Sejarah Papua dalam Bingkai NKRI dengan Berbagai Kemajuan Pembangunan
Oleh: Fritz Yohanis Wanggai*
Papua yang terletak di ujung timur Indonesia, memiliki keunikan yang luar biasa dari segi budaya, keindahan alam, dan keanekaragaman hayati. Sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Papua menyimpan sejuta potensi yang belum sepenuhnya terungkap.
Pulau Papua memiliki luas total 785.753 km², dengan bagian Indonesia seluas 418.707,7 km², sementara sisanya adalah wilayah negara Papua Nugini. Bentuk pulau yang menyerupai burung Cenderawasih ini menjadikannya pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Jika dibandingkan, luas Papua setara dengan negara Turkiye dan lebih dari dua kali luas negara Jepang.
Selain luas wilayahnya, Papua juga memiliki area hutan lindung terbesar di Indonesia. Pulau Papua adalah habitat bagi 15.000-20.000 jenis tumbuhan (55% endemik), 602 jenis burung (52% endemik), 125 jenis mamalia (58% endemik), dan 223 jenis reptilia (35% endemik). Beberapa hewan dan tumbuhan endemik di Papua termasuk burung cenderawasih, kanguru pohon, ikan pelangi, beragam kupu-kupu, dan ribuan jenis tumbuhan serta hewan lainnya. Pulau ini juga memiliki Puncak Jaya, puncak tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 mdpl.
Penduduk asli Papua, terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Papua. Sebelumnya, pulau ini terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Namun, pada 30 Juni 2022, terjadi pemekaran wilayah menjadi tiga provinsi baru: Provinsi Papua Pegunungan, Provinsi Papua Selatan, dan Provinsi Papua Tengah. Terbaru, juga sedang dibahas pemekaran kembali menjadi Provinsi Papua Barat Daya.
Papua telah menjadi bagian dari persaudaraan dengan Indonesia sejak awal. Meskipun Papua secara resmi kembali ke pangkuan Indonesia pada tahun 1963, semangat kebersamaan dan penderitaan yang sama akibat penjajahan Belanda menunjukkan bahwa Papua sebenarnya sudah menjadi bagian dari kemerdekaan Indonesia sejak awal. Presiden Sukarno mempertegas hal ini dalam pidatonya, melalui pernyataannya ‘Orang kadang-kadang berkata, memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah ibu pertiwi. Salah! Tidak! Irian Barat sejak daripada dulu sudah masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia.’
Belanda sendiri sebenarnya mengakui Papua sebagai bagian dari Indonesia dan berjanji untuk mengembalikannya. Namun, tanggal penyerahan ditunda dua tahun setelah Konferensi Meja Bundar, janji yang akhirnya tidak ditepati. Belanda mencoba menjadikan Papua Barat sebagai negara boneka yang terpisah. Pengingkaran ini memicu ketegangan antara Indonesia dan Belanda, yang berujung pada konfrontasi dan keluarnya perintah Trikora dari Presiden Sukarno. Upaya untuk merebut kembali Papua tidaklah mudah dan menelan korban jiwa dari beberapa prajurit terbaik Indonesia. Walaupun sejarah Papua mengalami pasang surut, pada akhirnya Papua tetap menjadi bagian dari Indonesia, tumbuh dan berkembang bersama.
Pada kesimpulannya, Papua merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keberadaan Papua dalam bingkai NKRI telah ditegaskan melalui berbagai keputusan internasional, termasuk keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan bahwa status Papua sebagai bagian dari Indonesia adalah final. Bahkan, Perdana Menteri Fiji, Y.M. Sitiveni, juga menyatakan dukungannya terhadap kedaulatan Indonesia dan mengakui bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia.
Selama beberapa tahun terakhir, pembangunan di Papua telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Berbagai proyek infrastruktur telah dilaksanakan, termasuk pembangunan jalan, jembatan, fasilitas kesehatan, dan pendidikan. Perubahan ini sangat terlihat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, menunjukkan adanya peningkatan kualitas hidup dan aksesibilitas bagi masyarakat Papua.
Lebih khusus, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, memiliki visi untuk memperkuat kehadiran Indonesia di Kawasan Pasifik. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Theofransus Litaay, menyebutkan bahwa Papua menjadi “Pintu Gerbang” komunikasi Indonesia dengan negara-negara di Kawasan Pasifik.
Menurut Theofransus Litaay, dalam Rapat Kerja II Asosiasi Gubernur se-Tanah Papua di Wamena, terkait dengan nilai tawar Indonesia di Kawasan Pasifik, Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri menjalankan strategi “Pasific Elevation”. Papua dijadikan sebagai pintu gerbang Indonesia dengan Pasifik. Strategi ini berfokus pada penguatan kerja sama Indonesia dengan negara-negara di Kawasan Pasifik. Kemitraan Indonesia di Kawasan Pasifik juga menjadi bagian dari Rencana Induk Percepatan Pembangunan Papua (RI3P) 2022-2041.
Sebagai bagian dari inisiatif tersebut, Indonesia menyelenggarakan Indonesia South Pasific Forum (Forum Indonesia-Pasifik Selatan) serta penyelenggaraan Pasific Exposition yang merupakan forum dagang, pariwisata, dan investasi Kawasan Pasifik.
Indonesia juga melaksanakan berbagai langkah strategis untuk meningkatkan kemitraan dengan negara-negara di Kawasan Pasifik. Termasuk, keketuaan Indonesia di ASEAN yang dimanfaatkan untuk mendorong kemitraan dengan Pasifik.
Berbagai upaya dan keberhasilan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjadikan Papua sebagai provinsi prioritas dan utama. Pengembangan sumber daya manusia juga menjadi fokus pemerintah, dengan program beasiswa dan peningkatan kualitas pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang kompeten di Papua. Selain itu, peningkatan dan pembangunan fasilitas kesehatan yang lebih memadai juga dilakukan untuk memastikan akses layanan kesehatan bagi masyarakat Papua.
Pembangunan yang telah dan sedang berlangsung di Papua menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperkuat Papua sebagai bagian utuh dari NKRI. Melalui pembangunan berkelanjutan dan perhatian serius, masyarakat Papua diharapkan semakin merasakan bahwa Papua adalah bagian sejati dari Indonesia.
*Penulis adalah volunteer Yayasan Jendela Literasi