Polemik Politik

Masyarakat Harus Terima Hasil Pemilu 2024 yang Berjalan dengan Demokratis

Oleh : Rivka Mayangsari )*

Hasil rekapitulasi nasional Pemilu 2024 sudah diumumkan. Berdasarkan keputusan KPU Nomor 360 Tahun 2024 telah ditetapkan bahwa Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden-wakil presiden periode 2024-2029. Dari total surat suara sah sebanyak 164.227.475, Prabowo-Gibran meraih 96.214.691 suara rakyat Indonesia. Dengan demikian seluruh masyarakat Indonesia dapat dengan ikhlas dan lapang dada dalam menerima hasil Pilpres 2024, yang berlangsung dengan demokratis.

Menerima hasil Pemilu menunjukkan kematangan berpolitik. Di tengah gejolak politik seperti saat ini, demokrasi adalah framework yang menempatkan kepentingan bersama di atas segalanya. Dan pemerintah mesti melayani semua warga negara, termasuk yang tidak mendukung mereka.

Wakil Presiden, Ma’ruf Amin mengatakan agar pihak yang menang harus merangkul semua pihak. Dia harus menjadi presiden dari seluruh rakyat Indonesia bukan hanya yang memilihnya.

Kedewasaan berdemokrasi mencerminkan pandangan yang maju untuk negara-bangsa. Bahwa kesiapan kita sebagai masyarakat ialah mengatasi perbedaan dan bekerja sama membangun masa depan yang lebih baik. Perbedaan pilihan dalam Pemilu adalah hal yang wajar. Jangan sampai perbedaan itu memicu perpecahan.

Sudah semestinya Pemilu disikapi secara dewasa, bahwa siapa pun pemenangnya ia merupakan pilihan demokratis dari, oleh, dan untuk rakyat. Presiden terpilih, yang memilih adalah rakyat. Rakyat sewajarnya menikmati pilihan tersebut dan bergotong-royong menuju kemajuan Indonesia.

Ketua Umum PP Muhammadiya,h Haedar Nashir mengatakan agar masyarakat  menyikapi hasil pemilu sebagai realitas politik dan konsekuensi logis dari sistem demokrasi yang dipilih oleh bangsa Indonesia.

Selain itu, Tokoh Pemuda Amungme, Petrus Beanal juga berharap masyarakat dapat menerima semua keputusan dan hasil Pemilu 2024 yang telah ditetapkan KPU. Dirinya sangat berharap tidak lagi ada usulan-usulan untuk demo, dan agar masyarakat menerima hasil Pemilu yang telah diselenggarakan secara bertahap.

Pemilu, sebagai panggung utama warga negara, merepresentasikan kehendak kolektif. Dalam konteks ini, menerima hasil Pemilu lebih dari sekadar kepatuhan hukum, melainkan sekali lagi ekspresi tegas ihwal kedewasaan berdemokrasi. Menerima hasil Pemilu adalah tahap krusial perjalanan demokrasi. Di situlah kesetiaan pada prinsip-prinsip yang lebih besar: kesatuan sebagai bangsa, diuji. Ujian berdemokrasi.

Ketum PP Hikmahbudhi, Wiryawan turut mengajak seluruh elemen masyarakat menerima hasil Pemilu 2024. Wiryawan menyarankan kepada pihak yang belum puas untuk menempuh jalur konstitusional.

Ketua Umum Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI), Ali Hasan mengatakan Dalam proses berjalannya pemilu menjadi suatu hal yang bisa dianggap lumrah ketika terdapat partisan kandidat yang tidak terpilh menganggap atau merasa kandidat terpilih melakukan kecurangan. Argumentasi terkait alasan ketidakpuasan terhadap hasil pemilu mulai dari kecurangan serta pelanggaran saat pra-vote, voting, serta pasca-vote.

Namun, jangan sampai ketidakpuasan itu berlandaskan sentimen belaka atau karena fanatisme terhadap kandidat yang didukung. Oleh karenanya, masyarakat harus untuk menerima hasil pemilu. Karena jangan sampai kita terpecah belah karena adanya hasutan politis. Menjaga perdamaian dan menerima hasil pemilu sebagaimana komitmen yang sudah dibuat oleh capres maupun parpol maupun pendukung masing-masing.

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara mengajak seluruh masyarakat menjaga persatuan dan keutuhan bangsa usai Pemilu 2024. Perbedaan politik tak boleh menjadi perusak tali persaudaraan. Koordinator Pusat BEM Nusantara, Achmad Supardi mengatakan dalam suasana pasca-pemilu sangatlah penting untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Perbedaan politik tidak boleh menghancurkan tali persaudaraan di antara sesama anak bangsa.

Pemimpin yang baik, harus siap menerima kekalahan jika perolehan suara tidak mencukupi untuk menduduki kursi pemerintahan. Pemilu merupakan pertarungan politik dimana ada yang menang dan ada yang kalah. Yang kalah harus menerima kekalahan, jangan memprovokasi atau mengajak tokoh masyarakat, agama, maupun adat untuk melakukan demo kepada penyelenggara.

Menerima hasil Pemilu memiliki kaitan erat dengan jiwa nasionalisme. Prinsip kedaulatan diproyeksikan untuk negara, dengan cara memperbaiki tatanan demokrasi alih-alih merombaknya. Hanya dengan spirit nasionalisme, seseorang akan kebal dari propaganda para transnasionalis. Tidak hanya itu, dengan spirit nasionalisme pulalah kedewasaan berdemokrasi akan tergapai.

Kedewasaan politik dan sikap menerima kekalahan, diharapkan suasana pasca-Pemilu dapat lebih tenang dan membangun bagi masyarakat. Pentingnya menjaga stabilitas dan kesatuan dalam menjalani perjalanan demokrasi di Indonesia.

Dengan demikian, mari bersama-sama berdemokrasi secara dewasa. Pemilu usai, gotong-royong menuju Indonesia yang lebih baik merupakan sesuatu yang niscaya. Ciptakan keamanan dan ketertiban dan menjaga keutuhan bangsa Indonesia saling menghargai dan menghormati dalam hasil perolehan penghitungan suara di pemilu tahun 2024 ini. Menerima hasil Pemilu dengan lapang dada adalah langkah pertama dari proses mendamaikan perbedaan dan membangun konsensus untuk kepentingan bersama menuju Indonesia Emas 2045.

)* Penulis adalah pemerhati masalah sosial

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih