Peran Penting Masyarakat Tingkatkan Kewaspadaan Cegah Teror Akhir Tahun
Oleh : Vania Salsabila Pratama )*
Peran penting dari seluruh masyarakat Indonesia memang sama sekali tidak bisa dianggap sebelah mata, semuanya harus bisa saling bergotong-royong dalam rangka meningkatkan kewaspadaan untuk bisa mencegah adanya ancaman aksi terorisme dan radikalisme menjelang akhir tahun 2022.
Ketahanan nasional memang harus terus diperkuat, yang mana terdiri dari beberapa aspek, yakni ideologi politik, ekonomi, sosial budaya, hingga pertahanan dan keamanan. Seluruh aspek tersebut sama sekali tidak bisa dilepaskan satu sama lainnya, karena semuanya memiliki keterkaitan satu sama lain, utamanya adalah menyangkut perihal toleransi untuk bisa mencegah aksi radikalisme dan terorisme.
Terkait hal tersebut, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar memastikan bahwa pihaknya terus berupaya untuk bisa terus memperkokoh ketahanan nasional. Bukan tanpa alasan, pasalnya seluruh upaya tersebut memang sama sekali tidak lepas dari adanya ancaman, hambatan hingga gangguan dan merupakan kejahatan yang anti dengan konstitusi negara dan Pancasila.
Kejahatan berupa tindak radikalisme dan terorisme memang sejauh ini terus menghalalkan segala cara untuk mampu mencapai tujuan mereka, termasuk juga penggunaan kekerasan akan mereka lakukan demi mencapai tujuan yang bersifat anti kemanusiaan.
Oleh karenanya, kesiapsiagaan nasional menjadi salah satu strategi terbaik untuk terus mampu melakukan pencegahan aksi terorisme dengan mendorong dan mendukung semua kelompok dan organisasi masyarakat untuk turut serta hingga berperan aktif dalam pencegahan tindak pidana terorisme. Komjen Boy menyatakan bahwa masyarakat sendiri memiliki beberapa faktor penting untuk terus dilibatkan dalam upaya pencegahan ini.
Faktor pertama pentingnya peranan masyarakat dalam mencegah tindak terorisme, khususnya menjelang akhir tahun 2022 adalah adanya konteks kultur dan budaya yang ada pada masyarakat, yang mana memang hakikatnya sama sekali tidak ada yang sejalan dengan ideologi radikal terorisme atau ekstrimisme kekerasan lainnya. Sehingga diharapkan kepada semua masyarakat untuk bisa secara sukarela membantu kebijakan pemerintah dalam hal kontra terorisme.
Kemudian hal kedua adalah, karena memang ancaman munculnya paham radikal dan terorisme ini sangat berkaitan dengan masyarakat sendiri, yakni sangat memungkinkan masyarakat menjadi korban yang bahkan terdampak secara langsung, sehingga sangat penting adanya pemberdayaan masyarakat secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan masyarakat sendiri secara rasional sangat menyadari bahwa mereka mampu menjadi korban akan adanya tindak pidana terorisme jika sama sekali tidak ikut terlibat dalam pencegahan terorisme.
Selanjutnya, faktor ketiga adalah melihat bahwa masyarakat merupakan sebuah komunitas yang memang terbentuk secara sadar dan memiliki relasi atau keterkaitan satu sama lain, dengan kuatnya relasi tersebut sangat membantu untuk terus mempromosikan bagaimana kebijakan kontra terorisme dalam sebuah komunitas masyarakat yang digaungkan oleh pemerintah sehingga upaya pencegahan redikalisme dan terorisme menjelang akhir tahun akan terjadi secara jauh lebih optimal dan maksimal.
Dengan tegas, Komjen Boy menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut akan membuat pemberdayaan masyarakat menjadi sebuah program yang sangat tepat dan juga memiliki dampak yang besar dalam menciptakan resiliensi sehingga bisa mendorong terciptanya sebuah masyarakat yang siap siaga untuk menghadapi paham radikal terorisme maupun tindak pidana terorisme.
Lebih lanjut, juga menjadi sangat penting adanya kegiatan deklarasi kesiapsiagaan nasional karena dapat meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi tindak pidana terorisme melalui sistem deteksi dini dari ancaman tersebut, yang berbasis komunitas. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Indonesia sendiri memiliki identitas jati diri yang sudah menjadi sebuah legacy peninggalan dari para pendiri bangsa sebelumnya dan menjadi sebuah sistem nilai yang sama sekali tidak diragukan lagi.
Sementara itu, pihak Polri juga terus berupaya untuk melakukan pengamanan dalam rangka akhir tahun dengan adanya Ops Lilin Lodaya 2022. AKBP M. Lukman Syarif menyampaikan bahwa upaya pengamanan tersebut telah melibatkan banyak undur seperti TNI, Pemda dan Mitra Kamtibmas lainnya. Sebagai informasi, Operasi Lilin 2022 sendiri akan dilaksanakan selama 11 hari mulai tanggal 23 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023 dengan terus mengedepankan kegiatan preemtif dan preventif secara humanis, serta penegakan hukum yang tegas dan profesional sehingga masyarakat mampu merayakan Natal dan Tahun Baru dengan penuh rasa aman dan nyaman.
Dirinya juga menambahkan bahwa pengamanan yang dilakukan ini bukanlah sebagai sebuah agenda rutin, namun pihaknya akan terus meningkatkan kewaspadaan terhadap setiap dinamika perkembangan masyarakat. Karena memang berdasarkan mapping kerawanan yang telah dilakukan, ada beberapa prediksi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat yang harus terus diantisipasi, utamanya adalah ancaman terorisme dan radikalisme.
Untuk bisa terus mencegah adanya potensi tindak terorisme dan radikalisme menjelang akhir tahun 2022 menuju 2023, memang sudah sepatutnya semua pihak selalu meningkatkan kewaspadaan mereka, utamanya adalah semua masyarakat yang memiliki peranan sangat penting karena relasinya yang kuat, dan juga ancaman terorisme sendiri mampu mengancam keselamatan dan keamanan masyarakat secara langsung.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara