Kabar RinganPolemik PolitikSendi BangsaWarta Strategis

Prabowo Bawa Indonesia Mundur ke Zaman Orba

Penulis: Akbar Aji*

Siapa yang tidak ngeri mendengar nama Soeharto? Ya, Soeharto pernah memimpin Indonesia secara otoriter, mengedepankan pemikirannya dan mengesampingkan demokrasi kebebasan rakyat. Banyak orang-orang tua yang tidak ingin kembali ke masa suram Orde Baru itu. KKN, pembatasan berpendapat, pembredelan pers, deskriminasi, hingga krisis moneter merupakan beberapa hal kecil yang tejadi di masa Orde Baru.

Belakangan ini, Capres Prabowo Subianto mengeluarkan statement bahwa dirinya akan membawa Indonesia ke zaman Orde Baru. Prabowo secara terang-terangan mengatakan akan melanjutkan Orba jika nanti terpilih dalam Pilpres 2019. Hal tersebut mendapat kecaman dari banyak kalangan, terutama para orang tua yang dulu menjadi korban kekejaman Orde Baru.

Berbicara mengenai Orde Baru, tentu tidak bisa lepas dari kegagalan sistem, kekerasan, kemiskinan, KKN, dan lain-lain.

Pers Dibungkam

Orba tampak tenang di sisi luar. Bukan karena minimya kejahatan dan kemiskinan, tapi karena pers dibungkam. Kebebasan pers dalam menyampaikan berita dan aspirasi rakyat dibelenggu negara lewat Departemen Penerangan. Media yang tetap bersikap kritis terhadap pemerintah, seperti Tempo dan Detik, akan dibredel. Artinya, izin terbitnya dicabut. Individu yang masih nekat kritis akan dicap “musuh negara” dan patut “diproses”. Sama seperti saat ini, di masa kampanye Prabowo sering menyalahkan pers bahkan sampai memakinya dan menolak untuk diwawancarai.

Krismon alias Krisis Moneter

Awalnya, Orba memang dipuja-puja karena banyak anggaran negara. Tapi, anggaran itu ternyata ditopang oleh eksploitasi sumber daya alam, utang luar negeri pemerintah, utang elit swasta (konglomerat), serta sentralisasi keuangan. Pertumbuhan ekonomi itu tidak dibarengi dengan pemerataan kekayaan masyarakat. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Struktur ekonomi yang elitis itu pun jadi penyebab kenapa Indonesia adalah negara yang paling hancur akibat badai krisis ekonomi Asia di tahun 1997. Inflasi menggila dan nilai rupiah juga anjlok sehingga terjadi krisis moneter.

Korupsi

Orba merupakan masa terjadinya korupsi besar-besaran, namun tidak semua kasusnya diketahui publik karena kurangnya keterbukaan informasi pada masa tersebut. Pernah dengar Ibnu Sutowo? Mantan Direktur Utama Pertamina ini korupsi dengan modus kongkalikong proyek senilai $1 juta dengan pihak Jepang. Ibnu Sutowo di tahun 1970 memiliki simpanan Rp. 90,48 miliar. Bayangkan apa yang bisa dibeli uang sebanyak itu saat ini. Itu baru satu orang. Menurut NGO Transparency International, Soeharto diduga telah menggelapkan 15-35 miliar dolar AS selama menjabat sebagai presiden Indonesia. Sepanjang sejarah, tidak ada pemimpin yang pernah menggelapkan uang negara dengan jumlah sebanyak itu.

Petrus (Penembak Misterius)

Penembak misterius, atau disingkat ‘petrus’, adalah operasi pembasmian gali (gabungan anak liar) atau preman pada tahun 1980-an. Disebut misterius karena pelakunya tidak ada yang ditangkap. Petrus menyasar para preman yang saat itu dengan cara menembak mati dan membiarkan mayatnya sampai ditemukan warga, agar menimbulkan efek jera. Tapi tidak hanya yang terbukti preman aja yang dihabisi, mereka yang bertato juga terancam nyawanya. Orang-orang ini hidup dalam teror, sampai harus mengungsi atau bersembunyi di gunung. Bahkan ada juga yang sampai menyetrika kulitnya untuk menghapus tato. Ribuan orang tewas selama petrus bergentayangan. Sebagian besar ditemukan dengan luka tembak dalam keadaan tangan dan leher terikat atau dibungkus karung. Mayatnya ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, la­ut, hutan, dan kebun.

Masih banyak lagi kekejaman Orba, coba tanya pada ayah, ibu, kakek, dan nenek kita betapa kelamnya masa itu, dan saat ini mencoba diulang kembali oleh Prabowo.

*) Mahasiswa UGM

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih