RS Terbukti Melanggar Hukum Dengan Menutupi Hasil Swabnya
Oleh : Zainudin Zidan )*
Hasil tes swab Rizieq Shihab yang diumumkan ke publik ternyata palsu. Hal ini membuat ancaman hukumannya makin panjang, karena ia dianggap menyusahkan proses tracing pada orang yang pernah berkontak dengannya. Dengan berbohong, maka ia telah menipu publik, padahal sudah menularkan corona ke jamaahnya dan juga dokter yang merawatnya.
Ketika Rizieq Shihab pulang dari luar negeri, ia menolak untuk tes swab ulang dan karantina mandiri. Namun pria tua ini malah tancap gas dan melakukan safari ceramah ke beberapa tempat, di antaranya ke sebuah pondok di Bogor. Beberapa hari kemudian, kondisinya drop dan dilarikan ke sebuah RS swasta di Bogor. Publik pun mencurigai bahwa ia terkena corona.
Akan tetapi, Rizieq menolak bahwa ia disebut kena corona. Bahkan ia ogah melakukan tes swab dan hanya percaya pada hasil tes covid pada sebuah lembaga swasta, bukan lab di RS. Kemudian ia melarikan diri dari RS secara diam-diam. Setelah itu, muncul kabar bahwa dokter yang merawatnya kena corona. Begitu juga dengan 80 jamaahnya yang datang ke acara ceramah, juga ramai-ramai terinfeksi virus covid-19.
Spontan kabar ini menguatkan dugaan publik bahwa Rizieq sebenarnya kena corona tetapi menutupi hasil tes swab-nya. Belakangan, ia mengaku melakukannya karena takut akan digoreng oleh buzzer. Karena menurutnya, buzzer politik sangat mengerikan dan akan meneror, serta mengatakan bahwa ketika Rizieq kena corona kondisinya kronis dan akan cepat mati.
Pernyataan Rizieq makin dikuatkan dengan statement dokter Hadiki yang bekerja di RS swasta tersebut. Menurut dokter, Rizieq datang dengan kondisi badan yang kelelahan dan meriang. Setelah itu, ia dites rapid dan hasilnya menunjukkan bahwa ia reaktif covid, sehingga dilarikan ke RS itu. Pemilihan RS swasta itu karena sudah punya catatan medis, padahal letaknya di Bogor, bukan di Petamburan yang dekat kediamannya.
Kedua fakta ini tentu membuat publik marah, karena 1 kebohongannya membuat banyak orang merana karena corona. Bagaimana ia takut dihujat oleh buzzer politik, sementara orang lain terancam nyawanya saat teinfeksi virus covid-19? Kejujuran memang amat mahal dan kebohongannya merembet ke mana-mana.
Jika saja ia jujur maka akan mempermudah tugas tim satgas covid untuk melakukan tracing. Karena pasca keramaian di Petamburan dan Megamendung, Bogor, orang-orang yang datang akan diperiksa, minimal tes rapid. Jika hasilnya positif, maka penelusuran siapa saja yang berkontak dengan mereka akan lebih mudah.
Akan tetapi, ketika 80 orang yang kena corona baru tahu jika terinfeksi, setelah lama berkontak dengan Rizieq, akan sangat susah untuk tracing. Penyebabnya karena mereka sudah berkontak dengan banyak sekali orang dan sangat susah untuk mengingatnya. Otomatis 80 orang ini jadi OTG dan berpotensi menularkan corona ke banyak orang. Sehingga di Petamburan dan Bogor statusnya selalu zona merah.
Rizieq yang menutupi hasil tes swabnya bagaikan pinokio yang selalu berbohong. Untuk apa ia menutupi hasil tes tersebut? Hanya karena ingin nama baiknya tidak diserang oleh buzzer politik, ia menutupinya. Padahal nama baiknya juga gak baik-baik amat, karena publik sudah terlanjur mengecapnya sebagai tokoh yang gemar menghujat dan berkata-kata kasar dalam ceramah maupun wawancara.
Semoga penjara minimal 6 tahun mampu menyadarkan Rizieq bahwa publik lebih menyukai kejujuran yang pahit daripada kebohongan yang manis tapi akhirnya menyiksa. Apa susahnya berkata jujur? Kebohongan Rizieq juga menunjukkan bahwa ia paranoid dan takut berlebihan akan serangan buzzer politik. Padahal tidak ada asap jika tak ada api. Buzzer tak akan menyerang jika ia tidak jadi public enemy.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Semarang