Santri Pilar Utama Melawan Narasi Radikalisme
Oleh : Muhammad Zaki )*
Kalangan santri merupakan salah satu pilar untuk melawan narasi radikalisme yang saat ini masih menyebar di tengah-tengah masyarakat. Dengan adanya peran aktif Santri dalam menangkal radikalisme berkedok agama, penyebaran paham anti Pancasila dapat dicegah.
Badan Nasional Penanggulangan Teorisme (BNPT) melibatkan para santri untuk melawan narasi radikalisme yang beredar di dunia maya. Sebelumnya, BNPT mengadakan Workshop Toleransi Memperkokoh Negeri dan Pelatihan santri melalui bidang agama dan multimedia dalam rangka pencegahan paham radikal terorisme, di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada 14-17 Juni 2022.
Ketua Milenial Muslim Bersatu Khairul Anam mengatakan, kegiatan semacam ini patut diapresiasi. Apalagi pelatihan tersebut menghadirkan para trainer yang mumpuni di bidangnya, ini tepat sasaran karena diikuti para santri dari 10 pondok pesantren terbesar dan tertua di Jawa Timur.
Pada kesempatan tersebut Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar menyampaikan sambutannya yang disampaikan oleh Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Nisan Setiadi mengatakan, semangat resolusi jihad yang menggaungkan Hubbul Wathan minal Iman – Cinta Tanah Air adalah bagian dari Iman.
Nisan menegaskan bahwa ini tidak boleh dilupakan dan harus terus diwariskan serta ditanamkan kepada para santri dan masyarakat secara luas. Jihad kebangsaan untuk menjaga kedaulatan NKRI harus terus digemakan dan tidak pernah selesai untuk disuarakan. Menurutnya, ancaman kedaulatan bangsa ini tidak pernah usai berbagai aksi kekerasan dan teror yang merusak perdamaian dan kerukunan masyarakat masih menjadi potensi yang mengkhawatirkan.
Selain itu, penyebaran ideologi yang bertentangan dengan falsafah negara yang telah menjadi kesepakatan para leluhur bangsa ini selalu muncul di permukaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itulah, upaya untuk menjaga kedaulatan bangsa dan menjaga nilai serta warisan para leluhur bangsa Indonesia harus dilakukan secara bersama-sama dan bersinergi.
BNPT dengan kebijakan pentahelix terus berkomitmen dan konsisten untuk mengajak seluruh komponen masyarakat baik pemerintah, akademisi, komunitas, dunia usaha maupun media.
Nisan meyakini bahwa melalui kedalaman ilmu agama yang dimiliki para santri, mampu menjernihkan persoalan yang seringkali dibuat keruh oleh para teroris dengan mengatasnamakan agama. Santri milenial diharapkan tidak hanya memahami substansi keagamaan, tetapi juga mampu menjawab tantangan kekinian dalam teknologi dan informasi termasuk pencegahan terorisme. Pasalnya, kelompok radikal telah banyak yang menggunakan dunia maya untuk menyebarkan propaganda dan pengaruhnya kepada para pengguna internet.
Nisan juga menjelaskan bahwa paham radikalisme, intoleran dan terorisme terus meningkat melalui narasi propaganda, provokasi dan hasutan bernada intoleran, segregasi dan nilai yang bertentangan dengan semangat kebangsaan. Narasi tersebut membenturkan nilai agama dengan nilai-nilai kebangsaan untuk mempengaruhi generasi muda. Oleh karena itu, kalangan santri haruslah memiliki kecakapan digital sebagai senjata dalam melawan narasi-narasi keagamaan yang kerap dieksploitasi dan dimanipulasi untuk kepentingan politik yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz mengungkapkan, resolusi jihad belum selesai. Sehingga semua stakeholder harus terlibat dalam menjaga serta mengembangkannya.
Sementara itu, dalam laporannya Ketua Pelaksana Kegiatan, Kasubdit Kontra Propaganda Direktorat Pencegahan BNPT Kolonel Sujatmiko mengungkapkan, acara tersebut dihadiri oleh perwakilan dari 10 pesantren besar di Jawa Timur. Di antaranya Ponpes Tebuireng Jombang, Ponpes Salafiyah Seblak Jombang, Ponpes Lirboyo Kediri, Ponpes Sidogiri Pasuruan, Ponpes Blokagung Banyuwangi, Ponpes Asembagus Situbondo, Ponpes Langitan Tuban, Ponpes Guluk-Guluk Sumenep Madura, Ponpes Tambak Beras Jombang dan Ponpes Rejoso Jombang, hadir pula komponen pentahelix seperti para pelaku usaha dan Rektor IAIN Kediri Wahidul Anam serta kalangan media.
Dalam pelatiham tersebut, para santri dilatih untuk melakukan analisis dan literasi media sosial, pembuatan narasi perdamaian melawan propaganda radikalisme, pengelolaan serta pembuatan website, desain komunikasi visual, serta pembuatan video. Melalui pelatihan ini, para santri diharapkan dapat mengisi ruang publik di dunia maya dengan konten yang bernilai Islam yang Rahmatan Lil Alamin dan Hubbul Wathan Minal Iman.
Para santri juga telah membuat website dan media sosial bernama Santri Keren Indonesia. Secara operasional, website dan media sosial santri keren Indonesia akan terus bersinergi dan didukung oleh BNPT dalam memproduksi konten. Tentu saja konten yang berisi narasi positif di ruang publik memang sangat diperlukan guna menekan gerakan dari kelompok radikal.
Penyebaran narasi-narasi positif ternyata bisa mempersempit ruang gerak kelompok radikal yang selama ini banyak memanfaatkan ruang publik. Para santri juga sudah semestinya memiliki peran penting untuk tetap bersinergi dalam melawan narasi radikal yang mampu menyebar dengan sangat mudah di dunia maya.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute