Reuni Aksi 212 Identik Dengan Kepentingan Politik
Oleh : Muhammad Ilham )*
Beberapa hari belakangan ini, pemberitaan di media soal gerakan 212 yang kabarnya akan kembali digelar sebagai ajang reuni, mulai mengalami peningkatan. Sepertinya mereka tetap akan menggelar aksi ini sekalipun banyak pihak yang kontra dan keneratan. Mereka kubu kontra menilai aksi ini tidak perlu lagi dilaksanakan mengingat tujuannya dicampuri dengan kepentingan politik.
Bagaimana tidak, kehadiran Capres dan Cawapres nomor urut 2 yang diagendakan pada acara ini menuai kritik yang serius dari berbagai kalangan. Seperti halnya Ormas Nahdlatul Ulama yang juga tidak mendukung aksi ini digelar kembali. Melalui Ketua Umum Nahdlatul Ulama Kyai Said Aqil Siroj, Ormas ini menyatakan tidak mendukung aksi tersebut.
Pun sama dengan Ormas Muhammadiyah yang diketuai oleh Haedar Natsir, melalui beliau, Muhammadiyah menyatakan tidak setuju dan tidak mendukung gerakan 212. Apalagi, mendengar kabar akan digelarnya kembali gerakan atau aksi ini dengan tajuk reuni.
Dua ormas ini memaknai ada kepentingan dan unsur politik serta tujuan kampanye terhadap capres dan cawapres nomor urut 2 yang dikandidati oleh Prabowo sebagai capres dan Sandiaga Salahudin Uno sebagai cawapresnya. Dugaan adanya unsur politik pada aksi yang hendak direunikan ini semakin kuat dengan waktu digelarnya yang berdekatan menjelang Pilpres berlangsung.
Bagi masyarakat yang paham dengan taktik ini harusnya sependapat untuk tidak menyetujui acara reuni ini digelar kembali. Sebab, tak sepantasnya mereka mengatasnamakan bela Islam untuk kepentingan politik yang hanya akan menguntungkan pihaknya saja. Mereka mengelabui masyarakat dengan cara membalut kampanye dengan aksi bela umat Islam. Padahal, tujuan nyatanya untuk kepentingan politik praktis belaka.
Mau dibalut dengan alasan seperti apapun, triknya tetap terbaca oleh berbagai pihak. Sehingga pihak terkait harus lebih berhati – hati untuk tidak gegabah turut terlibat dan menggelar aksi reuni yang berpotensi menimbulkan berbagai kerusuhan.
Lantas, kerusuhan ini yang kemudian menjadi penyebab munculnya masalah baru yang timbul. Bukannya menentramkan suasana negara yang hendak memiliki hajat menggelar Pilpres justru menimbulkan masalah baru yang akan semakin memperburuk suasana.
Selain Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, siapa lagi yang tidak setuju denga aksi ini? ya, MUI adalah salah satu diantara mereka yang turut tidak mendukung acara reuni ini. Diwakili H Masduki Baidlowi MUI menyatakan tidak pro dengan aksi reuni ini dikarenakan akan mengganggu ketertiban umum.
Jadi, aksi yang rencananya akan digelar pada Desember mendatang ini sebenarnya mendapat banyak kontra dari berbagai pihak menimbang tujuannya yang menggendong unsur politik dan banyak menimbulkan kerusuhan serta mengganggu kepentingan umum.
Seperti yang sudah – sudah, aksi ini meninggalkan banyak kenangan buruk, baik saat berlangsung maupun setelahnya. Pada saat demo berlangsung, aksi ini membuat rusuh dengan membakar kendaraan. Selain itu, pada saat digelar aksi ini menjadikan kemacetan panjang di sekitar area demo yang memang mengular panjang. Sedangkan setelah acara ini bubar, masih saja meninggalkan dampak yang kurang baik seperti serakan sampah yang bertebaran, sejumlah tanaman yang ludes terinjak – injak dan masih banyak lainnya.
Lantas apa keuntungan masyarakat netral atas aksi ini? sepertinya mereka tidak mendapatkan keuntungan apapun. Sebab, aksi ini hanya memiliki tujuan kampanye politik saja. Embel – embel bela Islam dirasa hanya pemanis aja agar masyarakat percaya dan merasa dibela keIslamannya.
Jika itu semua menjadi fakta, masihkah perlu aksi ini tetap digelar desember mendatang? Rasanya tidak perlu. Untuk apalagi, aksi seperti ini digelar jika diduga hanya memberi keuntungan sepihak saja. Bukankah kita tahu tujuan dari demo dan suatu gerakan itu untuk menyampaikan aspirasi bersama demi terwujudnya kepetingan bersama juga?
Terus, bagaimana jadinya jika aksi yang mengatasnamakan Islam ini terbalut pengaruh politik? Keuntungan semacam apa yang kita dapatkan? Aspirasi rakyat seperti apa yang perlu didemonstrasiikan?
Sejauh ini, begitulah isu dan fakta yang merudung pada aksi bela Islam 212 ini. Jadi atau tidaknya aksi ini akan digelar kembali sebagai acara reuni, kita nantikan saja desember mendatang. Jika aksi ini benar – benar dihadiri Capres dan Cawapres Prabowo – Sandi dan didalamnya terdapat ajakan serta bujukan dengan kalimat persuasif untuk memilih Capres ini, berarti benar adanya bahwa aksi ini digunakan sebagai sarana kampanye dan penarikan simpatik kepada calon pemilih.
Demikianlah penjelasan yang berulang – ulang mengenai aksi demo 212 ini. Mau dijelaskan dari sisi manapun, hasilnya tetap sama. Yaitu banyak pihak yang tidak setuju dengan digelarnya kembali aksi 212 ini karena dirasa tidak penting dan memiliki unsur politik praktis.
Adapun pihak yang setuju adalah mereka yang mendukung Capres nomor urut 2. Sebab mereka adalah bagian dari politik yang berkepentingan tersebut.
)* Penulis merupakan mahasiswa yang aktif di Lingkar Kajian Pemuda dan politik