung lalu melaporkannya dengan tuduhan perbuatan tak menyenangkan.
Jangan ada yang malah membela ceramah Habib Rizieq, karena ia memecah-belah persatuan bangsa. Sebagai publik figur, seharusnya ia menggunakan popularitasnya untuk hal positif. Namun malah ceramah seenaknya sendiri dan ketika beritanya dimuat di Jerman, membuat malu rakyat Indonesia.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Bogor