Polemik Politik

Sandi Gagal Paham Tentang Penanganan Stunting

Oleh : Indah Indriyani )*

Masalah penanganan stunting menjadi topik yang banyak disorot oleh berbagai pihak. Apalagi hal tersebut merupakan salah satu topik yang menjadi bahan perdebatan para cawapres antara Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno. Lena Maryana selaku Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Ma’ruf Amin, mengatakan bahwa lontaran pernyataan yang dikeluarkan Kiai Ma’ruf tentang stunting membuat Sandiaga Uno seperti tidak menguasai permasalahan terkait kesehatan tersebut.

                Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Dalam debat cawapres lalu, Sandiaga mencoba menutupi gagal pahamnya mengenai isu stunting  dengan menceritakan pengalaman dirinya bersama sang istri yang memiliki anak di usia 42 tahun. Tapi, hal tersebut tidak memberikan banyak pengaruh karena pernyataan yang dilontarkan terkait dengan generasi emas.

                “Jadi rangkaian cerita yang disampaikan melompat – lompat,  tidak jelas untuk menutupi ketidak pemahamannya. Hal ini berbeda dengan pernyataan yang diberikan KH Ma’ruf Amin yang berdasarkan pemahaman dan pengalamannya yang terlah dilakukan pemerintah selama ini,” tutur Lena.

                Sehingga, dalam hal ini ia menarik kesimpulan bahwa apa yang disampaikan oleh cawapres nomor urut 02 tersebut tidak jelas dan banyak bolongnya.

                “Hanya sekedar diucapkan tanpa kita bisa yakin bahwa hal itu bisa dilaksanakan,” tuturnya.

                Saat debat cawapres pada Minggu 17 Maret 2019, Cawapres Sandiaga berbicara tentang pencegahan dan penurunan angka stunting dengan mengungkit programnya ketika menjadi Wagub DKI Jakarta.

                “Kami yakin gizi anak akan lebih baik kalau kita beri program antara sistem pendidikan dimana TK dan SD menyiapkan susu dan kacang hijau seperti di Jakarta yang kami jalankan sehingga stunting bisa kita turunkan semakin cepat untuk masa deoan Indonesia menang,” ujar Sandiaga.

                Program revolusi putih yang digadang Sandiaga Uno juga mendapatkan sorotan dari Wakil Presiden Jusuf Kala (JK). Sebagai pihak yang banyak mengawaal program pemerintah dalam memberantas stunting, Jusuf Kala justru mengatakan bahwa Stunting harus dicegah sejak bayi belum lahir.

                “Pencegahan stunting itu dimulai pada saat sebelum melahirkan malah, supaya ibunya diberi asupan untuk sehat, sehingga bayinya lahir sehat,” jelas JK.

                Dijelaskan JK, selain di masa kandungan, waktu terpenting untuk mencegah stunting adalah 3 tahun sejak bayi lahir atau kurang lebih 1000 hari. Di masa itu, bayi harus diberi asupan gizi yang cukup.

                “Pertama, itu harus betul – betul dirawat dan diberi asupan yang cukup, apakah ASI atau pengganti ASI yang sesuai dengan makanan yang bergizi. Tapi juga setelahnya harus, karena pertumbuhan anak itu bukan hanya 1000 hari,” ungkapnya.

                “Jadi di balita sampai anak-anak juga harus mendapatkan gizi yang baik, karena itu juga ada hubungannya dengan kecerdasan, ada hubungannya dengan masa depan anak itu,” tambahnya.

                JK juga selalu mengingatkan, untuk mencegah stunting diperlukan semua pihak termasuk tokoh agama, Ia bahkan mengaku akan meminta Ustaz Abdul Somad untuk turut mengampanyekan pencegahan stunting.

                JK pun mengatakan stunting di Indonesia berada dalam sebuah lingkaran setan. Gizi yang tidak sesuai untuk balita akan menyebabkan stunting. Stunting kemudian akan menyebabkan menurunnya kecerdasan dan penurunan kecerdasan, dimana hal tersebut menyebabkan kemiskinan.

                Ketika Sandiaga menawarkan sedekah putih untuk menurunkan stunting bagi ibu – ibu yang tidak penuh menyusui karena sejumlah faktor seperti usia. Ma’ruf Amin mengatakan bahwa pihaknya akan menyiapkan soal gizi itu sejak sebelum menikah. Dirinya juga sempat memaparkan bahwa pemerintah Jokowi – Jusuf Kalla telah berhasil menurunkan stunting dari 37 menjadi 30 persen. Ma’ruf menuturkan perlu upaya lebih intensif lagi.

                “Perlu upaya lebih intensif, karena stunting ini bukan hanya soal kesehatan, tapi sosial, sanitasi, gizi,” tutur ma’ruf saat berada di panggung debat cawapres.

                Karena itu, pihaknya akan memberikan bantuan sosial agar ibu – ibu tercukupi gizinya. Selain itu Ma’ruf juga mengatakan bahwa para pasangan yang hendak menikah akan mendapatkan bimbingan atau edukasi mengenai gizi sejak di KUA.

                Stunting merupakan masalah yang membutuhkan kolaborasi lintas tokoh dalam menanganinya, upaya penanganan saja tidak cukup untuk menurunkan angka stunting secara signifikan, namun upaya preventif juga perlu dilakukan agar para pasangan yang hendak menikah memiliki literasi yang cukup mengenai gizi anak dan balita.

)* Penulis adalah Pengamat Bidang Kesehatan

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih