Refleksi Satu Dekade Presiden Jokowi: Ekonomi Tumbuh Rata,Rakyat Sejahtera
Oleh : Stefanus Putra Imanuel )*
Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi) berhasil mewujudkan kepemimpinan dalam sepuluh tahun terakhir ini dengan suksesnya pembangunan infrastruktur yang berjalan dengan sangat masif di Tanah Air.
Sejak menjabat pada tahun 2014, Presiden RI ketujuh tersebut tidak hanya fokus pada peningkatan konektivitas antarwilayah, tetapi juga mewujudkan pemerataan ekonomi yang berkelanjutan, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini terlihat dari berbagai proyek pembangunan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mencakup berbagai sektor strategis seperti transportasi, energi, pertanian, dan teknologi.
Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menekankan bahwa pemerintahan Presiden Jokowi berhasil mengintegrasikan pembangunan infrastruktur dengan empat tema besar: peningkatan konektivitas, kedaulatan pangan, ketahanan energi, dan hilirisasi industri.
Menurut Susiwijono, pengembangan infrastruktur yang dilakukan mencakup pembangunan jalan tol sepanjang 2.432 km, pembangunan jalan nasional sepanjang 5.999 km, dan jembatan sepanjang 125.904 meter. Selain itu, pelabuhan laut, bandara, dan proyek kereta api juga terus berkembang untuk mendukung mobilitas dan perdagangan antarwilayah.
Penguatan kedaulatan pangan juga menjadi prioritas utama di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi. Pembangunan 53 bendungan dan lebih dari 1,2 juta hektar jaringan irigasi baru menunjukkan komitmen pemerintah dalam memastikan ketahanan pangan nasional.
Hal tersebut tidak hanya memberikan dampak pada peningkatan produktivitas sektor pertanian, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru di berbagai daerah. Infrastruktur ini turut membuka akses terhadap air bersih bagi lebih dari 93% populasi melalui pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Pada sektor energi, program kelistrikan berbasis energi terbarukan yang dibangun berhasil mencapai kapasitas total 21,7 GW, menciptakan fondasi yang kuat bagi ketahanan energi di masa depan. Selain itu, gas bumi juga menjadi bagian penting dengan kapasitas sebesar 23,3 MTPA. Pembangunan infrastruktur energi ini berperan penting dalam mendukung pertumbuhan industri dan pengembangan kawasan ekonomi di seluruh Indonesia.
Susiwijono juga menyoroti dampak langsung pembangunan infrastruktur terhadap perekonomian daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Pembangunan 15 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) berhasil mendongkrak perekonomian lokal. PLBN Skouw Wutung di Jayapura, misalnya, mencatatkan ekspor sebesar Rp12,68 miliar pada kuartal pertama tahun 2024. Sementara itu, PLBN Mota’ain di Nusa Tenggara Timur mendorong pertumbuhan industri lokal yang langsung berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Peneliti ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menjelaskan bahwa dalam satu dekade pemerintahan Presiden Joko Widodo, jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran mengalami penurunan yang signifikan.
Tren penurunan angka kemiskinan dan pengangguran ini dapat dilihat dari data BPS yang menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan ekstrem pada tahun 2024 berhasil ditekan hingga 0,83%, mendekati target pemerintah untuk menghapus kemiskinan ekstrem. Yusuf juga menambahkan bahwa pembangunan infrastruktur tidak hanya berdampak pada penciptaan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional.
Lebih jauh, Yusuf menegaskan bahwa ekonomi Indonesia terus tumbuh positif meskipun tantangan global seperti pandemi dan ketidakstabilan ekonomi internasional sempat memengaruhi negara-negara lain.
Namun, Indonesia tetap mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui kebijakan hilirisasi industri dan pembukaan lapangan kerja baru. Pemerintah juga aktif dalam meningkatkan keterampilan sumber daya manusia melalui pelatihan dan program pemberdayaan, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh provinsi.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Telisa Aulia Falianty, menyebutkan bahwa pembangunan infrastruktur yang masif selama era Presiden Jokowi memiliki multiplier effect yang besar terhadap perekonomian nasional.
Infrastruktur yang padat karya, seperti proyek-proyek Proyek Strategis Nasional (PSN), telah menciptakan jutaan lapangan pekerjaan. Telisa menilai, keberhasilan pembangunan infrastruktur ini juga ditopang oleh dorongan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mendukung industri lokal.
Menurut Telisa, pembangunan infrastruktur digital seperti proyek Palapa Ring juga berkontribusi signifikan terhadap peningkatan konektivitas internet di daerah-daerah terpencil. Hal ini mempercepat transformasi digital, yang menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
Telisa menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur, baik fisik maupun digital, tidak hanya memfasilitasi mobilitas, tetapi juga mempercepat kegiatan ekonomi yang langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selama 10 tahun terakhir, Indonesia telah membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang merata. Melalui pendekatan indonesiasentris, pembangunan tidak hanya terpusat di Pulau Jawa, tetapi juga tersebar di seluruh wilayah dari Aceh hingga Papua.
Hal tersebut sejalan dengan visi Presiden Jokowi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Infrastruktur yang sudah terbangun memberikan dampak nyata dalam membuka lapangan pekerjaan, menurunkan angka kemiskinan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pencapaian itu menunjukkan bahwa di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, Indonesia telah berhasil melakukan lompatan besar dalam bidang infrastruktur. Meski tantangan masih ada, fondasi kuat yang telah dibangun memberikan harapan bahwa pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat akan terus berlanjut di masa depan.
)* Penulis adalah Kontributor Citaprasada Institute