Seluruh Elemen Bangsa Wajib Melawan Radikalisme
Oleh : Ismail )*
Radikalisme wajib dilawan oleh seluruh elemen masyarakat karena paham tersebut bisa menghancurkan negeri ini. Warga harus paham bahaya radikalisme karena bisa memecah-belah persatuan Indonesia.
Pernahkah anda menonton tayangan tentang negara di kawasan gurun pasir yang hancur gara-gara pemerintahannya digulingkan oleh kelompok radikal? Hal ini yang diprediksi terjadi ketika Indonesia dikuasai oleh radikalisme. Kita tentu tidak mau Indonesia jadi babak-belur gara-gara kelompok radikal dan teroris. Oleh karena itu, seluruh warga harus melawannya.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo menyatakan bahwa seluruh elemen masyarakat harus melawan berbagai ancaman yang bisa memecah-belah bangsa dan menggoyahkan kesatuan negara, termasuk radikalisme. Kita harus menentukan sikap, jangan sampai terperosok ke pergaulan yang salah, ke kelompok radikal, anti NKRI, anti persatuan, dll.
Dalam artian, semua orang wajib bekerja sama untuk melawan radikalisme, mulai dari generasi muda hingga yang tua. Kerja sama adalah kewajiban karena jika semuanya kompak, maka radikalisme bisa dibabat dengan cepat.
Anak-anak muda bisa memerangi radikalisme di media sosial karena di sanalah tempat baru untuk mencari kader radikal. Jangan sampai kelompok radikal mendapatkan mangsa lagi, baik di Facebook maupun Instagram. Generasi muda bisa melawan dengan membuat konten-konten bertema kebangsaan dan nasionalisme. Serta memberi tahu bahaya radikalisme, sehingga kawan-kawannya tidak mau jika diajak berjihad ke luar negeri.
Peranan anak muda dalam melawan radikalisme amat penting karena mereka memiliki energi dan kreativitas yang tinggi. Selain membuat konten anti radikal di media sosial, maka mereka juga bisa berkampanye di sekolah maupun di kampus. Isinya tentu ajakan untuk melawan radikalisme. Jangan sampai paham berbahaya ini masuk ke wilayah pendidikan.
Sementara itu generasi yang diatasnya alias orang dewasa plus setengah tua bisa memerangi radikalisme dengan seminar maupun penyuluhan. Cara klasik ini dipilih karena masyarakat berusia 40 tahun ke atas biasanya lebih menyukainya. Selain itu, pencegahan juga bisa dilakukan dengan memilih pegawai maupun pengurus kewenangan di kampung (misalnya pak RT, RW, Lurah) yang anti radikal.
Jangan lupa pula untuk menghalau radikalisme di grup WA karena biasanya tersebar dengan luas. Apalagi ada yang mengira setiap berita yang di-share adalah valid, padahal hanya konten yang sengaja dibuat oleh kelompok radikal dengan tujuan menjerumuskan banyak orang. Jika ada konten radikal maka jangan ragu untuk menghapusnya dan memberi tahu ke semua orang bahwa itu salah.
Menteri Tjahjo melanjutkan, saat ini radikalisme sudah menyebar luas bahkan ke daerah terpencil. Oleh karena itu semuanya memang harus melawan radikalisme agar tidak makin meluas. Dalam artian, bisa jadi masyarakat di daerah terpencil masih terlalu polos dan tidak mengerti bahaya radikalisme sehingga jika tidak diperingatkan maka mereka bisa saja terjebak dalam muslihat kelompok radikal dan teroris.
Sosialisasi anti radikalisme di daerah terpencil memang sangat penting karena jangan sampai masyarakat jadi radikal hanya karena ikut-ikutan, sementara mereka tak mengetahui radikalisme itu apa dan apa saja bahayanya. Penyuluhan wajib dilakukan dengan teratur agar semuanya tahu kejahatan apa saja yang dilakukan oleh kelompok radikal, sehingga mereka dilarang keras berada di Indonesia.
Seluruh elemen bangsa, baik generasi muda hingga tua bekerja sama untuk melawan bahaya radikalisme. Jika semuanya bahu-membahu maka kita optimis paham ini akan cepat diberangus, karena tidak mendapat simpati masyarakat. Bahaya radikalisme harus tetap disosialisasi agar masyarakat di tempat terpencil sekalipun mengetahuinya, lalu menolaknya.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute