Strategi Pemerintah Efektif Kendalikan Covid-19 dan Pulihkan Ekonomi Nasional
Oleh : Aulia Hawa )*
Pemerintah terus berusaha menjaga keseimbangan strategi gas dan rem, baik dalam mengendalikan Covid-19 maupun percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Masyarakat wajib mengikuti berbagai kebijakan tersebut agar Indonesia dapat segera keluar dari belenggu Pandemi virus Corona.
Keputusan Pemerintah untuk tidak menerapkan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 secara serentak di semua wilayah pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) diprediksi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Bhima Yudhistira selaku Ekonom menilai, masyarakat bisa lebih percaya diri untuk berbelanja di akhir tahun. Belanja masyarakat itu tentu saja akan menopang pertumbuhan.
Pembatalan rencana PPKM level 3 merupakan angin segar bagi pelaku usaha. Khususnya di sektor yang berkaitan dengan ritel, perdagangan grosir, transportasi dan pendukung pariwisata diperkirakan bisa membukukan omzet lebih baik dari tahun 2020 lalu.
Menurut Bhima, akibat perubahan kebijakan pembatasan sosial tersebut, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV diperkirakan bisa tembus di atas 4%. Angka tersebut bisa naik apabila dibandingkan dengan prediksi semula yang menyebutkan di bawah 3%.
Meski terdapat trend positif, Bhima mengingatkan kepada para pelaku usaha agar tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan, apalagi dunia saat ini tengah menghadapi ancaman varian Omicron, sehingga penerapan protokol kesehatan dan penggunaan aplikasi PeduliLindungi harus tetap dilakukan.
Bhima menuturkan, kalau lengah, maka risiko lonjakan kasus pasca libur Nataru bisa blunder ke pemulihan ekonomi. Jika terjadi kenaikan kasus, maka ekonomi berisiko kembali melemah seperti pada kuartal I 2022.
Untuk terus mendorong ekonomi, Bhima juga berharap agar Pemerintah dapat terus menggenjot belanja publik dan dapat melanjutkan subsidi upah serta bantuan usaha produktif bagi UMKM. Setidaknya sampai pemulihan ekonomi berjalan solid di akhir tahun 2021. Ketika mobilitas masyarakat masih terganggu, yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan aktivitas belanja melalui platform digital.
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengaku optimis bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh 4% pada tahun 2021. Hal ini sejalan dengan masa pemulihan ekonomi dan melandainya penyebaran kasus Covid-19. Pihaknya berharap bahwa di akhir keseluruhan tahun 2021 ekonomi Indonesia bisa tumbuh sekitar 4%.
Suahasil memaparkan, terdapat 2 indikator yang menunjukkan pemulihan, yakni dari sisi konsumsi dan produksi. Di sisi konsumsi, terlihat peningkatan di Consumer Confidence Index hingga Oktober 2021 mulai membaik seiring pelonggaran PPKM di berbagai daerah.
Sementara untuk Retail Sales Index juga terus mengalami penguatan seiring meningkatnya mobilitas masyarakat. Serta Mandiri Spending Index yang terus mengalami kenaikan mengindikasikan peningkatan konsumsi.
Selain itu, menurutnya pasar keuangan domestik juga sudah mulai kondusif. Terlihat dari yield Surat Berharga Negara (SBN) yang sudah dalam tren menurun di tengah meningkatnya yield US Treasury, juga partisipasi investor domestik di pasar SBN meningkat dengan kepemilikan SBN didominasi oleh perbankan. Selain itu, pergerakan rupiah dan tren IHSG juga dalam sedang tren naik. Namun sentimen negatif global bisa saja memberikan tekanan pada pasar SBN yang berakibat pada capital outflow.
Suahasil menjelaskan, pasar keuangan domestik yang kondusif dan kuatnya fundamental Indonesia berdampak positif pada kinerja lelang SBN di pasar perdana. Terakhir, kinerja IHSG positif dan menyentuh level tertinggi dalam sejarah.
Akan tetapi, meski sudah optimis, Suahasil menegaskan kepada masyarakat dan Pemerintah untuk tetap berhati-hati. Sebab, kasus Covid-19 bisa melonjak sewaktu-waktu. Sehingga penting untuk terus menerapkan protokol kesehatan serta mengikuti vaksinasi.
Kita juga tidak boleh menutup mata bahwa varian omicron telah menyebar dengan cepat setidaknya di 40 negara sejak pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan. International Monetary Fund kemungkinan akan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global karena munculnya varian baru Omicron dari Virus Corona.
Keberadaan varian omicron tentu saja membuat kita harus waspada, jangan sampai peningkatan ekonomi di Indonesia dikacaukan hanya karena ketidakdisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.
Kebijakan Pemerintah untuk menganulir menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 dianggap efektif untuk memulihkan perekonomian. Di sisi lain, Pemerintah terus memperluas cakupan vaksinasi dan mengawasi secara ketat perkembangan Covid-19 yang kemudian diimplementasikan dengan perpanjangan PPKM baik di Jawa-Bali maupun di luar Jawa-Bali dalam rangka mengendalikan kasus Covid-19 di Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini