Polemik Politik

KTT G20 Dorong Kebangkitan Ekonomi Pariwisata

Oleh: Alfred Jigibalom )*

Pandemi telah mengubah adaptasi berbagai sektor, tak terkecuali sektor pariwisata yang sempat terdampak akibat adanya kebijakan pembatasan sosial. Sektor Pariwisata ternyata mendapatkan sorotan dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Rangkaian acara KTT G20 yang dihelat di Indonesia nyaris sepanjang tahun 2022 menjadi momentum untuk menunjukkan kepada dunia tentang bangkitnya pariwisata Indonesia dari pandemi serta komitmen untuk mendorong pariwisata berkelanjutan.

Penyelanggaran KTT G20 akan berlangsung dan terpusat di Bali. Sebagaimana diketahui, Pulau Dewata selama ini merupakan salah satu gerbang utama bagi wisatawan mancanegara yang hendak berkunjung ke Indonesia. Tidak hanya di Bali, pemerintah juga ingin memperkenalkan potensi destinasi unggulan lainnya di Tanah Air. Oleh karena itu, sederet agenda side event yang menarik selama Presidensi G20 akan disebar di sejumlah destinasi wisata.

Sebanyak 19 Kota atau destinasi wisata di Indonesia, di mana 5 di antaranya merupakan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Seperti Labuan Bajo, Likupang, Mandalika, Borobudur dan Danau Toba, dipastikan akan ikut menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi akbar tersebut.

Direktur Utama Badan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina mengatakan, kehadiran Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi side event penyelenggaraan konferensi G20 tentu menjadi sebuah isu penting tentang produktivitas juga pariwisata berkelanjutan, sekaligus pengembangan ekonomi digital setempat melalui jalur usaha kecil menengah (UKM) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Shana menilai, sejak tahun 2019, wajah Labuan Bajo sudah dipoles dengan menghadirkan berbagai fasilitas publik yang diharapkan mampu memberi ruang bagi masyarakat dan juga wisatawan yang datang untuk dapat menikmati keindahan Labuan Bajo.

Kolaborasi yang terjalin antara pentahelix bersama dengan seluruh pemangku kepentingan dalam memajukan Labuan Bajo untuk menyambut penyelenggaraan KTT G20 terus dimaksimalkan dengan para stakeholder, dari pelaku usaha, komunitas juga media.

Dirinya menambahkan, badan otorita hadir tidak hanya sebagai representasi pemerintah pusat di daerah, tetapi juga mengoskestrasikan seluruh kepentingan dalam membangun pariwisata Labuan Bajo.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, tren pariwisata ke depan paska pandemi adalah pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Karanenanya dirinya mendorong agar investasi yang masuk juga mengutamakan keberlanjutan.

Sandiaga membayangkan, bila pada tahun 2030 seluruh destinasi pariwisata di Indonesia secara total menggunakan kendaraan listrik, maka hal itu tentu akan menjadi nilai tambah bagi Indonesia. Karena Indonesia ingin mewujudkan pariwisata yang lebih berkualitas dan berkelanjutan lingkungan.

Perlu diketahui juga bahwa Pariwisata berkelanjutan sendiri merupakan konsep berwisata yang memberikan dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, ekonomi untuk masa kini dan masa depan, baik itu bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.

Menurut Sandiaga, seluruh aspek pemulihan pariwisata dari pandemi harus mengupayakan penerapan sustainable tourism sebagai suistainable recovery dan percepatan kesiapan destinasi super prioritas. Saat ini berbagai daya tarik Indonesia tengah diarahkan menuju aspek tersebut.

Sementara itu Presidensi G20 juga akan memberikan angin segar bagi sektor perhotelan untuk pulih kembali.

Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan presidensi G20 ini akan berdampak pada perhotelan di Bali karena menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi.

Pada tahun 2020 dan 2021 tingkat hunian hotel di Bali cenderung menunjukkan grafi yang flat. Tingkat okupansinya masih di bawah 60 persen jika dibandingkan tahun 2019 sebelum adanya pandemi Covid-19.

Ferry menjelaskan, kedatangan tamu internasional akan semakin meningkat selama persiapan hingga penyelenggaraan event KTT G20. Ini juga akan menambah okupansi atau tingkat hunian hotel di sejumlah wilayah. Sehingga hotel yang sebelumnya sepi karena pandemi, bisa mulai terisi kembali.           

Dipilihnya Indonesia untuk memimpin G20 juga merupakan bentuk pengakuan atas statusnya sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Indonesia didnilai dapat mengorkestrasi agenda pembahasan pada G20 agar mendukung dan berdampak positif dalam pemulihan aktivitas perekonomian Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan potensi pariwisata yang luar biasa, kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah KTT G20 harus bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia kepada negara-negara yang terlibat dalam event akbar tersebut.

)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih