Presiden Jokowi Tegas Menangani Covid-19
: Alfisyah Kumalasari
Pandemi Corona belum berakhir dan pemerintah berusaha keras untuk mengatasinya. Presiden membentuk Gugus Tugas penanganan covid-19, mensosialisasikan protokol kesehatan, dan membuat program 3T. Selain itu, beliau juga mengubah wisma atlet jadi Rumah Sakit penanganan Corona dan mengapresiasi para nakes.
Presiden Joko Widodo menangani pandemi covid-19 di Indonesia dengan berbagai cara. Yang pertama, beliau memutuskan untuk tidak ada lockdowon total, hanya menyuruh masyarakat untuk stay at home. Lockdown total terbukti malah melumpuhkan ekonomi negara. Protokol kesehatan selalu didengungkan di media cetak, elektronik dan internet.
Selain itu, Presiden juga membentuk Gugus Tugas Penanganan Covid-19 yang menggali data pasien Corona dan membantu distribusi obat Corona. Jokowi juga menyulap Wisma Atlet dan beberapa gedung lain sebagai RS darurat. Pasien yang dirawat juga tidak perlu membayar. Tenaga kesehatan juga mendapat intensif sebagai penghargaan atas kerja keras mereka.
Ketika sudah memasuki bulan ke-4 pandemi, presiden membuat program 3T yakni Tracing, Testing, dan Treatment. Tracing adalah penelusuran, jadi para orang dalam pemantauan dan pasien dalam pemantauan dilihat lagi, pernah berkontak dengan siapa saja. Diharapkan mereka jujur sehingga memudahkan proses tracing agar yang pernah kontak segera dites swab.
Testing memang sedang digencarkan oleh pemerintah, targetnya hingga 30.000 laboratorium untuk mengetes PCR. Presiden juga menginstruksikan untuk menambah tempat tes, tak hanya di gedung lab tapi juga ada mobile testing yang lebih dinamis dan menjangkau masyarakat luas. Testing juga diselenggarakan di seluruh Indonesia.
Sementara untuk treatment, saat ini sudah ada kombinasi obat Corona terbaru yang ditemukan oleh tim ilmuwan dari Unair yang bekerja sama dengan banyak pihak. Presiden juga menjelaskan bahwa jika ada Rumah Sakit yang kekurangan obat, APD, atau alat medis, segera hubungi kementrian kesehatan. Agar segera mendapat bantuan dari pemerintah.
Presiden Jokowi juga terus meminta masyarakat untuk memakai masker dan mematuhi protokol kesehatan lainnya. Karena di era adaptasi ini sudah ada yang lalai melepas masker. Juga diadakan pengawasan antar wilayah, terutama di kota atau desa yang statusnya zona merah. Jadi tak ada pergerakan manusia yang menyebabkan penyebaran covid-19.
Untuk maskyarakat yang terdampak Corona, maka Presiden memberi beberapa bantuan seperti bansos, BLT, PKH, dan kartu pra kerja. Pemberian santunan ini diberikan selama 6 bulan ke depan, dan diberkan kepada seluruh masyarakat Indonesia yang jadi korban Corona.
Dipastikan juga bansosnya selalu tepat sasaran.
Langkah-langkah yang diambil oleh presiden ini patut kita apresiasi karena segera bergerak cepat dalam menangani Corona. Jika terlambat sehari saja, maka jumlah pasien akan melonjak drastis. Selain itu, penggratisan biaya pasien Corona via BPJS juga patut dipuji. Karena biaya totalnya mencapai 200 juta rupiah, jika tanpa ditanggung asuransi.
Pembagian wilayah jadi zona hijau, kuning, jingga, dan merah juga jadi pembeda yang baik. Karena orang di wilayah zona merah bisa lebih waspada dan tidak keluar rumah kecuali dalam keadaan terpaksa. Masyarakat di zona kuning juga menghindari kunjungan ke zona merah dan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Untuk mematuhi protokol kesehatan maka pemerintah selain mensosialisasikannya, juga memberi sanksi kepada pelanggarnya. Misalnya jika tidak pakai masker akan kena denda 250.000 rupiah atau wajib kerja sosial. Sanksi ini cukup ampuh karena akan membuat pelanggarnya kapok dan selalu ingat untuk pakai masker, karena tak mau kena hukuman lagi.
Presiden Joko Widodo sudah menangani pandemi covid-19 dengan baik. Di antaranya dengan menggencarkan tracing, pengetesan PCR, dan pengobatan Corona. Presiden juga membentuk Gugus Tugas dan memberi APD gratis kepada nakes. Masyarakat dihimbau untuk mematuhi protokol kesehatan dan akan mendapat sanksi ketika melanggarnya.
Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini