Tingkatkan Imunitas Waspadai Dampak Perubahan Iklim
Oleh : Putri Dewi Nathania )*
Pentingnya terus meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh masing-masing kepada seluruh masyarakat di Indonesia. Hal tersebut sebagai salah satu upaya untuk terus mewaspadai diri sendiri dalam menghadapi adanya dampak perubahan iklim yang membuat cuaca menjadi ekstrem dan serba tidak menentu seperti sekarang ini.
Memang saat ini, bisa dikatakan telah terjadi sebuah cuaca ekstrem, yang mana terkadang cuaca sangat panas, namun juga terkadang diselingi dengan adanya hujan dan bahkan terjadi secara bergantian. Tentunya seluruh cuaca yang ekstrem tersebut sudah berada di luar batas normal akibat adanya perubahan iklim.
Adanya cuaca ekstrem yang terus berganti secara signifikan dan sudah berada di luar batas normal tersebut, juga berpengaruh terhadap kesehatan bagi masyarakat, khususnya untuk anak-anak dan juga para masyarakat lanjut usia (lansia) yang akan lebih rentan jika dibandingkan dengan orang dewasa pada umumnya.
Terkait dengan adanya cuaca yang ekstrem tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam sebuah risilnya menyampaikan bahwa di sejumlah wilayah di Tanah Air, seperti Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) ternyata masih akan dilanda dengan adanya cuaca panas dengan puncaknya diprediksi mulai pada bulan Juni hingga bulan September 2023 mendatang.
Pada beberapa wilayah di Indonesia pada beberapa pekan terakhir ini terus dilanda dengan cuaca panas yang terasa sangat menyengat, khususnya ketika pada siang hari. Sehingga, tidak jarang adanya keluhan dari masyarakat terdengar mengenai betapa panasnya cuaca yang mereka rasakan di beberapa wilayah tersebut.
Bahkan, tidak jarang pula, karena cuaca yang begitu panas dirasakan sangat menyengat oleh masyarakat tersebut, membuat aktivitas di luar ruangan pun menjadi terasa tidak nyaman lagi. Termasuk juga, terkadang pada malam hari pun, efek panas masih saja bisa dirasakan sehingga seringkali membuat orang menjadi kegerahan dan berkeringat.
Mengenai bagaimana dampak yang akan terjadi akibat adanya cuaca yang ekstrem tersebut, Ketua Umum (Ketum) Ikatan Dokter Anak Indonesia, Pimprim Basarah Yanuarso mengungkapkan bahwa adanya perubahan iklim dapat memicu berbagai macam dampak yang buruk, khususnya bagi anak sebagai salah satu kelompok yang rentan, utamanya akan berpengaruh kepada anak berusia 0 hingga 18 tahun.
Sementara itu, organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) dalam sebuah rilisnya juga menjelaskan bahwa terdapat setidaknya ada 3 (tiga) poin utama dari dampak perubahan iklim, yakni dampak langsungnya terhadap kesejatan melalui adanya perubahan ekosistem dan juga pola perilaku dari manusia dan satu poin lainnya adalah akan berdampak pada kesehatan sebagai akibat dari bencana alam yang berpotensi akan terjadi terkait dengan perubahan iklim ini.
Sehubungan dengan adanya peringatan dari WHO tersebut, Wali Kota Makassar, Muh Ramdhan Pomanto mengimbau kepada seluruh masyarakat agar bisa terus meningkatkan keaspadaan diri mereka masing-masing dengan sebisa mungkin mengurangi aktivitas di luar ruangan, khususnya pada siang hari.
Pengurangan aktivitas di luar ruangan sebagai salah satu upaya kewaspadaan diri dalam menghadapi dampak perubahan iklim ini terlebih mengingat bahwa Indonesia sendiri merupakan daerah yang tropis.
Terlebih, ketika misalnya tubuh dan kulit langsung terpapar dengan cuaca panas, maka secara fisiologis juga akan berpotensi menimbulkan terjadinya vasodilatsi pada pembuluh darah di kulit sebagai upaya mekanisme tubuh dalam menghilangkan panas. Adanya termoregulasi itu diatur oleh sistem saraf pusat di hipotalamus dan juga sumsum tulang serta diatur oleh sistem saraf perifer di kulit dan juga organ.
Lebih lanjut, ketika membahas adanya manifestasi penyakit sebagai akibat dari panas yang bervariasi tersebut, maka akan mulai dari adanya gejala yang ringan hingga berat. Beberapa gejala ringan antara lain adalah heat edema, heat rash, heat crumps dan juga heat syncope.
Sedangkan untuk gejala beratnya adalah seperti heat stroke yang bahkan dapat mengancam jiwa. Kemudian, upaya kewaspadaan diri lainnya yang mampu dilakukan adanya dengan adanya suhu panas yang ekstrem tersebut, agar jangan sampai masyarakat mengalami dehidrasi, maka dari itu, memang menjadi sangat penting adanya memberikan cairan yang cukup bagi tubuh.
Kepala BMKG Samarinda, Riza Arian Noor menyampaikan bahwa saat ini memang kondisi cuaca sedang tidak stabil. Bahkan biasanya pada saat pagi hari terjadi panas terik, namun ketika sore hari menjadi gelap dan hujan deras. Seluruh pergantian dan ketidakstabilan cuaca tersebut merupakan salah satu efek dari adanya peralihan musim hujan ke musim kemarau.
Pihaknya terus mengimbau kepada masyarakat juga untuk tetap mampu menjaga dan meningkatkan imunitas mereka atau daya tahan tubuh mereka, sebab, apabila kondisi fisik sedang tidak bugar, maka biasanya akan rentan dan mudah terserang penyakit. Bukan hanya itu, namun masyarakat juga diimbau agar bisa tetap waspada dengan adanya dampak lain seperti banjir, longsor hingga angin kencang sebagai serangkaian perubahan iklim ini. Dengan adanya kewaspadaan ini maka diharapkan dapat terhindar dari hal-hal buruk.
)* Penulis adalah kontributor Lembaga Media Perkasa