Prokes 5M Efektif Lindungi Anak Saat PTM
Oleh: Aldia Putra )*
Protokol Kesehatan (Prokes) 5M efektif melindungi anak saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Dengan ketaatan tersebut, maka potensi penularan virus Corona di lokasi pembelajaran diharapkan dapat ditekan seminal mungkin.
Selama pandemi maka murid sekolah disuruh untuk belajar di rumah dan pembelajaran bergeser via zoom, Google meet, atau WA. Langkah ini diambil karena anak-anak lebih beresiko untuk kena Corona, sehingga pembelajaran daring dinilai lebih aman bagi mereka. Terlebih banyak yang belum berusia 12 tahun sehingga belum bisa divaksin Corona.
Namun sejak September 2021, para siswa diperbolehkan lagi untuk belajar langsung di sekolah. Penyebabnya karena sudah ada penurunan kasus Corona, dari yang awalnya bisa 50.000 pasien per hari (pada juni-juli 2021) menjadi ‘hanya’ 4.000 pasien per hari. Apalagi para guru juga sudah divaksin sehingga dinyatakan aman. Dengan syarat, daerah yang melaksanakan PTM
Akan tetapi, PTM harus diiringi dengan prokes 5M untuk melindungi mereka dari klaster Corona baru. Tri Wahyuningsih, Group Head Corporate sebuah perusahaan kartu seluler menyatakan bahwa prokes 5M harus dilakukan untuk melindungi anak dari bahaya Corona saat belajar langsung di sekolah. Termasuk juga di ruang publik lain, sehingga tetap harus mengenakan masker dll.
Masker adalah poin dalam prokes 5M yang utama, karena bisa memfiltrasi droplet dari penderita Corona, agar tidak langsung masuk ke area wajah (khususnya mulut dan hidung). Oleh karena itu masker wajib dikenakan dengan pas dan rapi, sehingga tidak akan ada virus Covid-19 yang menular. Bahkan masker juga wajib 2 lapis, yakni masker sekali pakai dan masker kain, agar filtrasi makin kuat (90%).
Para guru juga wajib mengenakan masker, bukan sekadar face shield. Apalagi mereka selama mengajar juga membuka mulut, sehingga takutnya jika tanpa masker, dropletnya akan mudah menyebar. Seperti saat ada guru di sebuah sekolah yang ceroboh, tidak memakai masker di sekolah, lalu seisi sekolah harus dites swab untuk mengetahui apakah kena Corona.
Prokes 5M bukan sekadar memakai masker, tetapi juga yang lain. Mencuci tangan masih wajib dilakukan dan sekolah harus menyediakan wastafel atau keran, plus sabun antiseptik. Tiap akan masuk para murid harus mencuci tangan. Mereka juga disarankan membawa hand sanitizer agar terbiasa memiliki tangan yang bersih dan anti kuman.
Saat di gerbang sekolah juga tidak usah salim pada guru untuk sementara karena harus menjaga jarak. Sebagai gantinya bisa bersalaman jarak jauh seperti salam anjali (di Thailand), dan di musim pandemi cara ini sudah dimaklumi sebagai bentuk kesopanan. Para murid juga tidak boleh bergerombol dan guru-guru wajib mengawasi mereka agar selalu menjaga jarak saat jam istirahat.
Untuk menjaga jarak maka kapasitas kelas juga dibatasi, hanya 50% dari biasanya. Oleh karena itu, saat PTM masih dibatasi alias hanya 50% yang masuk dan sisanya sekolah online, sementara yang lain sekolah offline keesokan harinya. Metode hybird dilakukan agar lebih efektif dalam sistem pembelajaran, sekaligus mengamankan murid dari Corona.
Kerumunan juga harus dihindari, oleh karena itu dengan terpaksa kantin ditutup sementara, karena kebanyakan murid suka bergerombol sambil makan bersama. Mereka diwajibkan untuk membawa bekal dan memakannya di dalam kelas saat jam istirahat, dengan menjaga jarak. Sehingga lebih higienis, sehat, dan tidak membentuk kerumunan.
Prokes 5M wajib dilakukan agar selamat dari bahaya Corona, tidak hanya di rumah tetapi juga di sekolah. Para murid senang karena akhirnya bisa belajar dan bertemu kawan-kawan serta ibu guru. Namun harus mematuhi prokes, agar tidak membentuk klaster Corona baru.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute