Polemik Politik

Adaptasi Kebiasaan Baru Menjadi Harapan Atasi Dampak Pandemi Covid19


Oleh: Riski Adam (Ketua Forum Pegiat Media Sosial Independen Regional Semarang)

Pandemi Covid-19 yang melanda banyak negara di dunia termasuk Indonesia telah memaksa masyarakat untuk menerapkan pola hidup baru. Hal ini sesuai dengan protokol the new normal yang telah dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu. Pola hidup baru ini dikenal dengan istilah “New Normal” atau saat ini telah diubah menjadi Adaptasi Kebiasaan Baru yang mulai diberlakukan selama vaksin Covid-19 belum ditemukan.

Kini masyarakat Indonesia dituntut untuk mengubah kebiasaan dan perilaku lama yang mengarah pada adaptasi untuk membudayakan perilaku hidup bersih sesuai protokol kesehatan agar bisa tetap menjalankan aktivitas normal sekaligus mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Masyarakat diperbolehkan kembali beraktivitas, namun diwajibkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Selain itu, era Adaptasi Kebiasaan Baru mengharuskan setiap individu untuk beralih ke pola kehidupan sosial baru yang ikut mempengaruhi bisnis dan dunia usaha.

Mengingat pandemi Covid-19 berdampak besar bagi perekonomian, sesuai dengan data dari BPS yang mencatat bahwa konsumsi rumah tangga turun dari 5,02 persen pada kuartal I 2019 ke 2,84 persen pada kuartal I tahun ini. Maka dari itu saat ini sejumlah pasar, pusat perbelanjaan, mall dan sarana transportasi mulai beroperasi kembali tentunya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Hal ini dilakukan demi menjaga roda perekonomian masyarakat yang sempat terganggu akibat Covid-19.

Masih banyak masyarakat yang tidak terbiasa dengan adaptasi tersebut. Selain kita harus mengubah pola pikir dan menerapkan physical distancing yang tepat secara mandiri, perlu juga ditumbuhkan kepedulian terhadap sesama. Hal ini yang menjadi tantangan di era Adaptasi Kebiasaan Baru, selain mejaga diri sendiri, kita juga harus saling menjaga satu sama lain agar tidak menimbulkan peningkatan kembali transmisi Covid-19.

Terdapat beberapa tantangan yang akan muncul dalam penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru di masyarakat. Tantangan pertama adalah pemahaman yang beragam di masyarakat terkait bagaimana menjalankan Adaptasi Kebiasaan Baru tersebut. Bisa dikatakan, pemahaman yang menyeluruh tentang tatanan Adaptasi Kebiasaan Baru ini masih rendah di kalangan masyarakat. Tantangan kedua adalah belum adanya kesadaran masyarakat untuk mengimplementasikan perilaku yang baik dan benar dalam tatanan kehidupan normal baru.

Namanya adaptasi atau perubahan pasti akan menimbulkan kegamangan. Ditambah lagi dengan pengetahuan dan juga informasi yang memang belum merata, serta simpang siur informasi yang sampai kepada masyarakat. Selain itu, rasa takut atas penularan Covid-19 juga bisa menjadi tantangan dari penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru. Apalagi selama ini, masyarakat merasa aman saat lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Mereka yang secara ciri pribadinya cenderung lebih tertutup, lebih menarik diri, maka untuk kembali menghadapi dunia luar ini akan menimbulkan suatu kekhawatiran.

Tantangan lainnya terjadi pada anak-anak yang harus beradaptasi lagi dengan kegiatan belajar mengajar, maupun sosial pertemanan yang harus menerapkan protokol kesehatan khusus yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.

Keyakinan individu dalam menjalankan protokol kesehatan perlu dibangun melalui sosialisasi yang lebih luas serta intensif melalui berbagai media. Pemahaman tentang pentingnya protokol kesehatan yang benar perlu ditanamkan secara masif dan berkelanjutan, baik oleh pemerintah maupun sesama elemen masyarakat. Selain sosialisasi, untuk menanamkan keyakinan individu tersebut, diperlukan psikoedukasi melalui berbagai penyuluhan oleh sejumlah pihak yang dibekali dengan ilmu mumpuni.

Keyakinan terhadap pandangan masyarakat, terutama orang-orang penting di sekitarnya, akan meneguhkan atau bahkan melemahkan niat seseorang dalam menerapkan protokol kesehatan. Jika masyarakat di sekitarnya mendukung, bahkan memfasilitasi seseorang menjalankan protokol kesehatan dalam Adaptasi Kebiasaan Baru, ia tidak akan segan untuk menjalankannya berulang-ulang. Bahkan, ia semakin merasa diterima masyarakat ketika melakukannya.

Sebaliknya, ketika keluarga, tetangga, atasan, rekan kerja, ataupun teman asyik hang out dan menganggap protokol kesehatan adalah hal berlebihan atau ‘lebay’, seseorang di sekitarnya juga akan merasa enggan untuk melakukannya secara rutin. Ketika perilaku kewaspadaan dijadikan bahan candaan, bahkan ejekan oleh masyarakat sekitar, seseorang akan merasa malu untuk menjalankan protokol kesehatan.
Adaptasi Kebiasaan Baru, bisa berjalan secara efektif jika masyarakat mau menaati dan konsisten menjalankan protokol kesehatan yang telah ditentukan secara bersama-sama. Diharapkan, segala lapisan masyarakat bisa memahami dan menjalankan tatanan hidup baru ini dengan sebaik-baiknya agar bisa tetap beraktivitas kayaknya normal namun terhindar dari penyebaran Virus Corona. Oleh karena itu, ayo kita bangun bangsa yang sehat dan kuat dalam menghadapi tantangan pandemi Covid-19 demi mencapai tujuan kemerdekaan Indonesia yang adil, makmur, dan maju.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih