Tidak Mudik Memutus Rantai Penyebaran Corona
Oleh : Andri Saputro )*
Mudik menjadi tradisi tahunan yang banyak dilakukan mayoritas masyarakat Indonesia, khususnya menjelang Idul Fitri maupun momentum keagamaan lainnya. Namun, mudik di tengah pandemi Covid-19 sangat membahayakan karena para perantau memiliki resiko menulari keluarga yang ada di kampung. Masyarakat pun diimbau untuk menahan hasrat mudik guna memutus mata rantai penularan Corona dan menyelamatkan keluarga tersayang.
Dalam kurun waktu yang seratus tahun ini, wabah Corona disebut-sebut lebih mematikan ketimbang virus lainnya. Bahkan menurut para ahli virus ini 10 kali lipat lebih ganas daripada flu babi. Maka, tak heran jika serangan virus ini membuat warga hampir di seluruh dunia ketakutan. Berbagai macam langkah antisipasi dilakukan, beragam penelitian dikembangkan. Untuk mendapatkan vaksin penangkal virus yang telah mengobrak-abrik dunia.
Butuh waktu setidaknya 18 bulan untuk mengetahui seluk beluk mahkluk tak kasat mata ini. Bayangan saja, baru satu bulan saja orang-orang di seluruh dunia sudah kocar-kacir. Belum lagi keadaan ekonomi seolah terjun bebas dan hancur. Bukan hanya di Indonesia saja, kemungkinan negara-negara adidaya seperti Amerika, Italia, Rusia, atau negara besar lainnya pun mengalami keterpurukan akibat ekonomi ini.
Penanganan Virus Corona yang terus menyebar ini butuh konsen yang tinggi. Oleh karena itu, imbauan “jangan mudik” masih terus digalakkan. Potensi penularan akibat mudik ini dirasa lebih besar. Karena sebagaimana kita tahu, kendati kita tak terpapar virus Corona. Kita tetap dapat menularkan karena sifat “Carrier” ini dapat disandang siapa saja.
Wabah Corona yang mendunia ini kini tengah menjadi fokus Indonesia. Jumlah terbaru dilaporkan sudah mendekati angka lima ribu kasus. Dan kebanyakan yang terjangkit ini adalah yang memiliki imunitas rendah. Nah, jika aktivitas mudik “ngeyel” dilakuan sudah pasti mereka tak sayang keluarga kan? Padahal, aktivitas pulang kampung ini umumnya dari kota-kota besar seperti Jakarta, Jawa barat atau kota lain yang telah menunjukkan kasus positif Corona.
Bukankah antisipasi itu datangnya dari niat kita sendiri. Bukan berarti Jika tak pulang kita tak sayang. Justru saat pandemi ini sedang terjadi kita harus melindungi diri dan juga keluarga kita di kampung. Lingkungan sekitar, atau orang-orang terdekat. Meski sudah diterapkan karantina mandiri, lantas kita tak bisa seenaknya sendiri dan berlaku konyol.
Sebelumnya pemerintah juga menghendaki mudik ini ditiadakan dulu. Hal tersebut dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia. Bahkan, penerapan pembatasan sosial secara besar-besaran turut dilakukan. Bedanya PSBB kali ini dilengkapi dengan dasar hukum untuk menguatkan. Tak lain agar masyarakat taat dengan kebijakan pemerintah.
Seluruh elemen sudah cukup lelah, semua kehabisan energi hingga garda terdepan kita tenaga medis sudah sangat kewalahan. Bukankah ini saatnya mengumpulkan empati kita. Meski kita tak mampu menyumbang apapun. setidaknya aware lah dengan kondisi saat ini. Jangan membebani lagi mereka-mereka ini yang berjuang di garis terdepan negeri. Yakni tetap tinggal di wilayah hunian sendiri-sendiri. Terapkan physical distancing juga pemakaian masker. Termasuk sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, sebelum dan sesudah beraktifitas.
Hampir seluruh dunia juga menerapkan hal ini. Kendati lockdown mandiri dirasa bisa membantu hal ini akan percuma saja bagi yang masih nekat untuk melakukan mudik. Mereka seolah kebal dan tak takut tertular. Mereka merasa imun mereka bagus. Lalu pertanyaannya ialah, bagaimana dengan mereka yang dirumah (kampung). Apakah juga mempunyai anggota keluarga dengan usia tua atau bayi juga anak-anak.
Sudah banyak terjadi jika orang yang dalam keadaan sehat pun nyatanya telah terpapar Corona. Nah, inilah yang dikhawatirkan. Bisa jadi yang begini akan menularkan kepada orang lain dengan imunitas rendah. Bayangkan saja jika hal itu menimpa Anda, atau orang tersayang Anda? Pastinya juga tak mau kan? Makanya, kita semua dituntut untuk sadar diri dan lebih hati-hati. Kita perlu bersabar demi orang-orang tersayang, pihak lain hingga negeri kita tercinta ini. Jika Corona mampu ditekan bahkan dihentikan dengan tidak mudik dulu, kenapa kita tidak melakukannya? Sudah waktunya berkontribusi, mari bersama-sama lawan COVID-19!
)* Penulis adalah anggota Ikatan Mahasiswa Gunung Kidul