Pentingnya Merajut Persatuan Pasca Pemilu
Oleh : Muhammad Ikbal )*
Seberapa pentingnya persatuan? Tentu hal tersebut jarang ditanyakan, namun ternyata secara tidak langsung, rasa persatuan amat sangatlah diperlukan, hal ini karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Dalam sebuah tim sepakbola, tentu tidak semua pemain bergerombol menjadi seorang striker atau penyerang, dari 11 pemain yang bermain, tentu para pemain memilki perannya masing – masing, ada yang menjadi Kiper, Bek, Gelandang dan Penyerang, meski memiliki tugas yang berbeda, namun semuanya memiliki sebuah tujuan, yaitu kemenangan akan sebuah pertandingan.
Tentu bisa dibayangkan, bagaimana jika semua pemain dalam sebuah pertandingan, merasa tidak membutuhkan kiper, maka kemungkinan besar kebobolan akan menjadi ancaman dalam pertandingannya.
Nah saat ini, banyak yang tidak menyadari, bahwa persatuan merupakan sesuatu yang mahal, bahkan hanya berbeda seragam jersey tim kebanggaan, dapat menjadikan seseorang bermusuhan.
Pada Pemilu 2019, rakyat Indonesia kembali memilih Presiden dan Wakil Presiden, meski KPU telah memberikan pengumuman secara resmi, masih ada beberapa gerombol massa yang tidak sepakat dengan hasil pemilu, hingga akhirnya unjuk rasa yang dilakukannya menambah daftar kerusuhan di Indonesia.
Pemilu yang telah berlangsung pada 17 April lalu, telah berhasil mempolarisasi masyarakat menjadi 2 kubu. Perbedaan memang sebuah keniscayaan di Indonesia, namun segala ujaran kebencian maupun fitnah, juga tak kunjung reda meski hari pencoblosan telah selesai.
Persatuan merupakan wujud saling menghormati sesama yang mungkin memiliki perbedaan, namun seperti kisah tim sepak bola diatas, bahwa wujud persatuan bukanlah dengan memasang semua striker dalam bertanding, karena setiap anggota tim sepak bola memiliki tugasnya masing – masing dalam menjaga dalam memenangkan pertandingan.
Jika persatuan pada sebuah tim rusak, maka terbukalah celah bagi lawan untuk membobol gawangnya, sehingga kekalahanpun sangatlah mungkin terjadi.
Demokrasi di Indonesia tidaklah berusia 5 tahun, namun sudah berpuluh – puluh tahun, demokrasi menjadi sistem yang telah disepakati oleh berbagai kalangan. Sehingga bisa dikatakan bahwa Indonesia sudah senior dalam menjaga demokrasi bangsa.
Perbedaan tentu wajar terjadi, bahkan selera tim sepakbola-pun bisa berbeda, apalagi perbedaan pandangan politik. Namun perbedaan itu jangan sampai menjadi jurang pemisah. Perbedaan haruslah disikapi dengan sikap toleransi untuk tidak saling merasa paling unggul.
Persatuan yang terjaga tentu akan menumbuhkan kerukunan dalam kehidupan dan kedamaian dalam bermasyarakat, apabila persatuan bisa terawat dengan baik, maka bukan tidak mungkin akselerasi pembangunan diwujudkan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
Pastinya, kita akan merasa tidak nyaman untuk mempelajari sesuatu, dengan seseorang yang tidak memiliki toleransi terhadap perbedaan.
Berpolitik dan berdemokrasi tentu penting untuk membawa bangsa ini terlepas dari jeratan kelelahan, putus asa dan amarah yang memicu konflik serta kekerasan. Paradigma keamanan juga harus diubah dengan meninggalkan kekerasan. Peningkatan keamanan politik bangsa ini yaitu para elit politik perlu menanggalkan ego politiknya, tulus menyetujui untuk menjaga perdamaian.
Dalam berdemokrasi, tentu sikap legowo juga haruslah diinstal ketika memang tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, sudahlah cukup bagi kita untuk saling mencaci, terpapar berita hoax apalagi sampai melontarkan sumpah serapah yang mengatasnamakan agama. Karena nyatanya hal tersebut tidak memberikan keuntungan sama sekali terhadap bangsa ini.
Di Kalimantan Timur, Wakil Gubernur Hadi Mulyadi mengajak kepada masyarakat agar kembali bersatu seusai kontestasi Pemilu 2019. Dia berharap Ramadhan menjadi momentum indah untuk kembali mewujudkan persatuan dan kesatuan.
“Tentu banyak perbedaan prinsip selama proses demokrasi berlangsung. Itu hal wajar. Namun bagaimanapun, kita tetap terus menjaga ukhuwah islamiyah warga masyarakat Kaltim yang selama ini sudah terjaga dengan baik,” ujar Hadi.”
Dalam membangun bangsa ini, tentu diperlukan rasa persatuan karena semestinya kita tidak dapat bekerja sendiri, kita juga memerlukan bantuan orang lain untuk keperluan hidup kita.
Jika persatuan bangsa mulai rusak, maka sikap apatis terhadap bangsa akan berguling layaknya bola salju.
Sudah saatnya, polarisasi yang terjadi mesti dileburkan dalam sebuah acara bertajuk rekonsiliasi, dimana kedua belah pihak saling bertemu untuk menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi.
)* Penulis adalah pegiat media sosial