Polemik PolitikWarta Strategis

Teror, Tidak Akan Menjadi Teror Apabila Masyarakat Menyikapi dengan Tenang

Oleh : Siti Zaliha S.Psi  )*

Indonesia kembali digemparkan dengan serangkaian aksi terorisme yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengharapkan timbulnya situasi mencekam di tengah-tengah masyarakat. Dalam satu pekan ini, aksi teror yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia terpapar di media massa dan media sosial.

Diawali dengan kerusuhan yang terjadi di Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob) Kelapa Dua, Depok pada hari Selasa, 8 Mei 2018. Saat itu, bentrokan terjadi antara personel kepolisian dengan narapidana dan tahanan kasus terorisme (Napiter). Kericuhan yang diduga dipicu oleh persoalan makanan di sel Blok C ini berlangsung dari siang hari dan berlangsung selama kurang lebih 40 jam yang berakhir pada Rabu pagi, 9 Mei 2018. Kerusuhan yang terjadi menimbulkan korban jiwa dari pihak Kepolisian sebanyak 5 orang personil dan dari Napiter sebanyak 1 orang.

Aksi teror kembali terjadi pada hari Kamis, 10 Mei 2018 di sekitar Mako Brimob Kelapa Dua, Depok yang menewaskan 1 orang anggota satuan intelijen Brimob yang ditusuk pelaku pada saat melakukan pengamanan di depan Rumah Sakit Bhayangkara. Pada aksi ini, pelaku akhirnya ditembak oleh rekan anggota yang saat itu mendengar adanya teriakan dari korban.

Tidak hanya itu, beberapa pelaku teror nampaknya melakukan pengintaian-pengintaian di sekitar Mako Brimob sehingga pada hari Sabtu, 12 Mei 2018 polisi kembali menangkap dua orang wanita yang diduga akan melakukan aksi penusukan terhadap anggota Brimob. Kedua perempuan itu diketahui bernama Dita Siska Millenia, 18 tahun, dan Siska Nur Azizah, 21 tahun. Sejumlah barang bukti disita polisi, yaitu dua buah kartu tanda penduduk (KTP), dua unit Handphone, dan satu buah gunting.

Aksi yang terbaru hari ini, Minggu, 13 Mei 2018 terjadi di Surabaya. Pelaku teror melakukan aksi bom bunuh diri di tiga gereja yaitu di Gereja Kristen Indonesia di jalan Diponegoro, Gereja Santa Maria di Ngagel, dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno. Dari insiden tersebut, sejumlah warga sipil hingga petugas kepolisian menjadi korban. Diberitakan bahwa jumlah korban yang meninggal dalam kejadian ini sebanyak 8 orang, antara lain : 4 korban jiwa dari Gereja Santa Maria, 2 korban jiwa dari Gereja Pantecosta, dan 2 korban jiwa dari Gereja Kristen Indonesia. Sampai saat ini pihak kepolisian masih melakukan pendataan dan penyelidikan dari aksi teror yang terjadi.

Serangkaian aksi teror ini tentu saja meresahkan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Keadaan yang cukup mencekam dengan teror-teror yang tersebar di beberapa wilayah serta kekhawatiran yang terjadi berhasil membuat situasi dan kondisi di masyarakat menjadi lebih sensitif dan mudah panik. Masyarakat menjadi lebih mudah percaya dengan isu-isu yang belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta banyaknya berita hoax yang ingin memperkeruh situasi. Belum lagi dengan kondisi saat ini dimana informasi dapat dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru, menimbulkan kekhawatiran lain dan menciptakan suasana menjadi kisruh. Berbagai pihak saling menyalahkan dan menuding pihak lain bertanggung jawab atas kejadian ini.

Kondisi masyarakat yang seperti inilah yang menjadi tujuan utama bagi para pelaku teror dalam melakukan aksi mereka. Masyarakat yang resah, panik, dan merasa tidak aman akibat dari intimidasi yang dilakukan para pelaku teror membuat mereka semakin bersemangat untuk kembali menciptakan aksi-aksi teror lain yang lebih meresahkan masyarakat. Terciptanya kondisi dan situasi yang tidak kondusif di masyarakat menjadi tolak ukur keberhasilan mereka dalam melakukan aksinya.

Oleh karena itu, untuk menggagalkan keberhasilan dari serangkaian aksi teror yang telah terjadi, kita sebagai masyarakat harus bijak menyikapi hal tersebut. Dengan tetap bersikap tenang namun tetap waspada terhadap sekitar kita, tidak mudah terpengaruh pada isu-isu yang dapat memecah persatuan, tidak ikut serta dalam menyebarkan isu-isu atau pemberitaan yang belum terjamin kebenarannya. Ada baiknya kita sebagai masyarakat dapat bersabar dan menunggu konfirmasi dari pihak kepolisian mengenai kebenaran informasi terkait aksi teror yang terjadi. Sehingga kondisi dan situasi yang kondusif dapat tercipta di masyarakat.

Kita harus yakin bahwa masyarakat di Indonesia cukup cerdas dalam memberikan respon terhadap situasi yang saat ini terjadi. Dengan bersikap tenang dan menunggu kebenaran informasi, tidak begitu terpengaruh terhadap aksi teror yang terjadi serta tetap melakukan aktivitas seperti biasa akan menciptakan situasi yang lebih menenangkan dan perasaan aman bagi kita. Mari kita bersama, bersatu padu menghadapi ancaman teror dengan tetap bersikap tenang dan lebih banyak memberikan pesan-pesan yang berisi kedamaian dan ajakan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan sesama umat beragama.

Terakhir, ucapan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada korban dan kelurga korban serangkaian aksi teror dalam pekan ini dan berharap semoga pihak berwajib dapat segera mengungkap dalang dari tragedi berdarah ini dan memberikan hukuman yang seberat-beratnya.

 

*) Penulis adalah Relawan Kemanusiaan RETAK

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih