Polemik Politik

Tak Ada Lagi 01 dan 02, Kita Semua Bersaudara

Oleh :  Ayu Arisma )*

Beragam fitnah dan upaya delegitimasi untuk KPU tentu menjadi berita yang memperkeruh suasana Pemilu 2019 di Indonesia, para pendukung garis keras saling klaim hasil penghitungan yang mengunggulkan jagoannya, hal ini tentu harus diredam, karena bagaimanapun dalam setiap kontes demokrasi, semua pihak harus siap menang dan siap kalah.

Tentu akan lebih bijak apabila bagi pendukung yang kalah memberikan ucapan selamat baik secara langsung atau melalui sosial media, kita juga perlu bertanya pada diri sendiri, pantaskah saya menghina atau merendahkan teman yang jagoannya kalah dalam pilpres. Seperti pepatah jawa Menang tanpo ngasorake.

Tetapi pepatah jawa tersebut seakan hanya menjadi angin lalu, ketika beberapa pemuka agama justru secara provokatif menghina dan mengajak umatnya untuk menghina secara tidak pantas, hingga berujung pada upaya mobilisasi massa untuk menggeruduk gedung Bawaslu.

Siapapun presidennya, maka dia lah presiden pilihan rakyat yang notabene kita meyakini bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. Dimana sistem demokrasi Pancasila yang telah menjadi nafas di Indonesia haruslah dirawat dan dijaga dengan semangat persatuan, tanpa saling mencela dan membeda – bedakan antara satu dengan yang lainnya.

Para kontestan yang telah menyemarakkan pemilu 2019 juga sebaiknya menjaga diri untuk tidak melakukan hal yang berlebihan, kedewasaan dalam menyikapi perbedaan merupakan salah satu cara menerapkan Sila Ke – 3 Pancasila “Persatuan Indonesia” dapat terwujud.

Pemilu yang ada di Indonesia sudah semestinya menjadi pesta demokrasi dimana masyarakat tidak terpecah walau berbeda pilihan, selain itu sudah sepantasnya calon pemimpin atau wakil rakyat, menjadi teladan untuk menyuarakan kedamaian bukan mempertebal jurang permusuhan.

Pasca Pemilu usai, umat muslim tengah memasuki bulan Ramadhan, dimana sudah sepatutnya, umat muslim menjaga semangat ukhuwah dan tidak mempolarisasi perbedaan masyarakat lebih jauh.

            Pemilu memang penting bagi sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, namun persatuan sebagai satu bangsa juga tak kalah penting. Karena persatuan lah yang menjadikan negara semakin kuat dan berdaulat.

Tentu akan sangat disayangkan, apabila hanya karena Pemilu, hubungan silaturahmi anak bangsa menjadi terputus. Hal tersebut tentu sulit untuk dibayangkan jika sebuah keluarga bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia terpecah – pecah karena beda pilihan dalam memilih pemimpin maupun wakil rakyat.

Tentu menjadi sebuai ironi tatkala sekelompok orang menuding KPU atau Pemilu 2019 curang karena tak bisa menerima kekalahannya pada Pemilu serentak ini. Jika pihak yang kalah menuding pemilu curang, tentu hal tersebut harus disertai bukti, tidak sekedar tudingan semata, apalagi jika semua tudingan itu hanya akan membakar emosi para simpatisan untuk melakukan hal yang inkonstitusional.

Pada bulan Ramadhan ini, sudah semestinya kita dapat menahan amarah untuk senantiasa menjaga kondusifitas politis dengan menghormati hasil pemilu.

            Tentunya, segala bentuk penggiringan opini melalui narasi provokatif dan sesat yang bertujuan utnuk mengganggu legitimasi dan kinerja KPU, sudah sepantasnya dilawan dan ditolak. Seperti menolak seruan people power yang nyatanya hal tersebut bukanlah langkah konstitusional yang berpotensi menimbulkan kericuhan yang berlarut.

Jika merujuk pada 70 tahun yang lalu, kita akan mengetahui bahwa diantara ustaz dan ulama intelektual yang secara historis memiliki label ikut serta dalam membangun bangsa Indonesia, sebagian darinya tidak terus memprovokasi memperdalam konflik dengan pijakan sumber external. Termasuk sebagian Jendral saat ini yang menyadari bahwa menjaga kedaulatan dan persatuan bangsa jauh lebih penting daripada eksistensi politik semata.

Sekali lagi dalam pesta demokrasi, siapapun yang ikut terlibat tentu harus siap menang dan siap kalah. Karena menang kalah merupakan hal yang wajar. Hal ini perlu disadari karena penentu suara terbanyak di Pemilu adalah rakyat. Sehingga tidak perlu mengadakan gerakan semacam unjuk rasa atau unjuk kericuhan untuk merespon hasil Pemilu 2019.

            Masyarakat Indonesia tentu mengharapkan agar semua pihak menggunakan kepala dingin dalam menyikapi hasi Pemilu 2019. Kedua pasangan Capres – Cawapres maupun tim sukses, juga diminta untuk legowo dan menerima apapun hasil pilpres 2019.

            Tak ada lagi apa itu 01 dan 02, semua rakyat bersatu dan bersiap menjalankan peran untuk membangun persatuan yang sempat terkoyak.

)* Penulis adalah pengamat sosial politik

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih