Prabowo, Mengaku Anti Asing Namun “Curhat” ke Media Asing
Oleh : Nuri Halimah )*
Kita tentu masih ingat dengan maraknya tagar #INACallElectionObserver, dimana tagar yang sulit dibaca tersebut sempat trending dan viral di jagad maya. Tagar tersebut disinyalir sebagai permohonan agar pihak asing membantu dalam pemantauan pemilu yang diselenggarakan di Indonesia.
Beberapa waktu yang lalu, Prabowo sempat mengundang media asing ke rumahnya yang beralamat di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. Prabowo mencurahkan isi hatinya kepada awak media asing tentang terjadinya kecurangan dalam Pemilu. Ia menceritakan bahwa Pemilu di Indonesia telah terjadi kecurangan yang sistematis, terstruktur dan masif.
Beberapa media asing datang memenuhi undangan tersebut, namun media dalam negeri apalagi lokal tidak ada yang diundang. Beberapa orang tidak mendapatkan izin masuk karena curhat Prabowo kepada media-media asing tersebut mendapatkan penjagaan yang ketat.
Awak media maupun pengurus media di Indonesia kemudian bertanya-tanya, apakah Prabowo sudah sedemikian tidak percaya dengan media dan wartawan dalam negeri? Lantas apakah wartawan asing sudah dijamin kualitas dan integritasnya, karena dalam kenyataannya banyak wartawan asing yang abal – abal, bahkan kantor medianya nyaris tidak terdengar. Namun Capres nomor 02 tersebut tetap memilih wartawan / media asing untuk melakukan jumpa pers. Selama ini memang Prabowo telah menunjukkan ketidaksukaannya pada beberapa media dalam negeri, bahkan memboikot pada salah satu media elektronik / TV Nasional.
Dalam berbagai kampanye maupun debat, Prabowo terekam beberapa kali menyatakan rasa tidak sukanya terhadap antek asing dan tidak setuju jika BUMN dijual atau dikuasai oleh asing. Dia menyebut beberapa Bandara dan Pelabuhan telah dikuasai asing, sikap anti asing ini makin diperkuat dengan gestur Prabowo.
Namun keistiqomahan beliau kemudian luntur tatkala ia memutuskan mengundang media asing untuk jumpa pers dan menolak media lokal untuk meliputnya. Lantas dimana letak nasionalisme yang selama ini didengungkan, atau memang ia sudah tidak percaya dengan media lokal, namun percaya dengan angin segar Setan Gundul yang ada dalam koalisinya.
Padahal media asing telah memberitahukan bahwa ada 31 kepala negara / Pemerintahan yang telah mengucapkan selama kepada Indonesia yang disampaikan pada Presiden Jokowi, tentang keberhasilan Indonesia dalam menyelenggarakan Pemilu yang aman, lancar dan tertib, termasuk Inggris, Australia dan beberapa negara sah Wabat lainnya.
Apabila kemudian Prabowo mengatakan bahwa pemilu banyak kecurangan, namun di lain pihak beberapa kepala negara telah menyampaikan ucapan selamat, justru ini akan menimbulkan pertanyaan dari wartawan asing yang datang dalam jumpa pers tersebut, manakah yang benar. Apalagi jika statement tersebut tidak disertai bukti valid.
Hal tersebut lantas ditanggapi oleh Ace Hasan selaku Juru Bicara TKN Jokowi – Ma’ruf, “Dengan mengundang media asing, Prabowo dan BPN semakin kuat dengan skenario 02 untuk mengulang skenario Venezuela dengan mobilisasi massa menentang Presiden terpilih dan selanjutnya mengundang keterlibatan asing pada masalah dalam negeri,” tutur Ace.
Sementara itu Ketua TKN Erick Thohir menyatakan bahwa pihaknya sangat yakin dengan kemenangan Jokowi – Ma’ruf pada Pilpres 2019. Pasalnya, selisih suara yang ada saat ini sudah cukup jauh.
“Tidak mungkin kita berbuat baik dengan sesuatu kecurangan. Kita lihat juga data – data yang saat ini dibandingkan dengan 2014, kemenangannya jauh lebih besar,” tutur Erick.
Menurutnya, Pemilu pada tahun 2019 ini menorehkan sejarah baru. Masyarakat dalam sejarah Pemilu Indonesia, dimana partisipasi masyarakat yang memberikan hak suaranya begitu besar. Artinya, sangat kecil kemungkinan Paslon Jokowi – Ma’ruf melakukan kecurangan secara masif sampai belasan juta suara. Bagaimana caranya? Apalagi era saat ini adalah era yang transparan dan semua pihak dapat mengaksesnya.
Tentu alangkah lebih baik jika seorang warga negara sekaligus patriot sejati, akan menjunjung tinggi kehormatan negara, serta harus mengedepankan azas right or wrong is my country. Namun, akan melelahkan jika harus ditanggapi, biarlah nanti sejarah akan mencatat.
)* Penulis adalah Pegiat Media Sosial