Pentingnya Bangun Kesadaran dan Partisipasi Pemilih Muda dalam Pilkada 2024
Oleh: Dewi Anjani*
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Di tengah dinamika politik yang terus berkembang, partisipasi pemilih muda menjadi kunci keberhasilan dalam memastikan bahwa pemilu berjalan dengan baik dan menghasilkan pemimpin yang benar-benar mewakili aspirasi masyarakat. Namun, untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kesadaran yang kuat dan partisipasi aktif dari generasi muda, yang kini mendominasi populasi pemilih di Indonesia.
Pemilih muda, yang sebagian besar berasal dari generasi milenial dan generasi Z, merupakan kelompok yang sangat menentukan dalam hasil Pilkada 2024. Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), sekitar 40 persen dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pilkada 2024 terdiri dari pemilih muda. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya peran mereka dalam menentukan arah masa depan daerah dan bangsa ini.
Namun, meskipun jumlah pemilih muda sangat besar, partisipasi mereka dalam pemilu sering kali masih rendah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya kesadaran politik, serta minimnya informasi yang akurat dan relevan mengenai pentingnya partisipasi dalam Pilkada. Oleh karena itu, membangun kesadaran dan meningkatkan partisipasi pemilih muda harus menjadi prioritas utama dalam persiapan menuju Pilkada 2024.
Salah satu langkah penting yang telah diambil oleh KPU adalah melakukan sosialisasi dan pendidikan pemilih ke berbagai segmen masyarakat, termasuk pemilih muda. Komisioner KPU Jawa Timur, Miftahur Rozaq, menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya meningkatkan partisipasi pemilih melalui berbagai program sosialisasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemilih muda tentang pentingnya peran mereka dalam Pilkada, serta bagaimana partisipasi mereka dapat mempengaruhi hasil pemilihan dan masa depan daerah.
Tidak hanya kuantitas partisipasi yang penting, tetapi juga kualitas pelaksanaan Pilkada. Oleh karena itu, KPU bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pesantren dan tokoh agama, untuk menyampaikan pesan-pesan penting tentang pemilu kepada pemilih muda. Pendekatan ini dianggap efektif karena pesantren dan tokoh agama memiliki pengaruh yang kuat di kalangan masyarakat, terutama di wilayah-wilayah seperti Madura, di mana kultur masyarakat sangat dipengaruhi oleh tokoh agama dan nasihat dari para kiai.
Selain itu, pendekatan yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Serang juga patut diapresiasi. Ketua KPU Kabupaten Serang, M. Nasehudin, secara aktif melibatkan pemilih muda melalui dialog interaktif di berbagai platform, termasuk radio dan media sosial. Dengan memanfaatkan era digital, KPU berusaha menjangkau pemilih muda yang lebih akrab dengan teknologi, sehingga informasi mengenai Pilkada dapat lebih mudah diakses dan dipahami.
Selain upaya yang dilakukan oleh KPU, peran Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) juga sangat penting dalam memastikan bahwa pemilih muda tidak hanya berpartisipasi, tetapi juga melakukannya dengan cara yang benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Ketua Bawaslu Kabupaten Tasikmalaya, Dodi Juanda, menegaskan pentingnya memberikan edukasi kepada generasi muda mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab mereka dalam Pilkada. Edukasi ini bertujuan untuk menciptakan pemilih yang cerdas dan aktif, yang mampu menjaga integritas pemilu dan berpartisipasi secara aktif dalam proses demokrasi.
Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat (P2HM) Bawaslu Kabupaten Tasikmalaya, Syarif Ali, menjelaskan bahwa kegiatan Bawaslu memberikan pemahaman tentang konsep dasar demokrasi, pemilu, dan Pilkada, serta peran penting yang dimiliki oleh pemilih muda dalam menjaga demokrasi yang sehat dan berkelanjutan. Dengan melibatkan pelajar dalam pengawasan Pilkada, Bawaslu berharap dapat membangun generasi muda yang memiliki ideologi yang lurus dan mampu membedakan antara yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pemilu.
Namun, upaya untuk meningkatkan partisipasi pemilih muda dalam Pilkada 2024 tidak hanya bergantung pada KPU dan Bawaslu. Semua pihak, termasuk pemerintah, partai politik, organisasi masyarakat, dan media, harus berperan aktif dalam mendukung inisiatif ini. Media massa, misalnya, memiliki peran yang sangat strategis dalam menyebarkan informasi yang akurat dan relevan mengenai Pilkada kepada pemilih muda. Kampanye media yang menarik dan informatif dapat membantu meningkatkan kesadaran politik di kalangan generasi muda, sehingga mereka lebih terdorong untuk berpartisipasi dalam pemilu.
Pentingnya membangun kesadaran dan partisipasi pemilih muda dalam Pilkada 2024 tidak dapat diabaikan. Generasi muda adalah masa depan bangsa ini, dan partisipasi mereka dalam proses demokrasi akan menentukan arah pembangunan daerah dan negara di masa depan. Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan bahwa pemilih muda tidak hanya berpartisipasi dalam jumlah yang besar, tetapi juga melakukannya dengan kesadaran dan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya peran mereka dalam Pilkada. Hanya dengan demikian, kita dapat menciptakan pemilu yang benar-benar mencerminkan aspirasi masyarakat dan menghasilkan pemimpin yang mampu membawa perubahan positif bagi daerah dan bangsa.
*Penulis merupakan mahasiswi Ilmu Politik