Pentingnya Persatuan Lintas Agama Pasca Pemilu Jelang Pilkada 2024
Oleh: Andika P
Pemilu 2024 telah usai, namun tantangan nyata baru saja dimulai. Menjelang Pilkada 2024, persatuan lintas agama menjadi semakin penting untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan masyarakat Indonesia.
Di tengah dinamika politik yang sering kali memecah belah, tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Peduli Indonesia Damai (FPID) telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mendukung pemerintahan baru dan mengawal jalannya pemerintahan pada periode 2024-2029.
Ajakan untuk bersatu dan menciptakan suasana yang harmonis ini adalah langkah awal yang sangat penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada sebuah pertemuan yang diadakan oleh FPID, berbagai pemimpin agama berkumpul untuk memperkuat hubungan antar umat beragama. Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud, yang mewakili forum tersebut, menegaskan bahwa para pemimpin agama memiliki visi yang sama dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pernyataan ini menggambarkan semangat kebersamaan yang harus dipertahankan, terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan yang mungkin timbul pasca pemilu.
Marsudi juga menekankan bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam proses bernegara. Kritik yang konstruktif adalah alat penting untuk melakukan perbaikan. Namun, dia mengingatkan bahwa kritik harus disampaikan dengan cara yang sopan dan tidak dengan mencaci maki.
Dalam konteks politik, keberadaan pihak yang mengkritik sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan mencegah kebijakan yang berlebihan. Ini adalah pesan penting bagi semua pihak untuk memahami bahwa kritik harus dilihat sebagai kontribusi positif dan bukan sebagai ancaman.
Pada pertemuan tersebut, hadir sejumlah tokoh agama seperti Romo Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, PGI Gumar Gultom, Ketua Umum Dewan Rohanian Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin) XS Budi Santoso, Ketua Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Engkus Ruswana, Ketua Umum PHDI Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Permabudhi Piandi, hingga Pimpinan Spiritual Nusantara Romo Sri Eko Galgendu. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen yang kuat dari berbagai kalangan untuk bekerja sama menjaga perdamaian dan keharmonisan di Indonesia.
Marsudi berharap pertemuan antar tokoh lintas agama ini bisa lebih sering digelar hingga menjadi kebiasaan yang membudaya. Hal ini penting untuk menciptakan suasana yang kondusif pasca kegiatan politik lima tahunan. Dia juga berharap para tokoh politik bisa meniru langkah yang dilakukan oleh FPID ini dalam rangka mencairkan suasana yang sering kali tegang setelah pemilu.
Sementara itu, Budi Santoso dari Majelis Tinggi Konghucu Indonesia menegaskan bahwa negara harus terus bergerak maju, terlepas dari adanya pihak yang suka atau tidak suka terhadap hasil pemilu. Menurutnya, ruang dan kesempatan harus diberikan kepada pihak yang mendapatkan mandat untuk memimpin.
Selain itu, dia menilai bahwa oposisi tetap dibutuhkan untuk menjadi penyeimbang dalam pemerintahan. Kebijakan yang mendapatkan masukan positif akan membantu pemerintah menghindari kebijakan yang berlebihan dan berbahaya.
Komitmen serupa juga terlihat di tingkat lokal. Di Kota Semarang, Polrestabes Semarang menggelar acara Doa Bersama di Masjid Al-Hidayah pada Kamis (25/4/2024) sebagai bentuk persatuan dan kerukunan menjelang Pilkada dan Pilwakot 2024.
Acara yang dipimpin oleh Kapolrestabes Semarang Kombes Pol. Irwan Anwar ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama dan masyarakat, termasuk Ketua PC NU Kota Semarang KH. Anasom dan Ketua PD Muhammadiyah Kota Semarang KH. Fachrurozi. Acara ini menampilkan serangkaian kegiatan seperti shalat Isya berjamaah, Istiqotsah, dan khutbah yang bertujuan untuk menciptakan suasana kondusif di masyarakat.
Kombes Pol. Irwan Anwar menyatakan bahwa acara doa bersama ini diharapkan dapat meningkatkan persatuan dan kerukunan masyarakat Kota Semarang serta menciptakan suasana kondusif. Upaya ini adalah bagian dari mendukung program Kapolda Jateng untuk meningkatkan keamanan dan kedamaian di Kota Semarang. Kegiatan ini dianggap sebagai langkah penting dalam memperkuat persatuan masyarakat dan mempromosikan kohesi sosial, terutama menjelang pemilu.
Dengan mempertemukan masyarakat dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda, Polrestabes Semarang bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama dan kepemilikan kolektif dalam menjaga perdamaian dan keharmonisan di kota.
Acara doa bersama ini juga diharapkan dapat mendukung program Kapolda Jateng dalam mendorong perpolisian masyarakat dan kohesi sosial. Dengan melibatkan masyarakat dan membina kerja sama yang lebih erat antara kepolisian dan masyarakat, acara ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan harmonis bagi seluruh warga Kota Semarang.
Kegiatan seperti ini penting untuk menunjukkan bahwa kepolisian dan masyarakat bisa bekerja sama dalam menjaga keamanan dan ketertiban, serta mendorong terciptanya suasana yang kondusif menjelang pilkada.
Pentingnya persatuan lintas agama dan kerjasama antar elemen masyarakat menjadi semakin relevan pasca Pemilu 2024 menjelang Pilkada 2024. Upaya yang dilakukan oleh FPID dan Polrestabes Semarang adalah contoh nyata bagaimana berbagai pihak bisa bekerja sama untuk menciptakan suasana yang kondusif dan harmonis.
Melalui dialog dan kolaborasi, kita dapat mengatasi perbedaan dan membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. Mari kita dukung dan lanjutkan langkah-langkah positif ini demi menjaga keutuhan dan keharmonisan bangsa.
*) Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Negeri Semarang