Cuitan Media Sosial

Peran serta media massa dan generasi muda Dalam Menjaga Persatuan Bangsa Pasca Pemilu

Oleh : Dani SN )*

Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi telah menetapkan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih pada 30 Juni 2019. Penetapan tersebut berdasarkan hasil rapat pleno yang digelar tiga hari pasca sidang putusan sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK). Penetapan Presiden dan Wapres 2019 terpilih yang bersumber dari keputusan sidang sengketa Pilpres 2019 oleh MK menandai berakhirnya drama panjang Pemilu 2019, mengingat fase Pemilu hanya tinggal menunggu pelantikan Presiden dan Wapres terpilih. Kendati demikian, persoalan tersebut menyisakan pertanyaan penting diantaranya soal rekonsiliasi. Polarisasi di masyarakat juga dinilai masih kentara, salah satunya ditandai dengan adanya ajakan untuk mencetak Kartu Tanda Pendukung (KTP) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di aplikasi perpesanan WhatsApp.

Jokowi telah berupaya mengirim sejumlah utusan untuk memfasilitasi pertemuannya dengan Prabowo, tapi wacana itu hingga kini belum terealisasi. Rekonsiliasi dinilai perlu dilakukan tidak hanya oleh kedua kandidat presiden dan wakil presiden namun juga masyarakat. Rekonsiliasi tidak boleh diartikan sempit sebatas ajang transaksional dan bagi-bagi kekuasaan. Rekonsiliasi harus dapat diartikan sebagai sarana menguatkan kembali persatuan anak bangsa yang sempat terkoyak akibat perbedaan pilihan politik. Masih adanya polarisasi masyarakat berpotensi kembali terulang, sehingga dikhawatirkan menggangu kondusifitas jelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada Oktober 2019. Untuk itu peran media sebagai pilar demokrasi keempat perlu untuk terus dioptimalkan. Pilihan politik di masyarakat merupakan hal yang alami. Namun, apapun perbedaan dan perselisihan yang muncul pada saat Pemilu, hendaknya segera disingkirkan, dan kembali merajut persatuan dan kesatuan. Sebagai warga negara Indonesia, dan bagian dari NKRI, semua lapisan dan elemen masyarakat seharusnya turut serta dalam menjaga tali persaudaraan dan kedamaian serta menolak dan mencegah terjadinya hal-hal yang mengarah kepada perpecahan bangsa.

Media dan masyarakat perlu mewaspadai adanya upaya provokasi dari mereka yang menyebar berita hoaks. Sangat penting untuk menjaga dan memperbanyak konten positif dan berkualitas karena berhubungan dengan generasi muda bangsa. Dengan adanya sosial media saat ini tentu berpengaruh besar kepada generasi milenial, bisa dilihat bahwa generasi milenial juga memiliki andil yang besar dalam mensukseskan pemilu 2019. Bahkan para generasi milenial ini juga sudah memiliki keberanian untuk mengutarakan pendapatnya dan melihat dengan jelas kondisi politik yang ada saat ini. Tentu saja memperhatikan dan menarik simpati dari para generasi milenial juga bukan hal yang mudah karena tidak sedikit juga dari mereka yang cukup apatis terhadap hal-hal berbau politik.

Beragam tanggapan generasi milenial terhadap berbagai hal yang sudah terjadi selama proses pelaksanaan pemilu 2019 ini tentu saja perlu menjadi bahan pertimbangan. Namun akan lebih baik jika generasi milenial juga mampu memberikan penilaian secara menyeluruh berdasarkan sudut pandang masing-masing. Mereka perlu mengumpulkan informasi dan data untuk mempertimbangkan pilihan yang tepat, sehingga penilaian tidak bisa hanya dilakukan dari satu sisi atau pendapat saja.

Di samping itu generasi milenial cenderung masih memiliki idealisme kebangsaan dan energi yang besar untuk berjuang, kaum muda juga memiliki ide-ide dan gagasan yang lebih segar untuk bisa dicurahkan guna membangun perdamaian di tengah masyarakat. Di sisi lain, kaum muda juga relatif tidak memiliki beban sejarah konfliktual. Tidak seperti generasi pertama dan kedua bangsa Indonesia—yang kadang masih susah melepaskan diri dari peninggalan konflik dan gesekan politik yang pernah terjadi di masa lalu. Jadilah generasi milenial yang kritis karena akan sangat menguntungkan, namun tentu saja berbagai hal harus dipikirkan terlebih dahulu jangan sampai keuntungan itu menjadi bumerang yang akan berbalik menjadi petaka. apalagi melalui media sosial juga perlu untuk diperhatikan dengan baik.

Generasi milenial yang bijak selalu mempertimbangkan segala informasi yang tentu saja akan sangat membantu untuk meminimalisasi adanya kemungkinan kerusuhan atau bahkan perkembangan hoaks yang semakin merajalela. Sehingga meskipun milenial memang memiliki gejolak yang begitu besar tetapi setiap langkah yang diambil tentu harus dipertimbangkan dengan baik apalagi jika berkaitan dengan urusan politik. Bisa kita lihat adanya beragam perdebatan di berbagai sosial media terkait politik terutama pemilihan presiden dan wakil presiden menunjukkan adanya perhatian yang besar dari para milenial terkait perkembangan negara ke depannya.

Mengembalikan kehidupan yang damai di tengah masyarakat memang butuh langkah komprehensif dan peran aktif semua elemen bangsa. Namun, setidaknya dengan gerakan perdamaian yang dilakukan generasi muda yang mendominasi jumlah pemilih di tahun politik ini, diharapkan mampu memberi dampak siginfikan dalam upaya membangun kembali kehidupan masyarakat Indonesia yang aman, tentram, rukun, dan damai.

Tentu saja pemikiran kritis ini harus diarahkan ke jalan yang benar agar para milenial ini tidak sampai salah arah terutama dalam mendapatkan informasi sebagai dasar pertimbangan mereka. Sikap yang ditampilkan oleh para milenial pasca penetapan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019 – 2024 seharusnya diarahkan untuk memberikan seruan-seruan perdamaian kepada seluruh elemen bangsa ini. Hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai bentuk dan media termasuk media sosial dan media massa yang tentu diharapkan pula dapat menciptakan suasana yang nyaman pasca pemilu dengan menampilkan berbagai pesan damai dan menghindari pemberitaan yang tendensius terhadap salah satu pihak dan memancing konflik yang tidak perlu terjadi. Sebagai akhir dari  tulisan ini, saya berharap seluruh pembaca dapat memilih dan memilah informasi secara cerdas dan tidak termakan isu-isu dan hoaks, karena perpecahan dapat terjadi akibat isu dan berita hoaks yang sekarang menjamur di media-media sosial. Salah satu langkah efektif dan efisien untuk menghentikan penyebarluasan hoaks adalah selalu melakukan cek dan ricek serta membiarkan isu dan informasi hoaks berhenti di Anda.

)* Penulis adalah pegiat Pustaka Institute   

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih