Penerapan New Normal Berdampingan Dengan Covid-19 Perlu Kedisplinan Ketat
Oleh : Alfisyah Kumalasari )*
Pandemi Covid-19 masih belum dapat ditaklukkan lantaran masih belum ditemukan vaksin virus tersebut. Sembari menunggu pada ketidakpastian jangka waktunya, hal yang dilakukan beberapa negara adalah berdamai dengan Covid-19, yakni tetap produktif dan menerapkan disiplin ketat terhadap protokol kesehatan agar aman dari penularan Virus. Beberapa pihak menganggap bahwa hal tersebut merupakan bagian dari tatanan kehidupan baru (the New Normal).
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa kondisi tatanan New Normal di tengah wabah Covid-19 adalah hal yang tidak dapat dipungkiri. Pasalnya, vaksin masih belum juga ditemukan dan kehidupan harus terus berlanjut. Kebijakan ini juga bagian dari skenario penaklukan Covid-19. Adanya New Normal ini pemerintah akan mengatur dengan baik dan mengutamakan keselamatan masyarakat.
Menjalani kehidupan berdamai dan berdampingan dengan Covid-19 bukanlah sikap pasrah atau menyerah. Masyarakat dapat lebih mengutamakan protokol kesehatan dalam menghadapi virus corona. Tentunya, hidup berdamai dengan Covid-19 ini akan berbeda dengan kehidupan sebelum wabah menyerang.
Pemerintah akan terus memantau dan mengevaluasi pergerakan kurva kasus pasien positif Covid-19. Kemungkinan New Normal ini akan diberlakukan pada bulan Juni mendatang.
Dalam menempuh kehidupan dengan sistem New Normal, pemerintah perlu persiapan protokol kesehatan yang ketat. Ahli racun dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI), Sulianti Saroso Dokter Tri Maharani mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang tau kapan pandemi ini akan mencapai ujung lantaran vaksinnya masih belum ditemukan. Sarannya lebih baik fokus pada upaya memperkebal sistem imun tubuh dalam peperangan panjang dengan virus tersebut.
Tidak hanya mengenai protokol kesehatan, pemerintah juga perlu mempertegas kebijakan dengan sanksi bagi pelanggar. Ini perlu sebab tak sedikit warga yang sembrono dan abai pada himbauan dari pemerintah.
Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Faisal Basri mengatakan bahwa kebijakan pelonggaran pembatasan sosial ini dapat berjalan secara efektif apabila kasus baru harian mengalami penurunan secara konsisten dalam satu hingga dua minggu.
Namun, baru-baru ini angka kematian harian kembali naik menjadi 55 kasus. Hal ini menandakan bahwa angka kasus baru masih naik turun.
Kasus aktif harus menjadi hitungan pemerintah. Kasus aktif ini merupakan angka kumulatif kasus Covid-19 dikurangi angka kematian dan angka pasien sembuh. Apabila angka kasus aktif turun, maka pelonggaran bisa dilakukan.
Akan tetapi, pelonggaran ini harus tetap dilaksanakan dengan kesiapan yang matang dan hati-hati supaya tidak mengulangi kejadian di Iran. Pemerintah Iran telah melakukan pelonggaran ketika kasus aktif mengalami penurunan, tetapi selang beberapa waktu kasus positif meningkat.
Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna mengatakan bahwa ketika New Normal sudah diberlakukan, maka setiap orang harus siap disiplin dengan keterikatan peraturan yang dibuat untuk keselamatan dan menjaga kekebalan imun tubuh.
Kedisiplinan tinggi sudah menjadi kewajiban sebagai upaya hidup berdampingan dengan virus. Selama ini secara tidak sadar kita memang telah hidup berdampingan dengan banyak virus seperti DBD, cacar, TBC, HIV/AIDS dan masih banyak lainnya. Setelah New Normal ini berlaku, kehidupan yang akan dijalani tentu penuh persyaratan untuk menjaga diri demi keselamatan dan kesehatan.
Perilaku disiplin harus ditegakkan dengan keras dan tegas seperti yang telah dilakukan oleh negara Tiongkok dan Vietnam. Aturan ditetapkan dengan tegas dan ada sanksi bagi setiap pelanggar.
Dalam hal ini, pemerintah telah melakukan yang terbaik dan maksimal. Kesuksesan dari setiap program dan kebijakan yang diberlakukan juga butuh sikap patuh dan disiplin dari masyarakat.
)* Penulis adalah aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini