Penerapan Nilai Pancasila Berperan Menciptakan Harmoni Bangsa
Oleh : Abdul Karim )*
Pancasila merupakan ideologi bangsa yang bersumber dari ajaran agama dan kebudayaan luhur bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, penerapan nilai-nilai Pancasila memiliki peran penting untuk menciptakan harmoni bangsa dan menjembatani keberagaman masyarakat.
Perlu kita ketahui bahwa lahirnya Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil pemikiran para pendiri bangsa yang diambil dari intisari nilai budaya dan juga ajaran agama. Dalam Pancasila terdapat nilai-nilai yang menjadi landasan kehidupan berbangsa dan menjadikan kehidupan bermasyarakat NKRI tertata dengan baik.
Pancasila juga berguna untuk menciptakan harmoni dalam kebhinekaan Indonesia. Pancasila juga mampu membendung ancaman propaganda radikalisme dan terorisme. Penerapan nilai Pancasila dalam setiap sendi kehidupan bangsa mutlak dilakukan agar Indonesia tidak terseret nilai asing serta paham radikal dan terorisme. Apalagi Pancasila bisa menyatu dengan kearifan lokal sesuai dengan semboyan bangsa ini, Bhineka Tunggal Ika.
Pancasila menggunakan sistem yang berdasarkan kehidupan masyarakat yang komunal. Dengan demikian, Pancasila itu tidak boleh diterapkan secara individual karena penerapannya akan rancu. Selain itu, sosialisasi tentang ideologi Pancasila dan juga pemahaman agama, terutama agama Islam yang rahmatan lil alamin harus dilakukan terus-menerus. Selain itu, nilai-nilainya juga harus dipelihara dan tidak hanya dijadikan slogan atau ditempel di papan pengumuman.
Di tempat terpisah, Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), KH Abdul Ghaffar Rozin atau Gus Rozin mengatakan penegakan nilai-nilai Pancasila dan pemahaman sejarah NKRI mutlak harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia, baik tua maupun muda, untuk memperkuat ideologi dalam membendung penyebaran ideologi kekerasan dan terorisme.
Menurutnya, memahami sejarah bangsa dan Pancasila itu adalah pintu masuk untuk menjadi warga negara Indonesia sejati yang antipaham kekerasan dan terorisme. Dari situlah nantinya akan terjadi ideologisasi kenapa negara ini memilih Pancasla sebagai dasar negara, atau kenapa para kiai kemudian mengorbankan tujuh kata dalam draf Pancasila yang pertama.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, bersikap sesuai dengan nilai Pancasila sama dengan bersiap positif terhadap Pancasila. Sikap positif terutama adalah kesediaan segenap komponen masyarakat untuk aktif dalam mengungkapkan pemahaman mengenai Pancasila.
Menjadikan nilai-nilai Pancasila makin tampak nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sikap positif terhadap Pancasila adalah sikap baik dan mendukung nilai-nilai Pancasila serta berupaya melestarikan dan mempertahankannya. Nilai ini dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-sehari dengan berperan serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
Sikap positif seseorang terhadap Pancasila dapat terlihat apabila selalu berusaha mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Sehingga Pancasila ini bisa dikatakan semacam ideologi kompromi, yang menurut ahli sosial disebut sebagai ideologi of tolerant. Yang mana sebuah ideologi yang mentoleransi semua perbedaan supaya modal sosial kita untuk merdeka bisa semakin kuat.
Keberagaman di Indonesia tentu saja harus dijaga, dipertahankan dan dilestarikan karena menjadi modal utama dalam membangun bangsa yang lebih kuat dan makmur. Sebagai dasar negara, pancasila telah dirumuskan melalui diskusi panjang dan hati-hati oleh para founding fathers Indonesia. Setelah itu, lahirlah perangkat negara seperti undang-undang dasar, sistem ketatanegaraan dan lain-lain.
Berbagai ideologi tandingan maupun gerakan yang menentang Pancasila pernah dilakukan oleh berbagai oknum dan kelompok. Gerakan melawan Pancasila ini tidak hanya berpotensi pada disintegrasi bangsa, ideologi-ideologi tandingan tersebut juga telah banyak memakan korban jiwa, seperti yang tercatat dalam perjalanan sejarah Indonesia sebagai sebuah bangsa.
Ancaman lainnya adalah maraknya persoalan sosial klasik seperti konflik-konflik sosial berbasis ras dan agama, pelanggaran HAM dan ancaman radikalisme yang telah banyak memakan korban jiwa. Apabila kita merujuk pada sejarah, proses perumusan Pancasila bukanlah tanpa silang pendapat, bahwa sempat terjadi perdebatan ketika kelompok Islam tertentu ingin memperjelas identitas keislamannya di dalam Pancasila. Tapi justru perdebatan itu telah melahirkan sebuah ideologi yang merangkul segenap perbedaan.
Perbedaan memang sebuah keniscayaan di negeri yang Bhineka, Pancasila harus menjadi ideologi yang mampu merangkul segenap keberagaman untuk tetap bersatu dalam bingkai NKRI.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute