Suasana di Wamena Berangsur Normal, Pemerintah Menjamin Keamanan Warga
Oleh : Sabby Kosay )*
Sempat dilanda kerusuhan, situasi di Kota Wamena, Jayawijaya, Papua dilaporkan sudah kembali aman dan kondusif. Pengungsi sudah meninggalkan tempat pengungsian dan para siswa juga kembali duduk di bangku sekolah.
Sekolah yang tadinya diliburkan akibat kerusuhan, kini berangsur normal. Para siswa sudah kembali ke sekolah untuk menimba ilmu demi masa depan mereka. Namun, tak semua sekolah langsung menggelar proses belajar mengajar di hari pertama masuk pasca kerusuhan.
Seperti SMP N 1 Wamena, di sekolah tersebut para siswa diberikan waktu untuk bermain di hari pertama masuk sekolah. Tampak wajah ceria dari para siswa. Mereka tampak senang bermain bersama, hal tersebut mereka lakukan agar dapat menghilangkan rasa trauma dari para siswa.
Ada sekitar 190 siswa yang berangkat pada hari itu. Jumlah tersebut memang masih jauh dari total murid SMP N 1 Wamena yang berjumlah mencapai 1.097 siswa.
Sementara itu, SMA N 1 Wamena dan SD Tresia Unggul, memilih untuk memulangkan para siswanya lebih cepat pada hari pertama, pasalnya, belum ada kegiatan belajar mengajar.
Para siswa mengaku, masih khawatir dengan kondisi keamanan di Wamena. Namun, mereka tetap bersekolah karena ingin menuntut ilmu agar tak ketinggalan pelajaran.
Data dari Kementrian Sosial mencatat, bahwa pada tanggal 6 September 2019, jumlah pengungsi di Wamena tercatat sebanyak 1.726 orang. Mereka menyebar di Polres Jayawijaya, koramil, hingga Subdenpom Wamena.
Juga ada yang mengungsi ke Gereha Betlehem, Yonif 756/WMS, hingga ke masjid. Sementara sebanyak 15.544 orang tercatat sudah eksodus dari Wamena mulai dari 23 September hingga 5 Oktober.
Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw membenarkan bahwa situasi di Wamena Papua, hingga saat ini terpantau kondusif. Masyarakat pun telah beraktifitas seperti biasa.
Berdasarkan pantauan Paulus, kegiatan warga di Wamena sudah mulai normal. Pasar, kios dan toko-toko sudah mulai buka seperti biasa.
Arus lalu lintas pun sudah mulai ramai dengan aktifitas masyarakat setempat. Ia juga menuturkan warga yang ada di pengungsian sudah mulai berkurang. Dia juga mengajak pengungsi yang masih ada di Polres dan Kodim untuk kembali ke rumah karena kondisi sudah aman.
Paulus juga mengajak warga yang mengungsi di daerah lain untuk kembali. Pria kelahiran Fakfak tersebut berharap agar masyarakat bisa kembali menghidupkan perekonomian di Wamena yang sempat mati akibat kerusuhan.
Untuk menunjang kondusifitas di Wamena, aparat keamanan sudah menambah satu kompi Brimob yang didatangkan dari Kalimantan Timur. Penambahan anggota Brimob dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada warga setempat.
Selain upaya menjaga kondusifitas di Wamena, pemerintah juga meminta masyarakat yang bergerak di media sosial atau pegiat medsos, untuk membantu mendinginkan suasana serta membantu masyarakat agar bisa segera menghilangkan trauma akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena Papua.
Pemerintah juga berjanji akan berusaha memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat di daerah tersebut dan menghilangkan trauma akibat kerusuhan serta bisa kembali bekerja seperti biasa.
Dari sektor perekonomian, tampak roda ekonomi tersebut terlihat dari pelayanan kantor pos dan perbankan yang mulai membuka pelayanan.
Kepala PT Pos Indonesia Regional XI Wilayah Papua dan Papua Barat Lily Sellano mengatakan bahwa kantornya beroperasi secara normal. Menurutnya, dalam minggu ini pula PT Pos Indonesia akan melakukan konsolidasi agar petugas yang sudah keluar dari Wamena bisa kembali ke tempat tugas masing-masing.
Sementara itu dari sisi perbankan, Kepala kantor Perwakilan BI di Papua Naek Tigor Sinaga mengatakan seluruh perbankan yang ada di Wamena telah kembali beroperasi secara normal. Bank tersebut antara lain BRI, Bank Papua, BNI dan BPR.
Ia juga memastikan kerusuhan di Wamena tidak akan mengganggu pasokan uang tunai di daerah tersebut. Hingga kini di Wamena ada kas titipan BI yang dikelola Bank Papua dengan Plafon Rp 150 miliar.
Membangun suasana yang kondusif di Wamena nyatanya memang memerlukan sinergitas dari segala elemen masyarakat, dari peristiwa kerusuhan tersebut, tentu dapat kita ambil pelajaran bahwa informasi yang menyesatkan justru akan membuat kekacauan yang merugikan banyak pihak.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua, tinggal di Yogyakarta