PON XX Serap Tenaga Kerja OAP
Oleh : Rebecca Marian )*
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX membawa banyak sekali hasil positif di Papua, salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja Orang Asli Papua (OAP). Dengan adanya penyerapan tersebut, maka kesejahteraan rakyat diharapkan dapat lebih meningkat.
PON akan diselenggarakan di Papua pada tanggal 2 oktober. Jelang pembukaan PON, masyarakat amat antusias karena baru pertama kali diselenggarakan di Bumi Cendrawasih. Mereka bahagia karena merasa dipercaya menjadi tuan rumah sebuah pagelaran akbar dan tingkat nasional. Selain itu, PON juga bisa jadi ajang promosi wisata Papua.
Selain ajang promosi, ada pula keuntungan lain dari PON XX yakni menyerap tenaga kerja. Penyebabnya karena hampir semua orang yang terlibat dalam lomba ini adalah Orang Papua Asli (OAP). Mulai dari panitia inti, panitia penyelenggara (panpel), cleaning service di arena PON, tukang parkir, administrasi, dll. Para relawan juga berasal dari Bumi Cendrawasih dan mereka bangga menjadi orang yang berjasa akan kesuksesan PON XX.
Ada 27.000 orang yang jadi panitia dan 25.000 yang mendaftar jadi relawan. Mengapa hampir semua pekerja adalah orang Papua? Pertama, Pemda memang memilih mereka agar bisa berkarya sekaligus mendapatkan uang. Sehingga memperoleh pendapatan yang cukup untuk biaya sehari-hari, sekaligus mengurangi tingkat pengangguran di Bumi Cendrawasih.
Lantas mengapa rata-rata panitia adalah warga Papua? Penyebabnya karena pemda Papua dan Papua Barat memang sengaja memilih para putra asli Papua, agar mereka memiliki pengalaman dalam meng-handle acara sebesar PON. Sehingga nantinya jika ada acara berlevel nasional lagi, pengalaman itu akan sangat berharga.
Para putra Papua tentu lebih menguasai medan dan akan lancar jika dimintai tolong oleh para atlet, jika mereka butuh sesuatu yang tidak ada di arena pertandingan. Selain itu, putra Papua juga lebih berani dan sigap, dan merasa bangga karena dipilih menjadi bagian dari perhelatan besar. Belum tentu 12 atau 24 tahun lagi PON akan diselenggarakan lagi di Papua, sehingga menjadi panitia di acara ini adalah kesempatan emas.
Lagipula, kecerdasan dan kualitas mereka juga cukup bersaing. Para putra Papua merasa dipercaya karena menjadi panitia dan relawan PON, dan mereka senang karena berarti diakui kapabilitasnya. Orang asli Papua juga pintar dan stereotype negatif sudah terhapuskan.
Jika hampir semua pekerja PON adalah orang Papua maka mereka akan mendapat bayaran yang cukup tinggi. Untuk relawan saja akan diberi uang saku setidaknya 3 juta rupiah, dan masa kerjanya juga ada kontrak. Walau hanya karyawan kontrak, tetapi mereka senang karena bisa menjadi bagian dari PON, karena tidak semua orang memiliki kesempatan emas ini.
Jika banyak warga Papua yang menjadi panitia dan relawan PON XX, maka akan berpengaruh kepada perekonomian di Bumi Cendrawasih. Daya beli masyarakat akan naik dan roda perekonomian juga naik. Sehingga walau di masa pandemi, pemilik bisnis, terutama UMKM bisa survive, karena ada saja yang membeli dagangannya.
Hal ini akan memberi efek domino positif, di mana perekonomian Papua akan membaik. Sehingga APBD juga akan naik. Pandemi tak terlalu berpengaruh terhadap finansial warga, karena mereka masih memegang uang dan sanggup untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Pemilihan para putra Papua menjadi panitia dan relawan PON XX adalah sebuah keputusan bagus, karena memang orang asli Papua (OAP) wajib diutamakan. Mereka bisa mendapatkan penghasilan besar sekaligus pengalaman yang berharga. Jika ada serapan tenaga kerja maka juga mengurangi tingkat pengangguran di Bumi Cendrawasih.
)* Penulis adalah mahasiswi Papua tinggal di Jakarta