Presidensi G20 Indonesia Jembatani Pemulihan Ekonomi Global
Oleh : Deka Prawira )*
Presidensi G20 Indonesia diyakini akan menjembatani pemulihan ekonomi global. Dengan adanya pertemuan tersebut, arus investasi diharapkan akan berkembang dan serapan tenaga kerja akan kembali meningkat.
Pemerintah akan memanfaatkan momentum G20 untuk memberikan kontribusi besar bagi masyarkat. Selain akan membahas beberapa isu penting, genda besar ini digadang-gadang bakal mampu jadi jembatan pemulihan ekonomi secara global.
Dalam keterangan tertulisnya, Ida Fauziyah Menteri Ketenagakerjaan menyatakan siap mensukseskan pelaksanaan Presidensi G20. Selaku focal point G20 bidang ketenagakerjaan, tentunya komitmen ini wajib diprioritaskan.
Hal tersebut juga diungkapkan pada sebuah acara EWG Indonesia G20 Presidency 2022 di ibu kota Jakarta. Dalam acara tersebut, mengusung tema yang besar yakni Improving Employment Condition to Recover Together. Ida mengungkapkan jika dalam pertemuan G20 nantinya, Indonesia harus memanfaatkan posisi strategis ini sebaik-baiknya. Sebab, semua negara dalam forum ini adalah setara.
Baginya, kepercayaan tersebut merupakan kesempatan bagi Indonesia agar mampu berkontribusi lebih lagi bagi pemulihan ekonomi global, hingga membangun tata kelola dunia secara lebih sehat, adil serta berkelanjutan.
Dirinya juga mengatakan bahwasanya Presiden Joko Widodo dalam acara Opening Ceremony Presidency G20 Indonesia beberapa waktu lalu, menyatakan apabila Presidensi ini bukanlah seremonial belaka, namun Indonesia perlu mendorong negara-negara dalam G20 untuk melakukan aksi yang nyata juga dapat diimplementasikan. Termasuk memperjuangan aspirasi juga kepentingan negara-negara berkembang.
Dirinya juga menambahkan jika Indonesia siap untuk berkolaborasi serta menghimpun kekuatan, agar masyarakat dunia dapat merasakan vibrasi positif dari kerja sama tersebut. Lebih lanjut, Indonesia harus menghasilkan beragam terobosan dari forum G20. Utamanya ialah menghadapi tantangan ketenagakerjaan pada saat ini hingga ke depannya nanti.
Dirinya menilai, jika semangat solidaritas dan kemitraan Presidensi Indonesia bisa dimanfaatkan untuk kontribusi atas pembangunan ketenagakerjaan sosial, regional maupun global agar lebih merata. Demi menghadapi disrupsi digital hingga perubahan iklim.
Sebagai gambaran kondisi pemilihan di sektor kesehatan dinilai sejalan dengan target WHO untuk Vaksinasi dosis kedua dengan besaran hingga 40 persen dari total jumlah penduduk. Sehingga perkiraannya ialah 113 juta jiwa telah terkonfirmasi divaksin. Jumlah ini setara dengan 41,8 persen dari total jumlah penduduk. Atau, sekitar 54,3 persen dari target di penghujung tahun 2021.
Maka dari itu, melalui tema tersebut Indonesia merangkul seluruh dunia untuk bergotong royong menggapai pemulihan ekonomi yang lebih kuat, inklusif hingga berkelanjutan. Harapannya, G20 mampu menangani beragam permasalahan struktural yang kerapkali menghambat pertumbuhan produktivitas juga efisiensi. Pun dengan mendorong perluasan atas inklusi ekonomi.
Menteri perekonomian menyebutkan jika Presidensi G20 tahun depan bakal mengusung 3 topik utama. Pertama ialah arsitektur kesehatan secara global, dimana hal ini ialah upaya Indonesia demi memperkuat serta menyusun kembali tata kelola juga arsitektur kesehatan global selepas pandemi.
Poin kedua ialah transformasi dengan basis digital. Yakni, dalam rangka membuat nilai-nilai ekonomi melalui digital technology, termasuk mendorong upaya digitalitalisasi untuk jadi mesin pertumbuhan yang baru.
Terakhir atau yang ketiga ialah, transisi energi guna memperluas akses atas teknologi untuk menggapai energi bersih dan terjangkau, serta pembuatan guna mempercepat transisi menuju sebuah energi yang mampu berkelanjutan.
Menurut dirinya, ketiga topik tersebut bakal jadi panduan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan, yang nantinya lebih konkret, pro-rakyat serta mudah diterapkan. Apalagi, G20 memang dimanfaatkan untuk memperjuangkan negara-negara kecil serta berkembang.
Momentum baik ini memang wajib dimanfaatkan sebaik-baiknya. Selain beragam isu yang diangkat bakal sejalan dengan acara peralatan tersebut. Indonesia selaku tuan rumah akan dapat berkontribusi lebih lagi untuk prosesi pemulihan ekonomi secara global.
Demi tercapainya tujuan-tujuan mulia ini tentunya pemerintah membutuhkan beragam dukungan hingga apresiasi. Dukungan ini akan mampu menjadi semangat yang menggebu dan mengoptimalkan pertemuan yang akan dihelat nantinya.
Harapannya ialah bukan hanya ekonomi global saja yang akan pulih. Namun, juga ekonomi nasional akan ikut berkembang sesuai harapan. Akhirnya, kesejahteraan secara finansial juga akan dirasakan oleh seluruh warga negara Indonesia. Semoga kedepan perhelatan Akbar ini akan menyongsong keberhasilan yang gemilang.
)* Penulis adalah Mahasiswa Universitas Pakuan Bogor