Perekonomian Indonesia Tumbuh Di Tengah Pandemi Covid-19
Oleh: Raditya Rahman )*
Pandemi Covid-19 memang memporakporandakan berbagai sektor, terutama di bidang ekonomi. Bahkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kuartal pertama 2020 hanya sebesar 2,97 %. Kondisi ini harus diubah dan Indonesia wajib bangkit lagi agar tidak tercebur dalam resesi. Caranya dengan membuka pasar, sebagai salah satu pusat perekonomian rakyat.
Sejak awal pandemi Covid-19, sektor ekonomi benar-benar terhantam. Pedagang kaki lima mengalami penurunan omzet secara drastis karena jalanan sepi akibat aturan PSBB. Tak hanya wirausaha kecil, bahkan pengusaha kelas kakap juga terpaksa merumahkan pegawainya karena sepi pesanan. Sedangkan karyawan yang masih bertahan tidak mendapat THR atau merelakan gajinya dipotong. Banyaknya pengangguran juga mengkhawatirkan, karena bisa juga menimbulkan masalah sosial, dan jangan sampai angka kemiskinan naik drastis.
Jika terus-menerus berada dalam kondisi ini, maka kondisi perekonomian Indonesia bisa kolaps. Bahkan ada yang memprediksi bisa terjadi krisis ekonomi seperti tahun 1997-1998 karena kurs dollar yang terus naik. Namun kita harus optimis dan menatap masa depan, dan membangkitkan sektor ekonomi dengan berbagai cara.
Salah satu cara untuk menaikkan kembali sektor ekonomi Indonesia adalah dengan memulai era the new normal. Jadi sudah tidak lagi ada kewajiban untuk stay at home dan work from home. Pasar dan pusat perbelanjaan dibuka lagi, agar roda perekonomian berputar kembali. Tentu pembukaannya harus dengan protokol yang ketat, misalnya wajib ada tempat cuci tangan dengan sabun antiseptik, wajib jaga jarak saat belanja dan mengantri, serta semua orang harus memakai masker.
Memang sekarang sudah ada marketplace dan toko online namun kenyataannya masih banyak orang yang suka belanja langsung ke pasar. Lagipula, tidak semua orang melek teknologi internet. Jika di pasar penjualnya adalah orang yang sudah tua-tua, kebanyakan memegang HP hanya untuk menelepon dan tidak tahu cara berjualan secara online. Ketika pasar dibuka lagi, maka mereka bisa bernapas lega karena mendapatkan penghasilan lagi.
Ketika pasar dibuka lagi, maka yang untung bukan hanya pedagang, tapi juga tukang parkir dan juga pengusaha yang membuka lapak di sekitar pasar. Pemilik kios cukur rambut, kios koran, warung kopi, dan kios rokok juga bisa berjualan lagi karena sudah ada konsumen yang datang saat pasar dibuka kembali. Akibatnya perputaran uang kembali muncul dan pertumbuhan ekonomi bisa naik lagi, walau secara perlahan.
Namun kondisi ini bergantung dari kesiapan pengusaha terutama yang mengelola UMKM (usaha kecil dan menengah) dalam berjualan lagi. Salah satu ganjalannya adalah modal kerja. Pandemi Covid-19 membuat mereka harus berhenti jualan untuk sementara dan hanya bisa menghabiskan tabungan. Cara mengatasinya adalah dengan berdagang dengan sistem titip jual, jadi tidak usah kulakan terlebih dahulu. Kita harus tetap optimis dalam berdagang dan bersyukur bahwa pasar sudah dibuka lagi, sehingga keadaan finansial negara bisa membaik kembali.
Pemerintah juga membantu para pengusaha UMKM agar bisa bangkit lagi dengan cara memberi subsidi bunga pinjaman, baik bagi nasabah di Bank maupun BPR, serta perusahaan finance. Besaran subsidinya adalah 6 persen pada 3 bulan pertama, dihitung sejak awal pandemi Covid-19. Jadi pengusaha bisa membayar cicilan dengan bunga yang sangat ringan. Mengapa harus pengusaha yang dibantu? Karena mereka adalah salah satu penggerak perekonomian di Indonesia.
Langkah pertama untuk membangkitkan perekonomian Indonesia adalah dengan membuka kembali pasar dan pusat perbelanjaan lainnya, karena merupakan salah satu tempat berputarnya roda ekonomi. Dengan dibukanya pasar, maka pengusaha bisa berjualan lagi dan kita optimis bahwa perekonomian Indonesia bisa naik lagi. Pengusaha juga diberi fasilitas subsidi bunga pinjaman, jadi memperingan beban untuk membayar cicilan. Semoga perekonomian Indonesia naik di kuartal kedua, ketiga, dan keempat tahun 2020.
)* Penulis adalah kontributor The Jakarta Institute