Tindak Tegas Aksi Keji KST Serang Aktivis Perempuan Papua
Tidak hanya sekedar menyasar kepada aparat keamanan TNI dan Polri saja, namun KST Papua dengan sangat kejam dan sadisnya melakukan pembunuhan kepada aktivis perempuan yang merupakan keluarga dari Kepala Suku di Silo.
Diketahui bahwa pada tanggal 21 Agustus 2023 lalu, Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua melakukan penyerangan kepada Pos Satuan Tugas Batalyon Infanteri (Satgas Yonif) 7 Marinir di Jalan Yahuli, Paradiso Bawah Km 6, Distrik Dekai, Yahukimo Papua Pegunungan. Dari serangan tersebut kemudian mengakibatkan prajurit marinir bernama Pratu Agung Pramudi Laksono gugur tertembak.
Sehingga jelas sekali adanya kasus tersebut sontak membuat banyak sekali pihak ikut geram, salah satunya adalah Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Ahmad Sahroni yang menyebutkan bahwa ulah kejam dan bringas yang dilakukan oleh gerombolan separatis itu sama sekali sudah tidak bisa ditoleransi lagi.
Maka dari itu, memang karena sejauh ini terus menggencarkan banyak sekali aksi kekejaman hingga teror yang merugikan banyak pihak, termasuk masyarakat warga orang asli Papua (OAP) sendiri, bahkan termasuk juga merugikan negara, maka segenap jajaran aparat keamanan dari personel gabungan TNI dan Polri hendaknya mampu untuk sesegera mungkin menindak mereka dengan tegas dan keras karena mereka sudah melakukan pemberontakan nyata kepada negara.
Pasalnya, apabila jajaran aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) tidak sesegera mungkin menindak tegas mereka, maka tentunya potensi korban akan terus semakin bertambah. Sehingga gerombolan separatis di Bumi Cenderawasih itu memang sudah sangat pantas untuk diberantas habis.
Karena bukan hanya sekedar berpotensi untuk bisa menjatuhkan semakin dan lebih banyak lagi korban jiwa, namun jika mereka tidak segera diberantas habis, maka juga akan semakin menurunkan wibawa akan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tidak hanya di Yahukimo saja, namun dengan adanya konflik di Papua yang belakangan memang kian memanas, utamanya setelah terjadinya sebuah insiden pembakaran pesawat dan juga penyanderaan pilot maskapai penerbangan Susi Air, Kapten Philips Mark Mehrtens pada 7 Februari 2023 lalu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono juga mengklaim bahwa telah terdapat sebanyak 3 (tiga) prajuritnya yang tewas selama operasi pembebasan sang pilot.
Prajurit TNI Satgas Yonif Raider 303 / SSM Praka JM dan salah seorang perempuan selaku warga sipil Papua berinisial TM tewas tertembak di Kampung Pamebut, Distrik Iyugumuak, Kabupaten Puncak pada 3 Maret 2023. Kemudian teror terus terjadi, yakni sebanyak dua warga di Distrik Dekai juga tewas ditembak pada 8 Maret 2023.
Namun tidak hanya sekedar menyasar kepada jajaran aparat keamanan dari personel gabungan TNI dan Polri saja, namun baru-baru ini dengan sangat sadis KST Papua membunuh seorang aktivis perempuan Papua yang merupakan keluarga dari Kepala Suku Silo. Diketahui bahwa aktivis perempuan yang dibunuh tersebut bernama Michelle Kurisi Doga yang merupakan cucu dari Kepala Suku Silo.
Seorang aktivis kemanusiaan bergender perempuan itu tewas di tangan Kelompok Separatis dan Teroris Papua. Sebelumnya dikabarkan bahwa pihak KST mengklaim kalau Michelle merupakan seorang agen intelijen Negara Indonesia, sehingga dirinya dijadikan sebagai target penembakan.
Akan tetapi dengan sangat tegas bahwa seluruh tuduhan yang diberikan oleh kelompok makar tersebut langsung dibantah oleh pihak TNI. Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) XVII / Cenderawasih Letnan Kolonel Infanteri (Letkol Inf) Johanis Parinussa menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak penah menjadikan orang asli Papua (OAP) sebagai mata-mata atau agen untuk praktik spionase.
Dalam sebuah keterangannya, Kapendam tersebut menegaskan bahwa Michelle sama sekali tidak terlibat dalam bidang intelijen TNI. Justru dirinya hanyalah merupaan seorang masyarakat sipil biasa yang ingin untuk membantu para pengungsi di Nduga dan juga dikenal sebagai seorang aktivis sosial, maka dari itu dia sempat melakukan pengumpulan data kepada para pengungsi tersebut.
Lebih lanjut, bukan hanya merupakan sosok aktivis perempuan saja, melainkan Michelle sendiri juga merupakan cucu dari Kepala Suku Silo dan memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap seluruh masyarakat dan anak-anak di segenap pelosok Bumi Cenderawasih. Namun bukannya mendapatkan dukungan dan apresiasi yang tinggi akibat kepeduliannya tersebut, namun justru aktivis perempuan itu dibunuh dengan sangat sadis oleh KST Papua. Sehingga sama sekali tidak berlebihan apabila kecaman sangat keras patut diberikan kepada banyaknya aksi kejam yang dilakukan oleh KST Papua, termasuk bagaimana mereka melakukan pembunuhan kepada seorang aktivis perempuan, yang mana juga merupakan keluarga dari Kepala Suku di Bumi Cenderawasih.