Polemik Politik

Harga Mati, Papua Bagian Integral NKRI

Oleh : Rebecca Marian )*

Tampaknya kerusuhan yang terjadi di Papua tempo hari  dirasa makin meluas dan melebar kemana-mana. Bahkan, berita terbaru menyebutkan kerusuhan kembali terjadi lagi di Jayapura. Melihat kondisi semacam ini tentunya sangatlah miris. Kabar telah kondusifnya suasana kini kian memanas lagi. Tak lain akibat dari pelaku yang tak bertanggung jawab.

Tindakan rasisme beberapa waktu lalu dampaknya ternyata masih belum reda. Masih ada lagi buntut panjang yang berindikasi ada pihak lain terkait pelaku utama rasisme. Yakni, kedatangan Seorang wanita bernama Tri Susanti sebagai korlap aksi saat ke asrama mahasiswa di Papua. Ia juga ditengarai seorang Caleg DPRD Parta Gerindra. Namun, detail kejadian masih terlihat abu-abu.

Tri Susanti berdalih kedatangannya hanya ingin membela bendera Merah Putih yang dirobek serta dibuang. Ia menyangkal jika terjadi pengepungan di asrama tersebut. Namun, kembali lagi kepada isu utama yakni adanya tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua.

Kepolisian kini telah resmi menetapkan Tri Susanti sebagai pelaku utama tindakan rasisme di Surabaya tersebut. Penetapan tersangka ini berdasarkan atas pemeriksaan 16 saksi serta 7 saksi ahli lainnya. Antara lain, Saksi ahli Pidana, Bahasa, ITE antroplogi serta Sosiologi.

Yang menarik Caleg DPRD partai Gerindra dinilai memiliki tujuan politik lainnya. Namun disanggah dengan tegas oleh Tri Susansti. Ia hanya merasa AMP ( Aliansi Mahasiswa Papua) telah menolak bendera merah putih tersebut. Ia bahkan mengutarakan niatnya berada di barisan paling depan jika ada yang berusaha memecah belah RI.

Ia dengan tegas menyatakan dirinya tak mewakili ormas maupun partai apapun. Ia juga menambahkan jika ruwetnya kasus ini dinilai dari banyaknya isu yang disebar ke masyarakat. Namun agaknya masalah ini akan ditindaklanjuti oleh aparat yang lebih berwenang.

Lebih dari itu adalah dampak menyeluruhnya yang nyata-nyata mampu menyulut kerusuhan oleh rakyat Papua. .

Alih-alih meredam emosi, kisruh di Surabaya ini agaknya mengobarkan kerusuhan di Manokwari dan sejumlah kota di Jayapura. Yang lebih membekas ialah adanya singgunggan perjanjian New York tahun 1962.  Yang mana ditandatangani oleh Indonesia, Belanda juga rakyat Papua. Isi perjanjian menyebutkan jika Irian Barat (Papua) harus diserahkan kepada Indonesia.

Hal ini dapat disimpulkan jika Papua telah mendapat tempat serta memang merupakan wilayah NKRI, Harga Mati! Bukan hanya hari ini, bahkan pendahulu kita telah berjuang mati-matian agar Papua segera menjadi bagian dari Indonesia. Jangan sampai kisah lama terulang kembali seperti Timor Timur. Maka dari itu pemerintah dengan segenap jiwa raga beserta seluruh elemen masyarakat tetap menyuarakan Papua Bagian integral NKRI.

Sungguh disayangkan jika terdapat oknum pemecah belah negeri dengan tujuan kelompok maupun pribadi.  Rasanya dunia bagaikan benar-benar seperti panggung sandiwara. Di satu sisi pemerintah mati-matian membela Papua agar tetap menjadi bagian NKRI. Namun disisi lain, hoax digodok digoreng hingga disulutkan untuk berusaha memecah persatuan yang telah lama terbentuk.

Aksi-aksi rasisme yang dinilai tak bermoral mulai memenuhi jalanan kota Manokwari yang tenang. Pembakaran gedung -gedung yang seharusnya dilindungi malah menjadi sasaran empuk kemarahan massa.

Aparatur keamanan negara bersusah payah meredam suasana hingga ke titik kondusif. Namun, lagi-lagi hoax menyebar. Apakah kiranya kabar hoax semacam ini memang direncanakan guna terus mengobarkan kericuhan agar makin panas?

Apapun alasannya tidak ada yang membenarkan kejadian ini, bukan? Karena lagi-lagi rakyat yang dirugikan. Beberapa pihak yang mungkin tak terkait bisa saja menjadi korban yang menimbulkan traumatik.

Bersikap tetap waspada akan kemungkinan yang terjadi memang wajar. Namun ada baiknya tetap menyelidiki segala bentuk berita apapun yang disebarkan oleh media massa, sosial juga isu lainnya. Meski terkesan sepele, nyatanya hal ini adalah tindakan paling efektif untuk membentengi diri dari hoax yang serasa menghunjam diri.

Kesimpulannya, Papua adalah tetap Harga Mati! Apapun yang terjadi Papua tetap bagian integral NKRI. Bukan hanya sebagai warga negara saja namun bagian penting dari satu kesatuan Indonesia. Mengingat perjuangan para pahlawan yang rela mati demi terciptanya kesatuan negeri ini. Semoga keadaan segera dapat kembali seperti semula. Sehingga tercipta kondisi aman, nyaman dan sejahtera.

)* Penulis adalah Mahasiswa Papua,tinggal di Jakarta

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih