Sandiaga Uno Aktor Dibalik Mega Proyek Reklamasi Jakarta
Penulis: Akmal Pramesti*
Keputusan Sandiaga Uno untuk maju sebagai Calon Wakil Presiden menuai pro dan kontra dari banyak kalangan, terutama masyarakat DKI Jakarta. Masyarakat menilai bahwa Sandi sengaja kabur karena tidak bisa memenuhi janji-janjinya semasa kampanye yaitu melakukan perbaikan dan pembangunan khususnya di bidang ekonomi. Janji-janji kampanye Sandi seperti OK-OCE, pembatalan proyek reklamasi Teluk Jakarta, Rumah DP 0 Persen, OK Trip, hingga pembangunan Stadion Klub Persija Jakarta, belum bisa direalisasikan. Bahkan janji tersebut oleh para pakar dinyatakan akan sulit terwujud. Mungkin itulah yang membuat Sandi kabur menjadi Cawapres agar namanya naik daun.
Semua calon pemimpin pasti menyuguhkan janji-janji saat kampanye untuk memperkenalkan programnya kepada masyarakat. Tapi, janji-janji tersebut harus direalisasikan saat dia terpilih menjadi pemimpin. Misalkan, Presiden Jokowi menjanjikan pembangunan jalan trans Papua pada masa kampanye. Pada saat menjabat sebagai Presiden, beliau benar-benar merealisasikan janjinya dengan membangun jalan trans Papua, bahkan dengan bonus penyetaraan harga BBM sehingga masyarakat Papua yang selama ini jarang disentuh, benar-benar merasakan hadirnya Pemerintah Indonesia.
Menepati dan merealisasi janji kampanye, itulah yang sulit bahkan tidak bisa ditemukan pada diri Sandi. Orang seperti ini mau maju dalam Pilpres. Janji-janji apalagi kira-kira yang akan dia umbar ke masyarakat. Jika kita lihat sampai saat ini, 4 bulan lagi menjelang Pilpres, Sandi belum memiliki program yang jelas dalam membangun Indonesia. Cerdiknya, Sandi mampu menutupi kesalahannya dengan menjual tampang ke kalangan emak-emak yang tidak tahu dan tidak mau tahu kesalahan-kesalahan Sandi.
Jika ada survei tentang daerah DKI Jakarta mana yang paling membenci Sandi, pasti terjawab Jakarta Utara. Kenapa Jakarta Utara? Ya, masalah proyek reklamasi Teluk Jakarta yang sampai saat ini menggantungkan janji. Masyarakat pesisir Jakarta Utara, para nelayan yang sehari-hari menggantungkan hidupnya di peraira Teluk Jakarta, yang pada saat Pilgub Jakarta terpaksa memilih Sandi karena berjanji akan membatalkan reklamasi, saat ini menjadi pihak yang paling kecewa karena reklamasi tetap berjalan. Tega sekali Sandi membohongi rakyat dengan mengumbar janji-janji palsu.
Dari situ masyarakat bertanya, kenapa hal sepele membatalkan reklamasi saja tidak bisa dilakukan oleh pemegang kekuasaan Gubernur/Wakil Gubernur Jakarta? Jawabannya adalah tentu saja kepentingan Sandiaga Uno, sang pengusaha kaya raya yang suka mengorbankan nasib rakyat. Dalam mega proyek reklamasi, terdapat beberapa kepentingan dan perusahaan yang bermain. PT Kapuk PT Kapuk Naga Indah (KNI) Agung Sedayu Group, PT Jakarta Propertindo, PT Taman Harapan Indah
PT Jaladri, PT PJA, PT Jaya Ancol, PT Manggala Krida Yudha, PT Muara Wisesa-Agung Podomoro Land, adalah beberapa perusahaan yang mengembangkan bisnis properti di 13 pulau buatan/reklamasi. Dan Sandiaga Uno bermain di situ.
Beberapa bulan lalu, Gubernur Jakarta Anies Baswedan baru saja menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 58 Tahun 2018 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Koordinasi Pengelolaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Pergub tersebut berisi tentang pembentukkan Badan Koordinasi Pengelolaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta atau BKP Pantura Jakarta. Oleh sejumlah kalangan, peraturan tersebut menjadi langkah Anies yang ingin melanjutkan upaya reklamasi di teluk Jakarta. Iyalah, pasti Gubernur akan segan membatalkan reklamasi jika Wakilnya juga ikut bermain di mega proyek tersebut.
LSM Lingkungan bersama masyarakat pesisir utara Jakarta tidak dapat dihitung lagi sudah berapa kali melakukan unjuk rasa menuntut pemerintah membatalkan proyek reklamasi. Masyarakat menilai Anies tidak tegas mendorong pembatalan proyek reklamasi Jakarta. Padahal Sandiaga Uno memakai isu pembatalan proyek reklamasi sebagai janji kampanyenya di Pilkada DKI Jakarta 2017. Beberapa kali Sandi ditanya oleh wartawan terkait reklamasi, namun dia selalu berkelit dan menyuruh wartawan untuk langsung konfirmasi ke Gubernur. Kenapa Sandi tidak bisa menjawab langsung? Dari situ terlihat jelas siapa yang berkepentingan di balik proyek reklamasi.
Sandi memang pengusaha kaya. Dengan umur yang masih terbilang muda untuk memiliki kekayaan yang sangat besar, Sandi patut dipertanyakan, apakah dia murni atau dia licik mempermainkan proyek. Dengan mulai terbongkarnya kasus-kasus yang melibatkan Sandi, ditambah kemunculan namanya di Panama Papers, sudah jelas bahwa Sandi telah bermain di proyek-proyek besar, yang mengorbankan masyarakat demi keuntungan pribadi. Masyarakat Indonesia sudah banyak dibohongi oleh pengusaha. Lihat saja reklamasi Teluk Benoa Bali, pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng, dan reklamasi Jakarta ini. Saat ini masyarakat sudah cukup cerdas dan bisa memilih mana yang akan mengorbankan rakyat dan mana yang berjuang untuk kepentingan rakyat. *) Mahasiswa Universitas Indonesia