Stok Pangan RI Mencukupi Selama Pandemi Covid-19
Oleh : Edi Jatmiko )*
Defisit pangan nasional tidak terjadi karena kenyataannya produksi beras dan sembako lain sangat mencukupi. Jadi tidak usah impor dan stok sangat aman untuk beberapa waktu ke depan. Jangan malah panik dan memborong beras selama Pandemi Covid-19 karena persediannya akan selalu cukup dan tidak akan hilang dari pasaran.
Pandemi corona mengakibatkan masyarakat membeli beras, gula dan sembako jenis lain, lebih banyak daripada biasanya. Mereka takut Indonesia akan di-lockdown seperti di China dan negara-negara lain, padahal kenyataannya tidak. Masyarakat juga takut ketika ada pandemi dan nanti kondisinya akan seperti tahun 1988 saat krisis moneter melanda Indonesia. Kala itu harga sembako naik berkali-kali lipat dan persediannya di pasaran sangat menipis.
Kekhawatiran akan ini semakin terjadi ketika ada berita hoax tentang defisit produksi pangan di Indonesia. Masyarakat jadi takut, panik dan memborong berkarung-karung beras. Padahal hal ini tidak usah dilakukan. Walau pandemi Covid-19 masih berlangsung, namun stok beras dan sembako lain masih sangat aman. Para petani sudah menyelesaikan tugasnya dan persediaan beras di Bulog sangat mencukupi. Apalagi sebentar lagi masa panen raya, stoknya akan berlimpah-ruah.
Di Lampung saja ada surplus beras sebanyak lebih dari 260.000 ton. Keberhasilan panen padi ini tentu membahagiakan dan membuat masyarakat bisa bernapas lega. Mereka bisa belanja sembako dengan normal dan tidak takut kehabisan, karena kenyataannya, stok beras sangat mencukupi.
Jika ada daerah di Indonesia yang kekurangan beras, maka akan dilakukan pengalihan komoditas. Misalnya di Maluku dan Kalimantan Utara yang sering kekurangan bahan pangan, maka akan mendapat pasokan yang datang dari daerah yang surplus beras, seperti di Mesuji dan Lampung. Ini adalah sebuah strategi sistem logistik nasional. Hal ini dikembangkan oleh Kementrian Pertanian, agar rantai pemasokan dan distribusi bahan pangan lebih terkendali.
Mentri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meyakinkan bahwa persediaan bahan pangan sangat mencukupi. Untuk bulan April sampai Juni 2020, maka stoknya aman, karena ada surplus pasca panen. Hal ini merupakan hasil survey dari bahan ketahanan pangan.
Persediaan sembako yang ada sampai bulan juni ini adalah sebagai berikut: untuk beras stoknya 6,4 juta ton. Sementara gula pasir ada 1,07 juta ton dan jagung 1,01 ton. Sangat banyak, bukan? Stok ini walau hitungannya hanya sampai bulan Juni, akan sangat mencukupi. Setelah Juni tentu akan ada persediaan lagi, karena padi dan jagung tentu ditanam lagi dan panen lagi.
Distribusi beras dan bahan pangan lain juga semakin lancar. Kementerian pertanian bekerja keras untuk menutupi defisit bahan pangan di suatu daerah. Masyarakat tidak perlu khawatir walau tidak berdomisili di Pulau Jawa, karena pemerintah berusaha agar semua daerah kebagian persediaan beras dan komoditi bahan pangan lainnya.
Masyarakat juga diharap tidak memborong beras dan sembako, seakan-akan besok sudah akan kiamat. Jika semua orang melakukannya, maka malah mengakibatkan kerugian, karena harganya bisa naik karena permintaannya yang sangat tinggi. Jadi, belanjalah dengan wajar dan ingatlah bahwa ada orang lain yang juga membutuhkannya, jadi jangan egois dan menumpuk berkuintal-kuintal beras dan gula di rumah. Percayalah pada pemerintah yang berusaha adil dan membagi persediaan beras ke seluruh daerah di Indonesia.
Surplus beras masih terjadi di Lampung, Mesuji dan beberapa daerah lain di Indonesia. Kementerian pertanian bertindak untuk mengatur distribusi beras dan sembako lain ke seluruh wilayah, dan mengusahakan agar di daerah yang kekurangan mendapat pasokan dari yang kelebihan. Jadi dipastikan tidak akan ada kelangkaan bahan pangan di Indonesia. Jangan khawatir, persediaan akan aman dan tidak usah ada aksi memborong karena panik.
)* Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Jakarta