Penyebutan KKB Sebagai Teroris Sudah Tepat
Oleh: Alfred Jigibalom )*
Saat kelompok kriminal bersenjata diklaim sebagai teroris, maka publik menyetujuinya, karena cara-cara mereka dalam menjalankan aksinya sudah seperti teroris. Sebutan teroris memang sudah tepat, agar pemberantasan KKB makin intensif. Sehingga kedamaian di Papua segera tercipta.
Papua (dulu Irian Jaya) termasuk provinsi bungsu yang baru masuk jadi bagian Indonesia, pada tahun 1969, setelah Pepera (penentuan pendapat rakyat). Sayangnya pepera membawa buntut berkepanjangan, karena ada pihak yang tidak menyetujui bahwa Bumi cendrawasih menjadi bagian dari Indonesia. Merekalah yang saat ini jadi organisasi papua merdeka dan anteknya, kelompok kriminal bersenjata.
KKB sudah eksis sejak lama dan makin hari makin mengkhawatirkan. Oleh karena itu. Ketika KKB dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah, masyarakat langsung menyetujuinya. Tak hanya warga asli Papua, tetapi seluruh rakyat Indonesia juga setuju. Penyebabnya karena selama ini KKB makin meresahkan dan bikin onar, sampai membuat orang lain kehilangan nyawa.
Saat KKB dicap sebagai teroris maka ini adalah langkah tegas untuk memburu dan membinasakan mereka. Penyebabnya karena ketika dulu memakai cara lain seperti pendekatan secara kultural, komunikasi baik-baik, dll, malah gagal total. Mereka tetap kukuh ingin memerdekakan Papua, sehingga mau tak mau harus menggunakan cara sporadis dalam memberantas KKB.
Anggota Komisi I DPR RI Bobby Adhityo Rizaldi menyatakan persetuannya tentang pelabelan KKB sebagai teroris. Menurutnya, dengan status ini, maka akan mendapat dukungan dari dunia internasional. Mengingat selama ini OPM-lah yang selalu cari muka dan playing victim saat berhadapan dengan perwakilan dari negara lain. Padahal mereka tidak mengetahui masalah yang sebenarnya.
Dalam artian, jika ada dukungan dari pihak luar, misalnya Dewan PBB atau organisasi yang berada di bawahnya, maka pemberantasan KKB akan lebih lancar. Pasalnya, OPM dan KKB selalu mengadu bahwa hak asasi mereka yang dicederai, padahal sebenarnya merekalah yang bersalah karena sembarangan menembak warga sipil dan para aparat, hingga menimbulkan korban jiwa.
Setelah ada bala bantuan dari TNI yang didatangkan dari luar Papua, mereka bergabung dengan Satgas Nemangkawi dan langsung terjun ke Kabupaten Puncak. Di sana memang rawan konflik dan dikabarkan ada salah satu markas KKB, sehingga memang betul untuk menyerbu dan memberantas kelompok itu langsung ke sarangnya.
Dalam kontak senjata tersebut, 9 orang anak buah Lekagak Telenggen tertangkap. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Satgas Humas Nemangkawi Kombes Pol Iqbal Al Qupdusy. Penangkapan ini merupakan sebuah prestasi, karena lama-lama jumlah pasukan KKB akan habis dan mereka akan hilang dari tanah Papua.
Lekagak Telenggen sejak dulu memang sering membuat onar, karena dengan kelompoknya ia berbuat kriminal. Sehingga jika jumlah pasukannya berkurang, diharap ia akan ketakutan lalu menyerahkan diri.
Setelah ada penangkapan ini, maka dilanjutkan dengan misi tanggal 12 mei 2021, yang bertempat di Kampung Wuloni, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. Dua anggota KKB tertangkap dan salah satunya adalah Lesmin Walker. Ia memiliki posisi strategis di KKB, sebagai komandan pasukan pintu angin. Ia menjadi tersangka karena menembak alm Bharata Komang yang merupakan anggota Satgas Nemangkawi.
Dalam misi ini, maka ada satuan gabungan dari Pasukan Nanggala, YR500, dan Pinang Sirih (Cakra). Polres Puncak juga membantu dalam misi ini yang berada di bawah pimpinan Iptu Budi Basrah. Kerja sama ini membuahkan hasil yang bagus dan semoga semua anggota KKB tertangkap.
Saat KKB dicap sebagai teroris, maka pemberantasannya menjadi agenda nomor 1. Tak hanya anggota TNI yang bekerja keras dalam penangkapan, tetapi juga anggota Polri bersemangat membantu. Semua dilakukan demi perdamaian di Bumi Cendrawasih.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Bali