Selamatkan Anak dari Bahaya Rokok
Jakarta, LSISI.ID – Inilah harinya anak-anak Indonesia. Setiap tahun, Hari Anak Nasional diwarnai harapan baru; kali ini berjudul “anak GENIUS”, singkatan dari Gesit, Empati, Berani, Unggul dan Sehat. Empat harapan utama itu sebetulnya bersandar pada kata yang terakhir: sehat.
Salah satu ancaman terdekat bagi kesehatan anak adalah rokok. Keluarga perokok secara otomatis menciptakan kondisi yang tak sehat di rumah. Sekolah, yang jadi rumah kedua anak, juga belum tentu bebas asap rokok. Begitu keluar pagar sekolah, warung terdekat menyambut dengan rokok ketengan berharga murah dan iklan-iklan rokok yang menampilkan imaji keren. Ujung-ujungnya anak merokok dan entah bakal kecanduan sampai usia berapa.
‘Sehat’ sebagai suatu target tentu butuh komitmen besar; termasuk dari pemerintah. Dalam uraian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs, rokok jadi faktor risiko utama Penyakit Tidak Menular yang berpotensi menurunkan kualitas sumber daya manusia. Artinya, cepat atau lambat, bakal membuat pembangunan terhambat.
27 tahun dari sekarang, kita semestinya siap dengan Generasi Emas 2045 saat Indonesia berusia seabad. Indonesia bakal merasakan bonus demografi, ketika jumlah penduduk usia produktif mencapai 70 persen. Pemuda pemudi harapan bangsa ini jadi tumpuan untuk mewujudkan Indonesia sebagai satu dari 7 kekuatan ekonomi terbesar dunia. Tapi cita-cita sebesar itu tak bakal tercapai jika anak-anak kita tumbuh sebagai pecandu rokok atau pendapatan negara tergerus untuk membiayai pasien korban rokok.
Salah satu langkah yang bisa diambil Negara adalah menaikkan harga rokok setinggi-tingginya. Dengan harga rokok yang mahal, anak-anak dan keluarga miskin jadi tak bisa beli rokok, negara pun bisa memanfaatkan cukai rokok yang tinggi untuk keperluan pembangunan – persis seperti kata pepatah ‘sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui’.
Sumber : kbr.id