Tepis Isu Provokasi, Ini Kronologi Kebakaran Asrama Mahasiswa Tomohon
Oleh: Rebecca Marian )*
Kebakaran yang terjadi di Asrama Papua di Tomohon, Sulawesi Utara dinyatakan murni kecelakaan. Sehingga tak ada hubungannya dengan isu provokasi, apalagi yang berhubungan dengan politik.
Belajar menerima serta menghargai perbedaan adalah kunci utama persatuan dan kesatuan. Terlebih, bagi bangsa kita Indonesia, yang mana terkenal dengan keanekaragaman suku, ras, agama, keyakinan dan juga yang lainnya. Sehingga tetap waspada akan adanya penyebaran isu provokasi yang begitu intens menyerang dapat ditepis dengan baik.
Berbicara masalah perbedaan, hingga sekarang jika mendengar kata “Papua”, maka hal itu akan menjadi sangat sensitif. Sebab, masih lekat dalam ingatan insiden demi insiden terjadi mendera rakyat Bumi Cendrawasih ini. Bahkan, yang terparah ialah peristiwa yang terjadi di wilayah Wamena. Bahaya isu provokasi yang beredar bak secepat kilat menyambar.
Yang mana sekejap saja meluluhlantakkan segala yang ada dihadapan. Maka dari itu, seluruh rakyat diimbau untuk tidak terpengaruh berita hoax dan berbau provokasi. Sehingga situasi kondusif akan selalu tercipta, serta keamanan dan kenyamanan selalu meliputi.
Beberapa hari ini ramai kabar berupa kebakaran asrama Papua. Yang berlokasi di Kelurahan Talete Dua, kecamatan Tomohon provinsi Sulawesi Utara. Menurut, Kabid Humas Polda Sulut, yakni Kombes Pol Ibrahim Tompo, menjelaskan bahwa peristiwa kebakaran itu terjadi sekitar pukul 10.00 wakti setempat (WITA). Si Jago merah itu berasal dari salah satu kamar mahasiswa yang berasal dari Biak. Menurut laporan dirinya saat itu berada dalam kamarnya.
Secara kronologi, Ibrahim menuturkan, bahwa kejadian ini berawal ketika NRD (pemilik kamar) yang mana saat itu sedang bermain-main korek serta membakar sebuah kertas. Namun naas, percikan api tidak sengaja jatuh ke busa tempat tidur miliknya, secara cepat api merembet dan membakar seluruh kamar. Karena takut, ia segera berlari meninggalkan ruangan. Disebutkan pula, disana terdapat mahasiswa sebanyak 15 orang. Namun, saat kejadian berlangsung hanya tinggal 6 orang saja. Sementara lainnya sedang ke gereja.
Sebanyak tujuh unit pemadam kebakaran dikerahkan guna menaklukan si jago merah. Bersyukur api dengan sigap dapat dipadamkan. Ibrahim menambahkan jika dirinya masih akan mendalami kejadian tersebut. Pihak Polres dan Wali Kota Tomohon Jimmy Eman telah melakukan koordinasi untuk menyiapkan tempat sementara, guna menampung para penghuni asrama.
Dilain hal, kemajuan teknologi di era globalisasi tak ayal membuat informasi begitu cepat beredar luas. Tak perlu waktu lama, hanya dalam hitungan detik, peristiwa yang terjadi ratusan hingga ribuan kilometer jaraknya, akan secepat kilat tersebar serta dapat diakses oleh seluruh pengguna internet. Meski media sosial memberikan kebebasan akses dan mengekspresikan diri, namun ada baiknya memanfaatkan kecanggihan teknologi ini secara bijak dan positif.
Tak dipungkiri, melihat kondisi saat ini memang cukup memprihatinkan. Sebab, media sosial ini seringkali digunakan untuk menyebarkan hal-hal yang menyimpang serta mengandung provokasi. Secara langsung, entah sadar atau tidak, banyak sekali rekan kita yang menjadi penyebar berita negatif bahkan ujaran kebencian. Ada yang menyampaikannya secara terbuka, namun ada juga yang hanya melalui pesan tersirat saja.
Selain itu, modusnya pun beragam. Ada yang sekadar me-share informasi berita, berupa kutipan, gambar atau pernyataan yang kebanyakan asal usul sumbernya tidak diketahui secara jelas. Ada pula yang aktif dengan “membumbui” berita yang dibagikan menggunakan kalimat menurut versi dirinya sendiri. Kegiatan semacam ini bak virus yang bisa menjalari siapapapun. Bahkan tak kenal usia maupun status pendidikannya.
Maka dari itu stop isu provokasi yang berdampak sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Terlebih, insiden ini hanyalah murni sebuah kecelakaan atau kebakaran biasa. Sehingga dipastikan tidak ada unsur yang melatarbelakangi kejadian tersebut, bahkan, politik sekalipun. Berperilaku kritis akan suatu kejadian memang penting.
Namun, akan lebih penting jika kita mampu menyikapi segala informasi maupun kejadian dengan positif dan lebih bijak. Sehingga akan menghindarkan kita dari segala potensi masalah yang ada. Terlebih ,sekarang ini Undang-Undang yang berkenaan dengan teknologi dinilai cukup tegas menindak penggunanya. Alih-alih mendapatkan perhatian, salah-salah diri akan terjerembab ke dalam bui pesakitan.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta