Separatisme OPM dan Akal – Akalan Mengincar Jabatan
Oleh : Edward Krey )*
Sebelumnya ULMWP dibawah naungan Benny Wenda telah mengklaim menyatukan 3 kelompok bersenjata, termasuk TPNBP/OPM dan bersiap untuk “membentuk kemerdekaan Papua Barat”.
Sebby Sambom selaku juru Bicara TPNBP/OPM, menyatakan bahwa “klaim sepihak”yang dilayangkan Benny Wenda tidak berdasar.
“Itu adalah propaganda murahan oleh Benny Wenda dan Jacob Rumbiak yang mau mencari legitimasi dari TPNPB dan OPM, karena kami tidak mengakui ULMWP,” tutur Sebby.
Sebby menuturkan bahwa semua komando daerah pertahanan (Kodap) TPNPB-OPM di Papua Barat tidak bergabung dengan ULMWP. Dirinya juga menduga bahwa klaim sepihak ULMWP di bawah Benny Wenda “hanya untuk mendapatkan legitimasi untuk berdiplomasi di tingkat internasional”.
“Mereka cari legitimasi karena kami tidak kompromi. Mereka sendiri yang menghancurkan persatuan nasional bangsa Papua Barat dan kaum militer,” tuturnya. Sebby juga menjelaskan bahwa TPN-OPM tidak termasuk dalam ULMWP.
Pihak OPM juga menyatakan bahwa Benny Wenda telah memalsukan tanda tangan salah satu komandan TPN dan memanipulasinya sebagai penggabungan sayap militer ULMWP dan OPM.
TPNPB-OPM menyebutnya sebagai “Propaganda murahan”.
Sebelumnya, Benny Wenda mengklaim berhasil menyatukan tiga kelompok bersenjata, yaitu Tentara Revolusi Papua Barat (TRWP), TNPB/OPM dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNB).
“Mereka telah berkomitmen bersatu dibawah komando pimpinan politik ULMWP,” tutur Benny.
Ia juga menyatakan bahwa kelompok bersenjata tersebut menjadi sebuah momentum “politik dan militer telah bersatu.”
Benny juga mengajak kepada semua simpatisan gerakan ini untuk membantu merebut kembali kemerdekaan Papua Barat.
“Indonesia tidak dapat menstigma kami sebagai separatis ataupun kriminal lagi, kami adalah tentara dan negara yang sedang dalam proses legal. Saya meminta para orang – orang di Indonesia, khususnya di Papua Barat untuk mendukung deklarasi dan persatuan ini,” lanjut Benny.
Pada kesempatan berbeda, Anggota tim kajian Papua dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rosita Dewi, menila antara kelompok ULMWP dan TPNPB-OPM sulit bersatu.
Sebab, keduanya memiliki jalan perjuangan yang berbeda – beda. ULMWP bersedia dengan cara damai, mereka berkenan untuk bernegosiasi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Rosita, gerakan kelompok bersenjata di Papua Barat amat beragam. Gerakan tersebut memiliki latar belakang mulai dari ideologi, ekonomi sampai hanya sekedar “ikut – ikutan”.
“Ada pula kelompok yang saat ini cukup banyak, yang digunakan oleh mereka yang memiliki ideologi, mereka adalah anak – anak kelompok umur 17 – 20 tahun. Mereka ini hanya ikut – ikutan,” tuturnya.
Keberadaan Kelompok Bersenjata dan TNI di Papua Barat pada akhirnya akan menimbulkan kontak senjata, yang tentu akan menimbulkan korban yang sulit dihindarkan seperti peristiwa berdarah PT Istaka Karya yang membuat puluhan orang tewas dan ribuan orang terpaksa mengungsi.
Juru Bicara Kodam XVII/Cenderawasih, Muhammad Aidi, menilai bahwa isu bersatunya kelompok bersenjata di Papua Barat tidak berpengaruh terhadap TNI dan NKRI.
“Mau mereka bersatu, mau mereka terpecah belah. Itu bukan ancaman, biasa saja,” tutur Aidi.
Dirinya mengaku bahwa langkah dialog kepada kelompok bersenjata dari pemerintah Indonesia selalu terbuka.
Wakapendam XVII/Cenderawasih juga menilai bahwa apa yang dilakukan Benny Wenda hanyalah bentuk propaganda untuk mencari perhatian dunia Internasional. Untuk itu ia mengklaim bahwa dirinya telah menggabungkan 3 faksi sayap militer dari OPM.
“Saya kita itu hanya bersifat propaganda untuk kepentingan popularitas pribadi Benny Wenda,” ujar Letkol Inf Dax Sianturi, di Jayapura.
Dax menyebutkan, bahwa Benny Wenda sering mengklaim bahwa aksi militer OPM du beberapa daerah adalah atas perintah faksi politik yang ia ketuai. Dirinya menegaskan bahwa hal tersebut tidak benar, dan yang dilakukan oleh Benny Wenda adalah untuk mencari pendanaan dari luar negeri.
Intelijen Indonesia selalu memonitor setiap arus komunikasi kelompok – kelompok tersebut dan fakta yang ditemukan sangat berbeda dengan klaim yang diutarakan oleh Benny Wenda.
Tipu Muslihat dari Benny Wenda tersebut disebabkan karena ULMWP yang dipimpinnya dianggap tidak memiliki legitimasi untuk membentuk sayap militer karena berbasis di luar negeri serta tidak mewakili bangsa Papua secara keseluruhan karena dibentuk di Vanuatu pada 2014 oleh tiga organisasi yaitu NRPB, PNWP dan WPNCL. Oleh sebab itu, Kesemrawutan gerakan separatis dan banyaknya konflik internal menunjukkan bahwa tuntutan referendum adalah mimpi siang bolong oknum tertentu agar mendapat jabatan dan kekuasaan di masyarakat.
) * Penulis adalah pemerhati masalah Papua