Peran Warganet Lawan Hoax dan Sebar Narasi Optimisme Sukseskan New Normal Habits’
Oleh: Friska Nathalia (Koordinator Forum Pegiat Media Sosial Independen Regional Medan)
Pesatnya perkembangan telepon pintar membuat publik semakin mudah mengakses beragam informasi dan berita hanya dalam genggaman tangan, namun imbasnya informasi palsu ikut tersebar dengan mudah, bahkan bagi sejumlah orang malah diyakini sebagai kebenaran.
Dengan kemudahan mendapat informasi akibat perkembangan teknologi yang semakin maju tersebut, tidak terlepas dari media yang tersedia. Salah satunya, media sosial, yang menjadi produk media berbasis daring, dimana masyarakat dapat mengakses informasi baru yang diinginkan dengan cepat ditambah dengan akses internet yang sangat memudahkan, apalagi ditengah keterbatasan gerak akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Di sisi lain, pemberitaan terkait pandemi Covid-19 sendiri marak di sejumlah media sosial dan terus mengalami peningkatan, perubahan yang terjadi sangat signifikan, karena banyak pihak tidak ingin ketinggalan dalam memperoleh ataupun membagikan informasi terkait perkembangan Covid-19.
Namun demikian, dengan perilaku kita yang sering menyebarkan sebuah informasi tanpa dilakukan validasi, bahkan tanpa dibaca sekali pun, hanya menyebabkan hoaks merajalela dan dapat membentuk pola pikir keliru di tengah masyarakat. Tantangan terbesar dari new normal ialah perang melawan hoaks. Berita bohong/sesat yang disebut hoaks telah menginfeksi para pengguna WhatsApp dan sosial media diseluruh dunia termasuk Indonesia.
Penyebaran hoaks di masyarakat sering dilakukan melalui 3 cara. Cara pertama pertama, melalui jaringan internet secara luas seperti membuat artikel atau videografis menggunakan blog/web dan kanal youtube. Cara kedua melalui posting media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Cara ketiga melalui jaringan grup WhatsApp dan ini yang dianggap yang paling berbahaya.
Di sisi lain, kerap kali kita tidak sadar setiap membaca sebuah informasi mengenai Virus Corona atau Covid-19 timbul rasa panik, peredaran informasi melalui media sosial-lah yang justru menimbulkan kepanikan di masyarakat dewasa ini, bahkan kepanikan akibat media sosial lebih cepat menyebar daripada penyakit itu sendiri.
Apalagi saat ini pemerintah mulai menerapkan istilah “New Normal” yang beberapa hari terakhir banyak diperbincangkan. Istilah tersebut menyiratkan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak normal akan menjadi sesuatu yang biasa. Presiden Joko Widodo juga mengungkapkan akan mulai menerapkan new normal tersebut ke beberapa daerah di Indonesia.
Dampaknya, hoaks seputar new normal banyak berseliweran di tengah masyarakat yang justru dapat merusak kepercayaan kepada pemerintah dan juga sesama masyarakat itu sendiri. Hal itu dapat terjadi akibat kurangnya literasi atau memahami berita hanya setengah setengah.
Sering ditemui pula setiap kebijakan pemerintah, ada saja yang tidak terima atau tidak setuju. Mungkin menjadi hal yang wajar pada sistem demokrasi. Akan tetapi tidak serta merta menolak begitu saja. Perlu adanya solusi dari penolakan tersebut. Terlebih lagi hanya untuk mendiskreditkan pemerintah yang sah saja. Oleh karena itu, jangan sampai isu new normal disamakan dengan ‘herd immunity’. Tentu isu ini dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab guna menciptakan kegaduhan di tengah masyarakat dan mempengaruhi pola pikir masyarakat serta realitas sosial hanya untuk kepentingan pribadi belaka.
Edukasi new normal harus dilakukan gencar kepada masyarakat dan warganet secara terus menerus, seperti informasi valid dan kebermanfaatan dari terobosan new normal. Agar nantinya masyarakat tidak kembali mengalami kebingungan dan kecemasan terkait new normal. Diharapkan pula, masyarakat mampu melaksanakan ketentuan new normal dengan ikhlas dan sadar.
Untuk itu, warganet perlu bersatu untuk melawan berita hoax seputar new normal dan bersama-sama terapkan pola hidup sehat serta singsong masa depan. Selain itu kerjasama warganet dengan masyarakat lainnya perlu terus dioptimalkan guna memastikan warganet memperoleh informasi yang bersifat optimis dan edukatif, sehingga literasi new normal dapat terus digalakkan dengan konten narasi positif. Oleh karena itu, isi lini media sosial dengan informasi yang valid, edukatif dan menumbuhkan optimisme.