Perlu Kewaspadaan Menyikapi Insiden Penyerangan Tokoh Agama
Oleh : Sulaiman Rahmat )*
Berita tentang ulama yang diserang pada tanggal 27 Januari 2018 tentunya menghebohkan publik. Bagi yang belum tahu, peristiwa itu terjadi di pondok pesantren Al-Hidayah, Cicalengka Bandung. Pada saat sedang berdzikir, pria tak dikenal langsung masuk ke dalam masjid dan melakukan tindak kekerasan kepada KH. Umar Basri bin Sukrowi. Setelah diselidiki, pelaku ternyata memiliki riwayat depresi dan gangguan jiwa. Tak hanya berhenti pada kasus tersebut, salah seorang tokoh persatuan islam Indonesia juga diserang oleh orang tak dikenal dan meninggal di rumah sakit.
Selain itu, terjadi pula peristiwa penolakan terhadap biksu bernama Mulyanto Nurhalim. Peristiwa yang terjadi pada 7 Februari 2018 tersebut baru viral pada 10 februari 2018 setelah video yag merekam kejadian tersebut tersebar. Menyusul berita tersebut, di Sleman Yogyakarta tanggal 11 Februari 2018 juga muncul berita mengejutkan tentang Pastor Karl-Edmund Prier yang juga mendapat serangan orang tak dikenal yang masuk ke gereja dengan membawa senjata tajam.
Kejadian yang hampir serupa dialami oleh para pemuka agama ini tentunya membuat publik cemas.Tak dapat dipungkiri bahwa akan muncul pemikiran untuk mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lain. Kejadian yang seperti beruntun tersebut membawa banyak spekulasi tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Lalu bagaimana pendapat tokoh politik menyikapi hal ini? Berbicara mengenai politik, tentunya akan lebih baik menyorot ke pemerintah terlebih dahulu. Menanggapi kasus yang saat ini tengah banyak diperbincangkan tersebut, Presiden Republik Indonesia melalui staf kepresidenan menegaskan bahwa peristiwa tersebut tidak seharusnya dikaitkan dan dirangkai menjadi sebuah pola yang justru meresahkan. Kejadian itu berada di tempat yang berbeda dan hanya kebetulan semata memiliki waktu yang tidak terpaut jauh.
Kejadian tersebut menjadi viral dikarenakan terjadi pada waktu yang cukup berkaitan satu sama lain. Ditambah lagi dengan momentum jelang Pilkada. Kejadian tersebut pun semakin dihubung-hubungkan dengan unsur politik.
Selain dari staff kepresidenan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin juga ikut bersuara mengenai peristiwa tersebut. Beliau mengecam aksi tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap pemuka agama. Hal tersebut sungguh ironis dan tidak bisa dibenarkan dengan alasan apa pun. Meski begitu, Menag menghimbau agar masyarakkat menyerahkan kasus ini kepada pihak berwajib.
Jangan sampai kita menjadi saling terprovokasi antar umat beragama. Jangan sampai permasalahan tersebut menimbulkan rasa saling curiga dan permusuhan. Yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan dan ke hati-hatian. Yang perlu dilakukan adalah semakin menjaga rumah ibadah dan para pemuka agama agar tak ada yang menjadi korban lagi.
Mengenai hal tersebut, Menag telah menugaskan Kepala Kanwil Kemenag untuk mengambil langkah agar kembali menciptakan kerukunan antar umat beragama. Langkah tersebut antara lain adalah mensosialisasikan sikap para pemuka agama dalam menciptakan kerukunan. Perlu diketahui, sebanyak 250 perwakilan pemuka agama telah dikumpulkan untuk bermusyawarah. Hasil rumusan musyawarah itu akhirnya di sampaikan Kepada Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.
Intinya adalah, untuk bisa menciptakan kerukunan antar umat beragama hendaknya para pemeluk agama menyadari bahwa kita semua diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan dasar tersebut, setiap pemeluk agama pun bisa memperlakukan pemeluk agama lain dengan baik. Ketika ada suatu permasalahan, antar pemeluk agama bisa berdialog demi kemajuan bangsa. Kemudian setiap pemeluk agama perlu memiliki sikap toleransi dengan tidak memaksakan pandangannya kepada pemeluk agama lain. Perlu adanya sikap menghormati prinsip satu sama lain. Yang terakhir, hendaknya setiap pemeluk agama menyadari bahwa kerukunan dan persatuan sangat penting demi kemajuan bangsa dan negara.
Selain Kemenag, tokoh Muhammadiyah Din Syamsudin juga mengecam aksi kekerasan terhadap ulama maupun yang terjadi kepada pastor di Yogyakarta. Menurutnya tindakan tersebut bertujuan untuk menyebarkan rasa takut di lingkungan masyarakat. Ia pun meminta kepada aparat untuk segera menyelesaikan kasus tersebut.
Sebab, apabila kasus itu dibiarkan berlama-lama akan mengancam stabilitas negara. Jika kejadian tersebut kembali terulang, tentunya hal ini akan menambah rasa curiga di kalangan masyarakat. Masalah seperti ini dapat menghancurkan keharmonisan kehidupan beragama. Din juga menghimbau agar masyarakat tetap tenang serta tidak terprovokasi. Jangan sampai aksi kekerasan ini justru memicu tindak kekerasan lain yang tidak diinginkan.
Aksi kekerasan yang sudah menjadi berita nasional itu tidak lantas dibiarkan saja. Tentunya pihak pemerintah telah mengupayakan agar kasus ini segera terselesaikan dengan berbagai langkah. Pemerintah beserta jajarannya yaknu TNI dan POLRI telah bekerja keras dalam mengusut tindakan kriminal tersebut. Dimulai dari menyelidiki motif kekerasan tersebut, hingga menjaga agar masyarakat tidak resah dengan mengumpulkan pemuka agama untuk bermusyawarah.
Persolan ini memang simpang-siur. Di satu sisi, ada konten-konten yang terlanjur tersebar bahwa peristiwa tersebut saling berkaitan dan sengaja diciptakan atas tujuan tertentu. Di sisi lain, pihak Polri menegaskan bahwa ini hanya kasus kriminal biasa hanya saja kebetulan terjadi di waktu yang cukup berantai sehingga menimbulkan banyak spekulasi di masyarakat.
Sebenaranya apa yang terjadi di balik peristiwa ini, alangkah baiknya kita tidak langsung menyimpulkan apa yang belum kita ketahui secara pasti. Biarkan pihak yang berwajib bekerja sesuai bidang mereka dalam menuntaskan kasus ini. Nantinya akan ada titik temu akan persoalan yang saat ini masih abu-abu.
Yang perlu kita lakukan adalah jangan mudah terpancing berita yang menyudutkan pihak-pihak tertentu. Entah itu kelompok lain atau pun justru menyudutkan lembaga tertentu yang diduga terlibat dalam peristiwa itu.
Tidak perlu juga ikut menyalahkan pemerintah yang terasa lambat dalam menangani kasus ini. Bagaimana pun juga kita tidak tahu apa yang sedang dikerjakan para aparat keamanan. Kita hanya perlu percaya bahwa mereka sedang menjalankan tugasnya. Hanya saja mungkin belum saatnya dibuka ke depan publik secara gamblang demi penyelidikan. Kita tunggu saja.
Yang terpenting, selalu jaga toleransi antar umat beragama. Permasalahan ini jangan sampai membuat kerukunan umat menjadi terpecah. Kita perlu menjaga Bhineka Tunggal Ika yang sudah menjadi semboyan bangsa sejak dahulu kala. Dengan adanya kasus ini, kita perlu menjadikannya pelajaran agar tidak mengedepakan emosi. Sikap yang perlu kita tunjukkan adalah jangan ikut terlibat dalam upaya memperkeruh suasana. Sebaliknya, kita perlu mendamaikan pihak-pihak yang terlanjur emosi.
Yang perlu kita tekankan bahwa menciptakan kerukunan seluruh rakyat Indonesia ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi dimulai dari lingkup kecil lingkungan sekitar kita. Atau justru lebih kecil, yakni cara pandang kita dalam menyikapi peristiwa yag terjadi.
Kita doakan saja, semoga kasus ini segera selesai. Pelakunya bisa mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan dan peristiwa ini tidak terulang kembali di tempat lain. Yuk, jadi masyarakat yang cerdas dalam menelaah berita. Lebih waspada, lebih berhati-hati, tapi tidak terprovokasi. Ciptakan masyarakat yang rukun dan damai di tengah banyak perbedaan demi kemajuan bangsa Indonesia.
)* Penulis adalah Mahasiswa Lancang Kuning Pekanbaru