Polemik Politik

Teknologi dalam Struktur Bangunan IKN Sudah Perhitungkan Potensi Bencana Gempa

Oleh: Eva Kalyna Audrey

Teknologi dalam struktur bangunan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sudah memperhitungkan seluruh potesi, termasuk adanya kemungkinan bencana alam seperti gempa bumi.

Sebenarnya secara garis besar memang letak Indonesia yang berada pada cincin api atau ring of fire menjadikan bangsa ini merupakan salah satu negara yang sangat rawan terjadi bencana alam seperti gempa bumi. Menyadari hal itu, Pemerintah telah memperhitungkan segala detail hingga penggunaan teknologi dalam struktur bangunan di IKN.

Dengan penerapan teknologi dalam struktur bangunan pada proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, maka menjadikan banyak dari gedung di sana akan cenderung untuk tahan meski terdapat potensi bencana alam seperti gempa bumi sekalipun.’

Terkait hal tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengaku bahwa dirinya sudah mengantisipasi dan memperhitungkan adanya potensi gempa, bahkan dari berbagai sehi, baik itu yang terjadi karena sesar tektonik maupuk vulkanik.

Sehingga berbagai bangunan teknik sipil di IKN Nusantara sudah menerapkan prinsip perhitungan yang jelas akan kekuatan gempa yang mungkin saja terjadi lantaran sesar tektonik hingga vulkanik.

Sebagai salah satu contoh penerapan bangunan dari Pemerintah RI yang menggunakan prinsip sama yakni, di Indonesia memiliki sebanyak 231 bendungan yang seluruhnya pasyi melalui sesar atau patahan. Maka dari itu, terjadi rekayasa engineering yang sangat penting untuk mengatasi potensi gempa bumi.

Meski ada potensi lain seperti sesar purba, namun sebenarnya sesar purba sendiri akan aktif dengan kemungkinan yang relatif kecil sehingga dalam hal ini, Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui Kemen PUPR sama sekali tidak menyepelekan potensi gempa bumi yang bisa saja terjadi di IKN.

Lantaran sudah ada dan terus terjadi penerapan akan teknologi struktur dalam bangunan di IKN Nusantara, maka masyarakat tidak perlu khawatir lagi dengan adanya kemungkinan bencana alam seperti gempa bumi di sana.

Sementara itu, Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo menjelaskan bahwa Kalimantan termasuk salah satu wilayah di Indonesia yang posisi tektoniknya pasif margin, yang mana berarti agak jauh berbatasan dengan aktif margin.

Aktif margin sendiri merupakan berbagai zona yang berbatasan dengan adanya interaksi dengan dua lempeng atau lebih seperti di barat Sumatera, selatan Jawa. Kedua wilayah itu tergolong sebagai aktif margin dengan ciri tingkat kegempaan yang tinggi atau terjadinya gejala vulkanisme.

Sedangkan untuk Kalimantan sendiri lebih berada pada pasif margin, sehingga kalau misal terjadi gempa bumi, maka biasanya lebih karena struktur geologi lokal yang secara aktif, mungkin karen dimensinya yang tidak begitu panjang.

Lebih lanjut, berbicara mengenai seperti apa potensi gempa bumi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, maka sebenarnya bencana alam di sana relatif rendah. Dengan kata lain, ketika sebuah bangunan di sana terus memperhitungkan faktor kegempaan sebagaimana dari Kemen PUPR yang menerapkan teknologi tertentu, maka jelas akan sangat aman.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Iwan Suprijanto mengatakan bahwa pihak Kemen PUPR juga menggunakan penerapan material konstruksi hijau atau green material pada pembangunan IKN Nusantara di Kalimantan Timur (Kaltim) sehingga hal tersebut mampu mengurangi emisi karbon.

Pembangunan wilayah tersebut memang berdasarkan pada prinsip pengurangan risiko terhadap perubahan iklim dan bencana, seluruhnya telah menerapkan salah satu aspek kunci untuk terus mendukung penerapan kebijakan rendah emisi atau net zero emission.

Penerapan tersebut berlaku dengan memprioritaskan penggunaan material bangunan dengan konsumsi energi dan juga jejak karbon rencah yang berasal dari beberapa sumber lokal atau hasil daur ulang, serta menggunakan material dan teknologi dengan dampak lingkungan yang positif atau dengan tingkat kerugian minimum.

Secara sederhana, maka pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur itu dapat memberikan dampak cukup signifikan pada pengurangan emisi karbon di sana sebanyak 18 persen yang secara tidak langsung juga mampu mengubah struktur ekonomi wilayah tersebut.

Awalnya mungkin lebih cenderung pada ketergantungan ekonomi terhadap sumber daya alam (SDA), namun seiring berjalannya waktu, maka kebergantungan ekonomi tersebut akan beralih menjadi terhadap pelayanan dan jasa.

Beberapa produsen material konstruksi kini juga telah mengembangkan teknologi produk mereka agar bisa memenuhi kriteria material konstruksi hijau, di mana proses pembuatan dan komponen atau bahannya mampu mendatangkan dampak lingkungan jauh lebih baik lagi berbanding dengan material secara konvensional.

Semua teknologi telah pemerintah terapkan, termasuk dari segi material yang hijau dengan perpaduan struktur bangunan yang tepat sehingga menjadikan realisasi proyek IKN Nusantara telah memperhitungkan banyak hal termasuk adanya potensi bencana alam seperti gempa bumi.

*) Analis pada Lembaga Lintas Nusamedia

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih