Polemik Politik

Idul Fitri Momentum Jaga Persatuan dan Toleransi Beragama

Oleh : Abdul Muttaqin )*

Idul Fitri merupakan momentum perayaan hari kemenangan yang bisa dijadikan tonggak untuk kembali membangun persatuan dan toleransi Bangsa Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam agama, sudah sepantasnya mengambil peran dalam mempererat persatuan antar umat beragama.  Sikap toleransi tentu saja bisa menjadi modal untuk saling menjaga persaudaraan, apalagi Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

            Rasa persatuan memang harus dijaga, jangan sampai hanya karena berbeda keyakinan, justru kita memusuhi sesama bangsa sendiri. Salah satu bentuk toleransi yang paling tampak adalah ketika sejumlah gereja mempersiapkan halamannya untuk digunakan sebagai tempat salat. Gereja yang lain juga membuka arealnya untuk digunakan jamaah yang hendak memarkir kendaraannya.

            Setelah Salat Ied selesai, ada pastor yang menyalami umat muslim seusai Salat Ied, bahkan ada pula gereja yangg mengundurkan jadwal ibadah minggu untuk menghormati agenda salat Idul Fitri.

            Kita bisa melihat, gereja-gereja yang lokasinya berdampingan dengan masjid, biasa membuka halamannya untuk digunakan sebagai areal parkir bagi jamaah Salat Ied. Hal ini juga berlaku bagi Gereja Katedral di Jakarta Pusat, yang terletak berseberangan dengan Masjid Istiqlal. Uniknya, perlakuan sama juga terjadi dalam perayaan Natal dan Paskah, di masjid istiqlal juga dibuka agar umat kristiani dapat memarkir kendaraannya di halaman masjid istiqlal.

            Cerita di atas tentu saja merupakan hal yang sejuk untuk dibaca, di mana kedua umat beragama yang berbeda, justru saling membantu agar ibadahnya dapat terlaksana dengan baik.

            Toleransi menjadi sikap yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini tentu saja mampu menciptakan lingkungan yang aman tenteram dan terhindar dari konflik. Sikap toleransi dapat dikenali dengan beberapa karakteristik, yakni saling menghormati serta menghargai, memberikan kesempatan yang sama untuk semua orang dan tidak memaksakan kehendak.

            Toleransi sendiri merupakan landasan utama seseorang dalam membangun kehidupan yang damai dalam masyarakat plural. Toleransi menjadi konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghargai dan kerja sama antar kelompok masyarakat yang berbeda.

            Indonesia merupakan negara dengan suku, budaya, bangsa dan agama yang beragam. Sehingga sikap toleransi menjadi penting dalam mewujudkan persatuan bangsa, kerukunan masyarakat, nasionalisme dan juga memperkukuh kesatuan Indonesia.

            Sikap toleransi dapat dibentuk melalui beberapa unsur, yaitu memberikan kebebasan, mengakui hak setiap orang dan saling mengerti pelaksanaannya harus dimulai dari kesadaran tiap individu terlebih dahulu. Oleh sebab itu, tiap individu harus memahami pentingnya menghargai perbedaan di lingkungan masyarakat yang majemuk. Dengan demikian, manfaat dari sikap toleransi juga dapat dirasakan oleh semua lapisan.

            Begitu pentingnya sikap toleransi sehingga setiap individu harus berusaha dalam menerapkannya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan rasa toleransi, salah satunya adalah menghilangkan kebiasaan buruk.

            Toleransi artinya mau berlapang dada dalam menerima semua perbedaam, karena sejatnya perbedaan adalah anugerah dari Tuhan. Tentu saja, sikap yang kaku, keras, tidak kenal kompromi atau tidak mau tahu adalah sikap-sikap yang tidak memungkinkan seseorang tidak memiliki sikap toleransi. 

Rendahnya sikap toleransi kerap kali disebabkan oleh sikap seseorang yang diterapkan dalam kehidupannya. Sebelumnya, Ketua Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko juga menuturkan, bahwa sejarah Perjuangan bangsa dibangun oleh berbagai agama dan kelompok etnis. Karena itu, mulai saat ini hapus dikotomi antara mayoritas dan minoritas. “Semua sebagai agen perubahan untuk membetulkan pola pikir yang rusak, menyimpang dan terdistorsi sehingga pemikiran – pemikiran yang semula tidak benar lalu berubah,” terangnya.

            Ia mencontohkan dalam gamelan Jawa, semua instrumen musik tradisional dimainkan bersama secara harmonis. Maka bisa menjadi sesuatu kekuatan yang indah, maka yang harus mengharmonisasi adalah semua orang.

            Tentu saja kita perlu menghindari sikap mau menang sendiri, egosentrisme atau menganggap diri paling benar atau paling pandai. Sikap ini tentu saja dapat melemahkan kemampuan seseorang untuk menerima perbedaan yang timbul di masyarakat.

            Momentum Idul Fitri 1443 H menjadi saat yang spesial bagi masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, perayaan tersebut hendaknya tidak saja menjadi tonggak untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan namun juga menguatkan tali persatuan antar sesama anak bangsa.

)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih