Peran Vital Media Dalam Menjaga Persatuan Pasca Pemilu
Oleh : Rahmad Kurniawan )*
Media merupakan hal yang sangat penting bagi Indonesia, selain itu keberadaan media yang sehat adalah salah satu upaya untuk menjaga negeri ini tetap utuh. Kita tentu tidak bisa melupakan sejarah ketika proklamasi dibacakan oleh Ir Soekarno dan disebarkan melalui siaran Radio Republik Indonesia.
Selain itu, ajakan perjuangan bung Tomo melalui Radio juga telah membakar semangat para pejuang untuk bersatu dan berperang melawan penjajah, hingga akhirnya bendera Belanda yang berwarna Merah Putih Biru dapat disobek menjadi Bendera Merah Putih.
Hal tersebut membuktikan bahwa media merupakan jembatan yang sangat penting, dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang. Hal ini tentu akan menjadi sebuah boomerang jika media menyajikan berita yang provokatif hingga mengajak seseorang untuk membenci sesuatu secara berlebihan.
Saat ini Indonesia telah merdeka, tak ada lagi penjajahan dengan ancaman senjata seperti beberapa puluh tahun yang lalu. Pers ataupun Media tentu memiliki peran dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, namun media juga bisa menjadi senjata yang mematikan, bahkan bisa menghancurkan persatuan bangsa yang sudah susah payah diperjuangkan oleh para pahlawan.
Apalagi dengan semakin mudahnya akses teknologi yang sudah menjadikan suatu informasi semakin mudah ditemukan tanpa membuang banyak waktu untuk membuka buku, majalah atau koran.
Tak dipungkiri informasi yang tersedia juga memberikan berita yang tidak meneduhkan, melainkan menggiring masyarakat untuk menerima berita dari sisi kehebohan saja.
Maraknya penyebaran informasi yang tidak jelas atau hoax, merupakan cerminan problematikan yang dapat mengancam persatuan bangsa. Pemilu 2019 juga tidak lepas dari hoax yang semakin membuat sebagian warganet mengganas, seperti tuduhan kontainer berisi surat suara, sampai pada dugaan penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet yang ternyata dirinya baru saja menjalani operasi plastik.
Jika berita hoax tersebut tidak ditanggulangi dengan segera, tentu akan semakin banyak orang yang terhasut dengan beredarnya informasi tersebut.
Apalagi dengan adanya sosial media, semua pihak bisa mendadak menjadi seorang jurnalis tanpa harus bercapek – capek ria menuliskan berita, tinggal klik tombol share maka seluruh teman dan follower dapat mengakses informasi tersebut.
Sampai kapanpun media harus berperan dalam menjaga kestabilan politik, karena seperti selayaknya makanan, jika informasi yang diberikan adalah informasi yang sarat gizi, tentu pihak penerima produk media berupa berita maupun informasi, akan dapat menyikapi pemberitaan tersebut dengan bijak.
Apalagi Indonesia memiliki keragaman suku bangsa dan agama, media juga dituntut harus mampu menjadi forum yang tidak menyinggung terkait SARA.
Selain memberikan informasi, media baik media massa maupun elektronik, sudah semestinya menjadi lembaga pendidik bagi masyarakat luas.
Karena media sudah semestinya memberitakan sesuatu yang tidak hanya tepat dan akurat, tatapi juga bisa menambah ilmu pengetahuan masyarakat.
Karyono Wibowo selaku Direktur Eksekutif Indonesian Public Institut (IPI) pernah mengatakan bahwa media memiliki peran yang sangat strategis. Posisinya sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam hal ini, media seakan menguasai perannya untuk menjadikan masyarakat sebagai insan yang toleran terhadap perbedaan, atau insan yang mudah terbakar dan terhasut dengan kalimat yang bernada provokatif.
Apalagi selama pemilu 2019, ada saja upaya dari kelompok tertentu yang mengajak untuk tidak percaya pada hasil quick count, hingga menggiring untuk tidak mempercayai media mainstream.
Oleh karena itu, Media memiliki tanggung jawab sosial, dimana ada 2 hal yang harus dilakukan oleh media baik mainstream maupun online. Yaitu, turut mengambil peran dalam menjaga ketertiban, keamanan dan ketentraman, serta yang paling penting adalah menyelamatkan demokrasi.
Selain media, pengguna internet atau netizen juga perlu dengan bijak dalam menerima segala informasi yang ada. Dalam membaca berita online awali dengan sikap skeptis dengan tidak mudah percaya sampai menemukan informasi pembanding yang lainnya.
Netizen juga jangan hanya membuat kesimpulan hanya berdasarkan judul berita saja, melainkan baca berita sampai tuntas lalu cari pembanding dari media mainstream, jika memang informasi tersebut bermanfaat, silakan dibagikan, namun jika informasi tersebut ternyata sesat, kita punya kuasa atas jempol kita untuk tidak membagikan informasi tersebut.
)* Penulis adalah Pegiat Pustaka Institute